"Siapa yang menelepon, Kek?" Miana mengalihkan pembicaraan."Ibunya Henry," jawab Eddy dengan nada yang terdengar agak kesal."Dia tahu aku akan bercerai dengan Henry?" Miana ingat bahwa Felica pernah mencoba membuatnya keguguran, jadi dia sama sekali tidak menyukainya.Wanita seperti itu tidak layak menjadi seorang ibu."Aku nggak beri tahu dia, dan nggak ada niat untuk beri tahu dia!"Mendengar itu, Miana agak heran dan bertanya, "Kenapa?"Felica adalah ibu Henry, mengapa tidak memberitahunya?"Henry nggak pernah bilang padamu tentang hubungannya dengan Felica?" tanya Eddy balik.Miana terdiam sejenak, lalu menggeleng.Henry sangat membencinya, jadi bagaimana mungkin Henry akan memberi tahu hal ini padanya."Sebenarnya, Felica bukan ibu kandung Henry." Eddy mendesah, melihat wajah Miana, ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Ibu kandung Henry meninggal saat dia masih sangat kecil. Kemudian, Henry dibawa kembali ke keluarga Jirgan dan karena identitasnya seperti itu, aku yang membesarkan
Suasana Eddy seketika menjadi lebih baik.Dia bahkan sudah tidak marah lagi mengenai Felica yang menyarankan agar Henry segera bertemu dengan putri keluarga Ingra saat ditelepon tadi.Miana menunduk dan makan dengan serius.Dia menyadari bahwa Kakek tidak ingin dia bercerai dengan Henry.Setiap kata yang dia ucapkan bisa saja disalahartikan sebagai masih memiliki perasaan terhadap Henry.Oleh karena itu, dia memilih untuk tidak terlalu banyak bicara.Setelah selesai makan, Eddy meminta Miana ikut mobilnya dan menyuruh sopir untuk mengantar mereka ke kantor catatan sipil.Miana tidak bisa menolak, jadi masuk ke dalam mobil dengan patuh.Melihat ini, Eddy merasa senang.Saat mereka hampir sampai di kantor catatan sipil, panggilan dari Henry datang.Eddy langsung bertanya, "Kapan kamu sampai?""Biarkan Miana menjawab telepon!" ujar Henry dengan nada yang serius."Kenapa nada bicaramu begitu?" Eddy memarahinya."Ada hal penting yang ingin kukatakan padanya!"Kakek menyerahkan ponsel pada M
Miana menatap Henry dengan ekspresi yang menunjukkan keterkejutan yang mendalam.Dia merasa tadi pasti hanya halusinasi, dan Henry sebenarnya tidak mengatakan apa-apa."Miana, ketika nenekmu meninggal, aku sedang dinas luar, dan ponselku ...." Henry tiba-tiba berhenti.Janice yang sekarang sangat mirip dengan orang yang dulu mendorong dia dan ibunya ke situasi putus asa, bahkan menyebabkan kematian ibunya.Jika Miana tahu tentang hal itu, bisa-bisa dia langsung pergi menemui Janice.Pada saat itu, Janice mungkin akan melakukan sesuatu padanya.Memikirkan kemungkinan itu, Henry merasa lebih baik menunggu sampai dia bisa mengirim Janice pergi terlebih dahulu.Melihat Henry berhenti di tengah kalimat, Miana seketika mengerti.Ternyata selama proses pemakaman neneknya, Henry tidak menyalakan ponselnya. Miana merasa beruntung tidak mencoba meneleponnya, karena itu akan terlihat sangat memalukan.Selain itu, Janice baru saja menjalani operasi aborsi pada saat itu, Henry pasti sangat tertekan
Miana memberikan dokumen yang sudah ditandatangani kepada pengacara, lalu berkata kepada Henry, "Semua dokumen sudah ditandatangani, sekarang kita pergi ke kantor catatan sipil.""Miana, kamu pikirkan lagi, oke?" tanya Henry dengan suara pelan.Pengacara itu segera mengemasi barang-barangnya dan cepat-cepat pergi.Dia tidak berani mendengar percakapan pribadi mereka."Aku sudah memikirkannya sejak lama. Ayo kita pergi!" Miana memandang wajah Henry, dan tidak ada emosi apa pun di hatinya.Karena hatinya sudah hancur berkeping-keping setelah berkali-kali dilukai dan dibohongi Henry.Kemarin malam, Miana telah berpikir banyak hal.Dia merasa sangat kasihan pada dirinya sendiri selama bertahun-tahun ini."Miana ...." Henry memanggil lagi, tetapi kata-kata yang ingin dia ucapkan tidak dapat keluar dari mulutnya ketika dia melihat sepasang mata Miana yang sedang menatapnya itu terlihat begitu dingin.Tepat pada saat ini, Eddy membuka pintu dan masuk."Pengacara bilang surat sudah ditandatang
"Kali ini bukan Henry nggak mau melanjutkan pernikahan ini, melainkan Mia yang sudah bulat untuk bercerai." Eddy mendesah, merasa makin sedih. "Beberapa hari lalu, nenek Mia meninggal, Henry nggak bisa dihubungi dan nggak tahu di mana. Mia harus melewati hari-hari itu sendirian! Mia begitu menderita, bagaimana mungkin aku masih berani memintanya untuk tetap bersama Henry!"Dia tadi bersikap tidak peduli di depan Miana, tetapi sebenarnya dia sangat sedih.Dulu, saat sedih, dia masih bisa berbicara dengan Miana. Sekarang, dia hanya bisa menyimpan kesedihannya itu sendirian."Kalau seperti itu, memang sulit untuk mengatakannya," ujar sopir, merasa canggung juga.Di pandangan sopir, Henry adalah pria yang sangat terkenal di Kota Jirya. Ada banyak wanita yang ingin menikah dengannya.Miana sangat beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga Jirgan, tetapi sekarang dia harus melepaskan semua kemewahan itu.Dibutuhkan keberanian yang besar untuk bisa melakukannya."Sudahlah, ikuti mobil mereka
Wajah mereka tertangkap di kaca spion, terlihat serasi. Sopir diam-diam mendesah.'Sungguh pasangan yang sempurna dan serasi.'Sepanjang perjalanan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.Sesampainya di kantor catatan sipil, seorang pengacara sudah menunggu di pintu.Pengacara yang sama seperti sebelumnya.Miana tersenyum kecil, merasa ini kebetulan yang lucu."Pak Henry, Nyonya Jirgan, ini perjanjian perceraian, silakan dibaca dengan teliti!" Sebelumnya dia ingin menghindari percakapan tentang perceraian dua orang ini, tetapi siapa sangka dalam waktu kurang dari satu jam, dia malah mengantarkan perjanjian perceraian mereka.Miana mengambil perjanjian perceraian itu dan membacanya.Setelah selesai, dia sangat terkejut.Perjanjian itu mencantumkan pembagian aset sebesar dua ratus miliar, ditambah sebuah rumah senilai seratus miliar, serta sebuah mobil Rolls-Royce yang memiliki fitur anti peluru.Dengan semua ini, ditambah saham yang diberikan Kakek, setelah bercerai, Miana ak
Miana terdiam sejenak sebelum segera kembali tenang, dan menjawabnya, "Kamu pikir aku bisa hamil tanpa pembuahan atau hamil secara ajaib dari jarak jauh?"Staf yang mendengar itu merasa canggung.Dia merasa, tidak heran pernikahan dua orang ini berakhir, ternyata mereka tidak memiliki hubungan suami istri yang harmonis.Kehidupan suami istri yang harmonis memang penting.Henry mengatupkan bibirnya, lalu mendengus dingin dan mencibir, "Mulutmu memang sangat tajam!"Tidak heran dia adalah seorang pengacara."Kalau kamu nggak percaya, bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan sebelum melanjutkan ini?" Miana tentu saja tidak berani pergi ke rumah sakit.Di dalam perutnya tidak hanya ada satu bayi, tetapi dua!Pemeriksaan hanya akan segera mengungkap semuanya.Namun, dia harus berkata seperti itu untuk menghilangkan keraguan Henry.Dia bertaruh bahwa Henry tidak akan mengajaknya pergi melakukan pemeriksaan!"Aku nggak bilang nggak percaya padamu?" balas Henry dengan wajah
Miana sama sekali tidak ingin membatalkan perceraian ini!Henry menyipitkan matanya, menatap punggung Miana yang berjalan pergi.Dia sungguh tidak mengerti bagaimana wanita yang dulunya sangat mencintainya, kini tidak lagi terlihat rasa cinta itu di matanya.Kenyataan itu membuat hatinya terasa kurang nyaman.Begitu keluar dari kantor catatan sipil, Miana mendapat telepon dari Sherry."Mia, kamu lagi di mana?""Aku baru keluar dari kantor catatan sipil.""Untuk merayakan kebebasanmu, aku sudah pesan meja di Red Mansion. Perlu kujemput?" Suara Sherry terdengar sangat ceria."Nggak usah, aku langsung ke sana saja, "ujar Miana, lalu mengatup-ngatupkan bibirnya. Dia masih memikirkan pertanyaan Henry kepada staf tadi. Hatinya gelisah."Oke, kalau begitu, aku juga langsung ke sana. Sampai nanti. Ingat jangan terburu-buru!" Sherry menutup telepon dengan nada riang.Miana berdiri di tempat, memegang ponsel. Perasaannya campur aduk."Mia, ada apa? Apakah Henry menindasmu lagi?"Suara Eddy yang
Dia teringat dengan perkataan Miana.Rania makin mirip dengannya, bukan hanya karena dia yang membesarkannya, tetapi juga mungkin karena mereka memiliki hubungan darah.Mengapa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya!"Ah? Baik!" Walau tidak mengerti maksud Henry, Wiley tidak berani bertanya lebih lanjut.Tugasnya hanyalah melaksanakan apa yang diperintah oleh Henry.Setelah itu, dia mengemudi menuju restoran.Rumordi datang terlambat, dan ketika tiba, Henry sudah minum dua gelas anggur sendirian.Melihat Rumordi, Henry menunjuk kursi di sebelahnya dan berkata, "Duduk di sini, ada yang ingin kutanyakan padamu!"Rumordi memegang erat bajunya dengan wajah penuh penolakan. "Henry, kita sudah sangat akrab, jangan seperti ini, oke?"Dia tidak ingin dipaksa berubah orientasi!"Duduk!" Henry merasa kesal, suaranya penuh ancaman.Rumordi gemetar, dengan hati-hati duduk di kursi sebelah Henry, pantatnya sedikit demi sedikit bergerak menjauh.Dia takut terlalu dekat dengan Henry.
Mata Henry menyipit, lalu dia kembali meraih pergelangan tangan Miana dan mengangkatnya.Bekas luka di pergelangan tangan Miana, yang meliuk-liuk seperti cacing, sangat mencolok.Melihat itu, pupil mata Henry menyusut tajam."Apa yang terjadi?" tanya Henry dengan suara rendah.Sebuah adegan seketika terlintas di pikiran Henry, hingga membuatnya berkeringat dingin.'Nggak! Nggak mungkin!'Miana dengan cepat menarik tangannya, menutupinya dengan lengan baju, dan bersikap dingin kembali. "Ini bukan urusanmu!"Bekas luka tersebut adalah hasil dari upayanya bunuh diri saat mengalami depresi parah dengan memotong pergelangan tangannya.Pada saat itu, darahnya mengalir deras.Jika tidak segera diselamatkan, dia pasti sudah mati.Pada masa-masa sulit itu, dia beberapa kali mencoba bunuh diri.Untungnya, Giyan selalu menyelamatkannya.Dia sangat berterima kasih pada Giyan.Giyan yang membuatnya hidup kembali.Sekarang, dia hanya ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan bahagia bersama Giyan."Mi
Henry betul-betul memperlakukan Miana seperti mainan, diambil ketika ingin, dibuang ketika bosan!"Kalau kamu nggak setuju, nggak masalah. Aku akan menyewa pengacara terbaik untuk merebut putraku! Miana, jangan menangis meminta aku untuk menerimamu kembali nanti!" ujar Henry dengan datar, sudut bibirnya melengkung.Meskipun sudah tahu dari Amanda bahwa Henry akan menggugat untuk merebut Nevan, mendengarnya langsung tetap membuat Miana marah.Henry sungguh kejam!Dia sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan!"Henry, anakku lahir setelah kita bercerai, jadi nggak ada hubungannya denganmu!" seru Miana dengan penuh kebencian.Dalam waktu singkat, dia sudah mengingat banyak momen di mana Henry memperlakukannya dengan buruk karena Janice.'Bertahun-tahun berlalu, pria ini tetap nggak berubah!'"Ada hubungannya atau nggak, kita bisa melakukan tes DNA! Miana, kamu nggak berani, 'kan?" Henry yakin Nevan adalah putranya dan sekarang hanya berpikir untuk merebutnya.Setelah putranya berada di
Setelah tiba di lantai atas, Miana langsung masuk ke kantor CEO tanpa mengetuk pintu.Suara pintu yang dibuka cukup keras membuat Henry berhenti membaca dokumen dan mengangkat kepalanya.Menurutnya, wajah Miana lebih cantik dari sebelumnya.Seperti bunga yang mekar dengan indah setelah perawatan hati-hati, terlihat sangat menyenangkan.Henry merasa jantungnya berdebar setengah detik lebih cepat."Henry, kamu benar-benar berengsek dan sangat menjijikkan!" Miana marah, tentu saja tidak akan memberi Henry muka, langsung mengumpat padanya.Sejak sembuh dari depresi, Miana jarang kehilangan kendali emosinya.Namun, hari ini, dia benar-benar marah karena tindakan Henry sudah sangat keterlaluan!Sorot mata Henry menjadi tajam dan berkata dengan suara datar, "Miana, ini wilayahku, kamu datang ke sini membuat keributan, nggak takut aku lapor kamu ke polisi?"Dulu, Miana selalu bersikap lembut dan anggun di depannya.Jangankan marah, suaranya pun tidak pernah keras saat berbicara dengannya.Seka
Miana tertawa kesal ketika menyadari bahwa panggilannya sengaja diputus setelah nada sambung terdengar beberapa kali.'Henry! Hebat sekali kamu!'Setelah itu, dia menelepon Wiley.Begitu tersambung, dia langsung berkata, "Pak Wiley, tolong berikan ponselnya ke Pak Henry, aku ada urusan penting!""Nona Miana, Pak Henry sedang sibuk ....""Kalau begitu katakan di mana kalian sekarang, aku akan ke sana!" Miana sudah sangat marah dan ingin melampiaskannya ke Henry."Kami di kantor.""Oke, sepuluh menit lagi aku sampai!"Setelah mengatakan itu, Miana langsung menutup telepon.Saat ini, di kantor CEO Grup Eskaria.Henry memegang dokumen, berpura-pura membacanya, tetapi sebenarnya mendengarkan percakapan Wiley dengan Miana.Wiley menyimpan ponselnya dan melihat bahwa dokumen di tangan Pak Henry terbalik.Setelah ragu sejenak, dia tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu, "Pak Henry, dokumennya terbalik."Henry meletakkan dokumen di meja dengan keras, berdeham sebelum bertanya, "Ada apa?""N
"Begitu mendengar kabar ini, aku langsung mencari orang itu. Ternyata dia sedang diselidiki oleh pihak berwajib. Kejadian ini tiba-tiba, pasti ada yang merencanakan diam-diam!"Miana menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu berkata, "Kamu telepon dan beri tahu para petinggi untuk rapat di kantor! Aku akan segera ke kantor!""Baik, aku akan segera memberi tahu mereka!"Miana baru saja menutup telepon, Giyan sudah bertanya, "Apa yang terjadi? Butuh bantuan?"Giyan sebenarnya ingin membantu, tetapi Miana akan marah jika dia bertindak tanpa persetujuan Miana.Miana menenangkan diri, menatap Giyan dengan perasaan bersalah. "Maaf, sepertinya aku nggak bisa bertemu dengan ayah dan ibumu malam ini. Ada masalah di perusahaan, dan kamu tahu, Sherry sekarang di rumah sakit, nggak bisa ke kantor, jadi aku yang harus menanganinya. Kalau aku butuh bantuan, aku akan meneleponmu."Miana merasa tidak enak hati karena terpaksa membatalkan janji bertemu dengan orang tua Giyan."Nggak apa-ap
"Baiklah, nanti kalau ada waktu aku akan menemuimu untuk makan bersama," ujar Miana. Dia benar-benar sibuk dengan beberapa kasus akhir-akhir ini."Baik, Kakek nggak akan mengganggumu lagi." Walaupun merasa sedih, Eddy tetap menahan perasaannya dan tidak menunjukkannya.Dia mengerti bahwa Miana sibuk dengan pekerjaannya sendiri, jadi tidak punya waktu untuk bertemu dengannya juga wajar.Dia hanya perlu menunggu sampai Miana selesai dengan pekerjaannya.Miana mengiakan dan menutup telepon."Ibu, siapa yang menelepon?" tanya Nevan dengan suara pelan, matanya yang besar berkilauan.Miana berpikir sejenak dan berkata, "Nanti Ibu akan memberitahumu."Mengenai Henry dan keluarga Jirgan, dia akan menceritakannya perlahan-lahan saat ada waktu."Apa yang sedang kalian bicarakan? Serius sekali!" Giyan bertanya penasaran setelah masuk dan mengganti sepatu, melihat mereka berdiri di sana."Kami sedang menunggumu pulang," jawab Miana sambil tersenyum, mata indahnya yang melengkung membuat orang mera
Di dalam histori percakapan, si pria dan selingkuhannya sedang merencanakan bagaimana cara membunuh istri sah.Yang lebih mengerikan adalah pria dan selingkuhannya bahkan membeli racun paraquat dan racun tikus secara daring, tetapi keduanya tidak ada yang berani menggunakannya.Miana menekan amarahnya dan terus membaca.Saat ini, memang banyak selingkuhan yang tidak tahu malu.Mereka akan melakukan apa saja untuk mengubah status mereka.Ketika Giyan menelepon, Miana baru memutuskan untuk mematikan laptopnya.Meskipun belum melihat semua bukti yang dikumpulkan oleh Amanda, hanya berdasarkan histori percakapan dan pembelian paraquat dan racun tikus secara daring, sudah sangat jelas bahwa keduanya berencana membunuh istri sah.Hanya saja, bukti tersebut masih belum cukup.Miana harus membuat kedua orang itu mengakui rencana mereka untuk membunuh istri sah!Sebelum persidangan, dia harus mendapatkan rekaman pengakuan mereka.Setelah membereskan barang-barang, dia turun ke bawah dan melihat
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me