Rika tersenyum dan menjawab, "Keluarga kami, keluarga Ingra dan keluarga Sutara, memiliki status yang setara, jadi wajar kalau aku dan Farel dijodohkan."Tidak dijodohkan dengan Farel pun, dia pasti akan dijodohkan dengan pria lain.Setelah berinteraksi dengan Farel malam ini, dia merasa Farel adalah orang yang baik, dan dia puas.Yosef menyesap minumannya dalam diam.Seperti yang dikatakan Rika, terlahir di keluarga seperti mereka, pasangan hidup mereka harus dari keluarga yang setara.Namun, Keluarga Wentra telah lama jatuh miskin.Ditambah lagi Janice sekarang adalah seorang janda ....Dia dan Janice memang tidak ditakdirkan untuk bersama.Yosef seketika merasa pengap dan kurang nyaman di hatinya.Melihat Yosef minum dalam diam, dan dia tidak bisa menebak alasannya, Rika pun berkata, "Daripada mengatasi kesedihan dengan alkohol, lebih baik pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah!"Setiap masalah pasti ada solusinya.Tidak perlu merasa seolah-olah dunia sudah runtuh.Yosef menengga
Balasan dari Farel dengan cepat masuk: "Aku akan telepon dan tanya ayahku kapan dia punya, lalu baru mengabarimu."Rika memegang ponselnya, ujung jarinya menelusuri kata-kata di layar, hatinya merasa tenang.Ada jawaban setelah bertanya, mungkin inilah cara terbaik untuk mereka berdua saling berinteraksi.....Ketika menerima pesan dari Rika, Farel baru duduk di kursi pengemudi setelah berusaha keras untuk memasukkan Sherry ke dalam mobilnya. Dia melirik wajah Sherry melalui kaca spion, lalu dengan cepat mengetik balasan.Makin baik dan stabil hubungannya dengan Rika, makin aman wanita yang tengah berbaring di kursi belakang itu.Farel tidak mencintainya, bahkan tidak pernah berpikir untuk menikahinya, tetapi dia ingin mengikatnya seumur hidup.Jika harus mencari alasan mengapa dia ingin mengikat wanita itu di sisinya, mungkin karena dia tidak rela hati wanita itu hanya untuk Giyan!Setelah mengirim pesan, Farel menelepon ibunya."Farel, ada apa menelepon malam-malam begini?" Suara Sin
Miana mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Grup Eskaria memiliki tim pengacara terbaik. Kita bercerai, mereka tahu bagaimana melindungi asetmu!"Dia hanya ingin bercerai secepatnya, dan tidak peduli berapa banyak harta yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak keberatan tidak mendapatkan sepeser pun."Miana, bagaimana kalau aku bilang, aku mau punya anak denganmu? Apakah kamu mau tetap tinggal dan menjadi istriku?" Memikirkan bahwa setelah bercerai, dia tidak akan melihat Miana lagi di rumah di Kompleks Gaillardia, hatinya terasa tidak nyaman.Dulu, kakeknya selalu menyuruhnya dan Miana segera memiliki anak. Namun, dia merasa belum siap menghabiskan hidupnya bersama Miana pada saat itu. Memiliki anak hanya akan menghancurkan hidup anak itu.Dia paling takut menjadi ayah yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya.Dia tidak ingin merusak hidup anak itu.Sekarang, Miana sangat teguh ingin bercerai dengannya. Dia pun berpikir, jika mereka memiliki anak, mungkin itu akan membuat Miana
Sambil berpikir seperti itu, Janice turun dari ranjang rumah sakit untuk mengambil ponselnya.Untungnya, ponselnya tidak rusak dan masih bisa digunakan.Setelah ragu-ragu sejenak, dia menelepon Yosef.Yosef dengan cepat mengangkat teleponnya."Janice, ada apa malam-malam begini?"Suaranya terdengar sedikit khawatir."Aku nggak bisa tidur, hanya ingin mengobrol denganmu, nggak mengganggu, 'kan?" Janice sengaja melembutkan suaranya."Aku seorang diri, ganggu apanya?" Nada bicara Yosef terdengar sedikit menyalahkan. "Janice, kenapa kamu jadi begitu sungkan denganku?""Aku ingat kamu bilang sudah dijodohkan oleh ibumu. Aku takut kalian sudah tinggal bersama dan aku mengganggu kalian karena menelepon malam-malam," ujar Janice sambil bercanda, meskipun hanya dia yang tahu betapa kesalnya dia saat ini.Pria yang dia cintai tidak pernah bisa dia dapatkan, sementara pria yang mencintainya sudah bersama wanita lain.Pada akhirnya, dia tetap sendirian.Bagaimana mungkin dia tidak merasa kesal, bu
"Miana, aku hamil, jadi kamu harus segera bercerai dengan Henry, kalau nggak, betapa malangnya anak ini lahir tanpa ayah." Isak wanita itu terdengar dari ponsel. Miana mendengarnya sambil mengusap pelipisnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Kak Janice? Cepat katakan, akan kurekam, nanti saat proses perceraian dengan Henry, aku bisa memperoleh lebih banyak aset.""Miana, kamu bajingan! Bisa-bisanya kamu merekam pembicaraan ini!" Wanita itu langsung menutup telepon setelah mengumpat.Setelah panggilan tersebut terputus, Miana menunduk melihat ke lembar hasil pemeriksaan di tangannya. Tulisan "hamil empat minggu" yang tercetak di kertas itu terasa menyakitkan baginya.Awalnya dia berniat memberi tahu Henry tentang kehamilannya malam ini, tetapi dia sekarang merasa tidak perlu lagi.Anak ini datang pada waktu yang salah, tetapi anak ini adalah penyelamatnya.....Miana yang begitu tiba di rumah setelah pulang kerja disambut oleh Bibi Lina, "Nyonya, saya
Miana melirik pria yang berbicara, Yosef Lucario, sahabat sejak kecil Henry. Keluarga Lucario juga merupakan keluarga yang berkuasa di Kota Jirya. Yosef paling memandang rendah Miana yang berasal dari keluarga miskin. Meskipun dia merupakan putra dari keluarga bermartabat, dia bersikap seperti sebuah pisau yang dapat diayunkan sesuka hati oleh Janice. Janice selalu menggunakannya untuk melawan Miana setiap saat.Teringat akan hal tersebut, Miana tersenyum kecil dan berkata dengan lembut, "Kak Janice adalah kakak iparnya Henry, istri dari kakak tertua Henry. Kalau orang lain mendengar apa yang barusan kamu bilang, aku takut akan ada yang salah paham dan mengira mereka punya hubungan yang nggak seharusnya!"Yosef baru saja sengaja berbicara kasar padanya, jadi dia tidak perlu memikirkan harga diri Yosef.Dia mengakui bahwa dia sangat mencintai Henry, tetapi dia tidak serendah itu sampai akan menerima begitu saja perlakukan buruk teman-teman Henry.Janice awalnya senang, tetapi setelah me
"Bukankah kamu bilang seseorang ingin membunuhmu? Aku hanya memastikan apakah kamu sudah mati." Perkataan Henry penuh dengan sindiran.Miana refleks menggenggam ponselnya erat-erat dan berkata dengan tegas, "Aku ditakdirkan berumur panjang, jadi nggak akan mati!"Dia mematikan panggilan itu dan memblokir nomor itu dalam satu gerakan cepat.....Pada saat ini, di kamar rawat VIP di rumah sakit milik Grup Eskaria, Janice berbaring di ranjang dengan wajah yang terlihat sangat pucat. Dia terlihat begitu lemah, seakan-akan angin bisa menerbangkannya.Henry yang tengah menggenggam ponselnya menunjukkan ekspresi masam.Melihat itu, Janice bertanya dengan hati-hati, "Henry, apa Miana baik-baik saja?"Henry meletakkan ponselnya dan berseru, "Dia baik-baik saja!"Janice diam-diam mengutuk Miana di dalam hatinya, tetapi berkata dengan nada lembut kepada Henry, "Kamu sebaiknya kembali menemaninya. Ada dokter dan suster di sini, jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan aku."Henry berkata dengan tenan
Kedua bibir Henry saling menekan dan sepasang mata hitam pekatnya tertuju pada Sherry. "Dia mengalami kecelakaan mobil?" tanya Henry.Seketika, Henry teringat panggilan telepon dari Miana tadi malam.'Kalau itu benar ....'Pada saat ini, pintu kamar rawat terbuka dan Miana masuk dengan aura yang dingin.Saat Janice melihat Miana, matanya memancarkan rasa kebenciannya, tetapi dia segera menyembunyikannya dan berkata dengan tergesa-gesa, "Baru saja kudengar kamu mengalami kecelakaan mobil, cepat kemarilah, biar aku lihat apakah kamu terluka parah atau nggak?" Sikapnya ini seolah-olah sangat peduli pada Miana.Pada saat ini, raut wajah Henry mengelap.'Bisa-bisanya Miana bersekongkol dengan sahabatnya untuk membohongiku.'Miana berjalan mendekat, lalu menarik Sherry ke belakangnya dan berkata, "Kamu pergi dulu, biar aku yang tangani masalah ini."Sherry buru-buru berkata, "Aku sungguh nggak melakukan apa pun, dia sendiri yang menampar dirinya!"Miana menyela, "Aku tahu, kamu pergi dulu."
Sambil berpikir seperti itu, Janice turun dari ranjang rumah sakit untuk mengambil ponselnya.Untungnya, ponselnya tidak rusak dan masih bisa digunakan.Setelah ragu-ragu sejenak, dia menelepon Yosef.Yosef dengan cepat mengangkat teleponnya."Janice, ada apa malam-malam begini?"Suaranya terdengar sedikit khawatir."Aku nggak bisa tidur, hanya ingin mengobrol denganmu, nggak mengganggu, 'kan?" Janice sengaja melembutkan suaranya."Aku seorang diri, ganggu apanya?" Nada bicara Yosef terdengar sedikit menyalahkan. "Janice, kenapa kamu jadi begitu sungkan denganku?""Aku ingat kamu bilang sudah dijodohkan oleh ibumu. Aku takut kalian sudah tinggal bersama dan aku mengganggu kalian karena menelepon malam-malam," ujar Janice sambil bercanda, meskipun hanya dia yang tahu betapa kesalnya dia saat ini.Pria yang dia cintai tidak pernah bisa dia dapatkan, sementara pria yang mencintainya sudah bersama wanita lain.Pada akhirnya, dia tetap sendirian.Bagaimana mungkin dia tidak merasa kesal, bu
Miana mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Grup Eskaria memiliki tim pengacara terbaik. Kita bercerai, mereka tahu bagaimana melindungi asetmu!"Dia hanya ingin bercerai secepatnya, dan tidak peduli berapa banyak harta yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak keberatan tidak mendapatkan sepeser pun."Miana, bagaimana kalau aku bilang, aku mau punya anak denganmu? Apakah kamu mau tetap tinggal dan menjadi istriku?" Memikirkan bahwa setelah bercerai, dia tidak akan melihat Miana lagi di rumah di Kompleks Gaillardia, hatinya terasa tidak nyaman.Dulu, kakeknya selalu menyuruhnya dan Miana segera memiliki anak. Namun, dia merasa belum siap menghabiskan hidupnya bersama Miana pada saat itu. Memiliki anak hanya akan menghancurkan hidup anak itu.Dia paling takut menjadi ayah yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya.Dia tidak ingin merusak hidup anak itu.Sekarang, Miana sangat teguh ingin bercerai dengannya. Dia pun berpikir, jika mereka memiliki anak, mungkin itu akan membuat Miana
Balasan dari Farel dengan cepat masuk: "Aku akan telepon dan tanya ayahku kapan dia punya, lalu baru mengabarimu."Rika memegang ponselnya, ujung jarinya menelusuri kata-kata di layar, hatinya merasa tenang.Ada jawaban setelah bertanya, mungkin inilah cara terbaik untuk mereka berdua saling berinteraksi.....Ketika menerima pesan dari Rika, Farel baru duduk di kursi pengemudi setelah berusaha keras untuk memasukkan Sherry ke dalam mobilnya. Dia melirik wajah Sherry melalui kaca spion, lalu dengan cepat mengetik balasan.Makin baik dan stabil hubungannya dengan Rika, makin aman wanita yang tengah berbaring di kursi belakang itu.Farel tidak mencintainya, bahkan tidak pernah berpikir untuk menikahinya, tetapi dia ingin mengikatnya seumur hidup.Jika harus mencari alasan mengapa dia ingin mengikat wanita itu di sisinya, mungkin karena dia tidak rela hati wanita itu hanya untuk Giyan!Setelah mengirim pesan, Farel menelepon ibunya."Farel, ada apa menelepon malam-malam begini?" Suara Sin
Rika tersenyum dan menjawab, "Keluarga kami, keluarga Ingra dan keluarga Sutara, memiliki status yang setara, jadi wajar kalau aku dan Farel dijodohkan."Tidak dijodohkan dengan Farel pun, dia pasti akan dijodohkan dengan pria lain.Setelah berinteraksi dengan Farel malam ini, dia merasa Farel adalah orang yang baik, dan dia puas.Yosef menyesap minumannya dalam diam.Seperti yang dikatakan Rika, terlahir di keluarga seperti mereka, pasangan hidup mereka harus dari keluarga yang setara.Namun, Keluarga Wentra telah lama jatuh miskin.Ditambah lagi Janice sekarang adalah seorang janda ....Dia dan Janice memang tidak ditakdirkan untuk bersama.Yosef seketika merasa pengap dan kurang nyaman di hatinya.Melihat Yosef minum dalam diam, dan dia tidak bisa menebak alasannya, Rika pun berkata, "Daripada mengatasi kesedihan dengan alkohol, lebih baik pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah!"Setiap masalah pasti ada solusinya.Tidak perlu merasa seolah-olah dunia sudah runtuh.Yosef menengga
"Ada urusan mendesak di rumah, aku pamit dulu. Maaf, ya!" Sikap Farel begitu ramah, ekspresinya juga lembut, dan ini membuat Rika tidak berani berprasangka. "Kalau begitu, sebaiknya kamu segera pulang!""Kak Farel, jangan khawatir. Aku pasti akan mengantar Kak Rika pulang dengan selamat!" seru Carel sambil menepuk dadanya, khawatir Farel tidak memercayainya."Rika, nggak apa-apa, 'kan?" tanya Farel dengan ramah. Meskipun sedang terburu-buru untuk pergi, dia tidak menunjukkannya.Karena Farel terlalu lembut padanya, Rika tidak bisa menahan diri untuk mengangguk, "Ya, kamu pergilah!"Farel menyentuh pipinya dengan lembut. "Bagus!"Wajah Rika seketika terasa agak panas. "Cepatlah pergi!"Mereka baru bertemu pertama kali hari ini, apakah tindakan Farel ini tidak terlalu dekat?Meskipun demikian, Rika tidak merasa terusik.Sebaliknya, dia sedikit menyukainya."Aku duluan, kalian nikmatilah minumannya! Malam ini, aku yang bayar!" seru Farel dengan semangat lalu pergi.Rika menatap punggung F
"Sherry? Ada apa?" Suara Farel terdengar dari telepon ketika Miana menggigit bibirnya. Saat hendak berbicara, suara yang akrab terdengar, "Ada apa? Wanitamu memeriksa kamu?""Sherry, bicaralah." Farel melirik Henry, dan nada suaranya menjadi lembut, seolah-olah takut membuat Sherry takut.Miana ragu sejenak sebelum berkata, "Sherry mabuk. Kalau kamu punya waktu sekarang, bisakah kamu datang ke Ruellia dan membawanya pulang?"Farel melirik pria dingin di sebelahnya dan menjawab, "Baik, aku akan segera ke sana!"Miana terdiam sesaat, lalu menambahkan, "Kamu datang sendiri saja, jangan biarkan Henry ikut, aku nggak ingin bertemunya!"Setelah kematian neneknya, dia tidak memiliki perasaan apa pun lagi terhadap Henry.Dia tidak ingin bertemu dengannya.Bahkan tidak ingin mendengar penjelasannya.Beberapa hal, meskipun sudah dijelaskan, tetap akan meninggalkan bekas di hati.Daripada dia terus meratapi masa lalu, lebih baik memperbaiki suasana hati dan fokus menjaga kehamilannya.Farel yang
Di belakang Henry ada Yosef yang mengenakan pakaian santai, tetapi tetap memancarkan aura yang elegan. Dengan senyum tipis di bibirnya, seolah-olah selalu bisa mendekatkan diri dengan orang lain tanpa disadari.Sementara itu, Carel tampak seperti seorang pemula di dunia kerja. Sorot matanya berkilauan penuh rasa ingin tahu dan evaluasi terhadap sekitarnya.Ketiganya melangkah masuk ke dalam ruangan, pandangan mereka serentak tertuju pada Rika.Rika duduk di samping meja, mengenakan gaun sederhana namun elegan yang menonjolkan sosoknya yang anggun. Rambut panjangnya diikat ke atas, dan beberapa helai rambut jatuh di pipinya, menambah kesan lembut dan anggun pada penampilannya. Dia membalas setiap tatapan dengan senyuman. Ketenangan dan keanggunannya membuat orang tanpa sadar merasa nyaman dengannya.Setelah saling menyapa dan memperkenalkan diri, suasana menjadi semakin akrab dan santai.Farel secara terbuka membicarakan hubungannya dengan Rika, serta kemungkinan besar mereka akan menja
Farel bergerak sedikit, jari-jarinya yang panjang dengan lembut mengusap tepi gelas kristal yang bening, gerakan itu tampaknya menyimpan banyak cerita dan emosi yang belum terselesaikan.Sebuah pikiran buruk melintas di benak Rika.Kemudian suara Farel memasuki telinganya, "Kamu harus tahu, lahir di keluarga seperti kita, pilihan pernikahan sering kali melampaui batas emosi pribadi, terikat erat oleh tanggung jawab dan harapan keluarga. Oleh karena itu, apakah di dalam hatiku ada wanita yang aku cintai, sebenarnya sudah nggak begitu penting. Yang penting adalah pernikahan kita bisa membuat orang tua kedua belah pihak puas, dan antara kamu dan aku, setidaknya masih bisa mempertahankan kesepakatan untuk nggak saling membenci."Saat Farel mengucapkan kata-kata ini, tatapannya tertuju pada tempat yang tidak diketahui, seolah-olah sedang menatap seseorang melalui tempat itu.Melihat tatapan Farel itu, hati Rika menegang tanpa bisa dijelaskan mengapa.Dia sudah menduga bahwa Farel memiliki s
Rika mengikuti Farel dari belakang. Hidungnya dipenuhi aroma melati yang samar-samar tercium dari tubuh Farel.Dia tidak bisa tidak membayangkan pria seperti apa Farel ini."Duduklah."Suara itu membuyarkan lamunan Rika.Tanpa sadar, mereka sudah masuk ke dalam ruang VIP."Kenapa? Apakah aku terlihat tampan? Kenapa terus menatapku?" Farel tersenyum dan menggodanya, seakan-akan mereka sudah mengenal cukup lama.Padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka.Rika duduk, lalu menoleh ke Farel dan mengucapkan terima kasih.Farel duduk di seberangnya.Pelayan datang membawa minuman dan camilan.Farel mengambil gelas dan menuangkan minuman.Rika menatap Farel, ekspresinya terlihat tenang, tetapi di dalam hatinya sudah mulai tumbuh rasa suka.Berwajah tampan dan bersikap lembut, mungkin setiap wanita akan menyukai pria seperti ini."Kalau kamu bisa minum, minumlah sedikit saja. Kalau nggak, aku akan pesan minuman soda untukmu." Saat menuangkan minuman, Farel sepertinya baru mengingat hal i