Miana mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Grup Eskaria memiliki tim pengacara terbaik. Kita bercerai, mereka tahu bagaimana melindungi asetmu!"Dia hanya ingin bercerai secepatnya, dan tidak peduli berapa banyak harta yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak keberatan tidak mendapatkan sepeser pun."Miana, bagaimana kalau aku bilang, aku mau punya anak denganmu? Apakah kamu mau tetap tinggal dan menjadi istriku?" Memikirkan bahwa setelah bercerai, dia tidak akan melihat Miana lagi di rumah di Kompleks Gaillardia, hatinya terasa tidak nyaman.Dulu, kakeknya selalu menyuruhnya dan Miana segera memiliki anak. Namun, dia merasa belum siap menghabiskan hidupnya bersama Miana pada saat itu. Memiliki anak hanya akan menghancurkan hidup anak itu.Dia paling takut menjadi ayah yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya.Dia tidak ingin merusak hidup anak itu.Sekarang, Miana sangat teguh ingin bercerai dengannya. Dia pun berpikir, jika mereka memiliki anak, mungkin itu akan membuat Miana
Sambil berpikir seperti itu, Janice turun dari ranjang rumah sakit untuk mengambil ponselnya.Untungnya, ponselnya tidak rusak dan masih bisa digunakan.Setelah ragu-ragu sejenak, dia menelepon Yosef.Yosef dengan cepat mengangkat teleponnya."Janice, ada apa malam-malam begini?"Suaranya terdengar sedikit khawatir."Aku nggak bisa tidur, hanya ingin mengobrol denganmu, nggak mengganggu, 'kan?" Janice sengaja melembutkan suaranya."Aku seorang diri, ganggu apanya?" Nada bicara Yosef terdengar sedikit menyalahkan. "Janice, kenapa kamu jadi begitu sungkan denganku?""Aku ingat kamu bilang sudah dijodohkan oleh ibumu. Aku takut kalian sudah tinggal bersama dan aku mengganggu kalian karena menelepon malam-malam," ujar Janice sambil bercanda, meskipun hanya dia yang tahu betapa kesalnya dia saat ini.Pria yang dia cintai tidak pernah bisa dia dapatkan, sementara pria yang mencintainya sudah bersama wanita lain.Pada akhirnya, dia tetap sendirian.Bagaimana mungkin dia tidak merasa kesal, bu
"Aku tahu Henry nggak bersamamu, karena dia baru datang menemuiku, dan sekarang sedang mandi!" ujar Janice dengan nada yang mengejek, dapat dirasakan kegembiraannya dari suaranya.Alis Miana terangkat, dan dia berkata sambil tersenyum, "Henry baru saja pulang, bagaimana mungkin ada di tempatmu! Janice, akui saja, yang dicintai Henry sebenarnya adalah aku, bukan kamu!"Beberapa ucapan untuk memprovokasi, Miana pun bisa mengatakannya.Mengenai di mana Henry berada, dia tidak peduli dan itu tidak penting.Janice marah sampai wajahnya pucat, kuku-kukunya menusuk ke dalam telapak tangannya.'Bukankah mereka akan bercerai besok? Kenapa mereka masih tinggal bersama malam ini!''Apakah Yosef berbohong padaku?''Sebenarnya mereka nggak pernah membicarakan perceraian!'"Kalau Henry nggak mencintaiku, bagaimana mungkin dia mengganti semua bunga di jalanan Kota Jirya dengan jenis yang sama? Kalau dia nggak mencintaiku, dia nggak akan menanam bunga yang kusukai di taman. Selain itu, karena aku suka
'Miana nggak mungkin tahu hal ini.'"Sayang, sudah selesai mandinya! Oke, aku akan segera datang!" Miana tiba-tiba berseru sebelum menutup teleponnya.Tangan Janice yang menggenggam ponsel gemetar, dia sangat marah.'Miana si jalang ini, dia merayu Henry lagi!''Nggak boleh, aku nggak boleh membiarkan Miana berhasil!'Berpikir demikian, dia segera menelepon Henry.Namun, setelah cukup lama pun tidak ada yang menjawab.Janice menarik napas dalam-dalam.'Apakah mereka sudah mulai?''Nggak!''Aku nggak boleh membiarkan Miana tidur dengan Henry!'Janice dengan cepat menelepon lagi.Tepat sebelum panggilan terputus, suara pria yang menyenangkan terdengar, "Ada apa?"Suara Henry sungguh magnetis.Janice terdiam sejenak.Jika Henry memanggil namanya dengan suara seperti itu di ranjang, dia rela mati di sana."Ada apa?" Henry menekankan suaranya, seperti kesal karena sesuatu yang baik terganggu."Henry, aku ingin bertemu denganmu." Janice menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan suara pelan.
Mendengar Henry setuju, Janice langsung merasa senang. "Oke! Aku akan segera ganti pakaian!"Karena Henry datang menemuinya, Miana tidak akan punya kesempatan untuk merayu Henry!Dia bahkan tidak bisa menahan diri untuk membayangkan wajah marah Miana.Dia benar-benar merasa sangat puas!Setelah menutup telepon, Henry merapikan dokumen-dokumennya, lalu bangkit dan hendak keluar dari ruangannya.Baru sampai di depan pintu, Wiley masuk dan berkata, "Pak Henry, aku bawakan makanan, makanlah selagi hangat!"Setengah jam yang lalu, dia menerima telepon dari Henry yang memintanya untuk membawakan makanan. Dia tidak mengerti alasannya, tetapi tetap buru-buru membawakan makanan ke sini."Letakkan saja di meja, aku harus keluar sebentar." Rasa laparnya yang sebelumnya saat ini sudah menghilang.Wiley, "...."Kenapa Pak Henry berubah pikiran begitu cepat?'Henry masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang masih tertekan.Melihat Janice begitu sedih setelah kehilangan anaknya, dia pun berpikir bahwa
Ada sedikit rasa kasih sayang di dalam suara itu.Menyadari hal itu, Miana berpikir bahwa Farel mungkin menyukai Sherry, meskipun hanya sedikit.Jika tidak ....Pada saat ini, ponselnya berdering.Miana tersadar dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Keningnya mengerut.'Kenapa Giyan meneleponku?'Di tengah kebingungannya, dia segera mengangkatnya, "Halo, Kak Giyan."Bagaimanapun, Giyan banyak membantunya selama proses pemakaman neneknya.Dia berutang budi kepada Giyan."Maaf mengganggumu selarut ini," ujar Giyan dengan suara yang sangat lembut, membuat orang dapat dengan mudah membayangkan senyumnya yang menyejukkan hati."Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Miana, agak panik."Nggak ada apa-apa." Giyan terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Malam ini, Carel, Henry, dan Farel minum bersama, kamu tahu ini?""Nggak tahu." Miana memang tidak tahu.Farel tidak memberi tahu hal itu ketika datang menjemput Sherry.Miana terdiam sejenak, menyadari sesuatu, dan bertanya,
"Miana, aku hamil, jadi kamu harus segera bercerai dengan Henry, kalau nggak, betapa malangnya anak ini lahir tanpa ayah." Isak wanita itu terdengar dari ponsel. Miana mendengarnya sambil mengusap pelipisnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Kak Janice? Cepat katakan, akan kurekam, nanti saat proses perceraian dengan Henry, aku bisa memperoleh lebih banyak aset.""Miana, kamu bajingan! Bisa-bisanya kamu merekam pembicaraan ini!" Wanita itu langsung menutup telepon setelah mengumpat.Setelah panggilan tersebut terputus, Miana menunduk melihat ke lembar hasil pemeriksaan di tangannya. Tulisan "hamil empat minggu" yang tercetak di kertas itu terasa menyakitkan baginya.Awalnya dia berniat memberi tahu Henry tentang kehamilannya malam ini, tetapi dia sekarang merasa tidak perlu lagi.Anak ini datang pada waktu yang salah, tetapi anak ini adalah penyelamatnya.....Miana yang begitu tiba di rumah setelah pulang kerja disambut oleh Bibi Lina, "Nyonya, saya
Miana melirik pria yang berbicara, Yosef Lucario, sahabat sejak kecil Henry. Keluarga Lucario juga merupakan keluarga yang berkuasa di Kota Jirya. Yosef paling memandang rendah Miana yang berasal dari keluarga miskin. Meskipun dia merupakan putra dari keluarga bermartabat, dia bersikap seperti sebuah pisau yang dapat diayunkan sesuka hati oleh Janice. Janice selalu menggunakannya untuk melawan Miana setiap saat.Teringat akan hal tersebut, Miana tersenyum kecil dan berkata dengan lembut, "Kak Janice adalah kakak iparnya Henry, istri dari kakak tertua Henry. Kalau orang lain mendengar apa yang barusan kamu bilang, aku takut akan ada yang salah paham dan mengira mereka punya hubungan yang nggak seharusnya!"Yosef baru saja sengaja berbicara kasar padanya, jadi dia tidak perlu memikirkan harga diri Yosef.Dia mengakui bahwa dia sangat mencintai Henry, tetapi dia tidak serendah itu sampai akan menerima begitu saja perlakukan buruk teman-teman Henry.Janice awalnya senang, tetapi setelah me
Ada sedikit rasa kasih sayang di dalam suara itu.Menyadari hal itu, Miana berpikir bahwa Farel mungkin menyukai Sherry, meskipun hanya sedikit.Jika tidak ....Pada saat ini, ponselnya berdering.Miana tersadar dan melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Keningnya mengerut.'Kenapa Giyan meneleponku?'Di tengah kebingungannya, dia segera mengangkatnya, "Halo, Kak Giyan."Bagaimanapun, Giyan banyak membantunya selama proses pemakaman neneknya.Dia berutang budi kepada Giyan."Maaf mengganggumu selarut ini," ujar Giyan dengan suara yang sangat lembut, membuat orang dapat dengan mudah membayangkan senyumnya yang menyejukkan hati."Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Miana, agak panik."Nggak ada apa-apa." Giyan terdiam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "Malam ini, Carel, Henry, dan Farel minum bersama, kamu tahu ini?""Nggak tahu." Miana memang tidak tahu.Farel tidak memberi tahu hal itu ketika datang menjemput Sherry.Miana terdiam sejenak, menyadari sesuatu, dan bertanya,
Mendengar Henry setuju, Janice langsung merasa senang. "Oke! Aku akan segera ganti pakaian!"Karena Henry datang menemuinya, Miana tidak akan punya kesempatan untuk merayu Henry!Dia bahkan tidak bisa menahan diri untuk membayangkan wajah marah Miana.Dia benar-benar merasa sangat puas!Setelah menutup telepon, Henry merapikan dokumen-dokumennya, lalu bangkit dan hendak keluar dari ruangannya.Baru sampai di depan pintu, Wiley masuk dan berkata, "Pak Henry, aku bawakan makanan, makanlah selagi hangat!"Setengah jam yang lalu, dia menerima telepon dari Henry yang memintanya untuk membawakan makanan. Dia tidak mengerti alasannya, tetapi tetap buru-buru membawakan makanan ke sini."Letakkan saja di meja, aku harus keluar sebentar." Rasa laparnya yang sebelumnya saat ini sudah menghilang.Wiley, "...."Kenapa Pak Henry berubah pikiran begitu cepat?'Henry masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang masih tertekan.Melihat Janice begitu sedih setelah kehilangan anaknya, dia pun berpikir bahwa
'Miana nggak mungkin tahu hal ini.'"Sayang, sudah selesai mandinya! Oke, aku akan segera datang!" Miana tiba-tiba berseru sebelum menutup teleponnya.Tangan Janice yang menggenggam ponsel gemetar, dia sangat marah.'Miana si jalang ini, dia merayu Henry lagi!''Nggak boleh, aku nggak boleh membiarkan Miana berhasil!'Berpikir demikian, dia segera menelepon Henry.Namun, setelah cukup lama pun tidak ada yang menjawab.Janice menarik napas dalam-dalam.'Apakah mereka sudah mulai?''Nggak!''Aku nggak boleh membiarkan Miana tidur dengan Henry!'Janice dengan cepat menelepon lagi.Tepat sebelum panggilan terputus, suara pria yang menyenangkan terdengar, "Ada apa?"Suara Henry sungguh magnetis.Janice terdiam sejenak.Jika Henry memanggil namanya dengan suara seperti itu di ranjang, dia rela mati di sana."Ada apa?" Henry menekankan suaranya, seperti kesal karena sesuatu yang baik terganggu."Henry, aku ingin bertemu denganmu." Janice menggigit bibirnya, lalu berbicara dengan suara pelan.
"Aku tahu Henry nggak bersamamu, karena dia baru datang menemuiku, dan sekarang sedang mandi!" ujar Janice dengan nada yang mengejek, dapat dirasakan kegembiraannya dari suaranya.Alis Miana terangkat, dan dia berkata sambil tersenyum, "Henry baru saja pulang, bagaimana mungkin ada di tempatmu! Janice, akui saja, yang dicintai Henry sebenarnya adalah aku, bukan kamu!"Beberapa ucapan untuk memprovokasi, Miana pun bisa mengatakannya.Mengenai di mana Henry berada, dia tidak peduli dan itu tidak penting.Janice marah sampai wajahnya pucat, kuku-kukunya menusuk ke dalam telapak tangannya.'Bukankah mereka akan bercerai besok? Kenapa mereka masih tinggal bersama malam ini!''Apakah Yosef berbohong padaku?''Sebenarnya mereka nggak pernah membicarakan perceraian!'"Kalau Henry nggak mencintaiku, bagaimana mungkin dia mengganti semua bunga di jalanan Kota Jirya dengan jenis yang sama? Kalau dia nggak mencintaiku, dia nggak akan menanam bunga yang kusukai di taman. Selain itu, karena aku suka
Sambil berpikir seperti itu, Janice turun dari ranjang rumah sakit untuk mengambil ponselnya.Untungnya, ponselnya tidak rusak dan masih bisa digunakan.Setelah ragu-ragu sejenak, dia menelepon Yosef.Yosef dengan cepat mengangkat teleponnya."Janice, ada apa malam-malam begini?"Suaranya terdengar sedikit khawatir."Aku nggak bisa tidur, hanya ingin mengobrol denganmu, nggak mengganggu, 'kan?" Janice sengaja melembutkan suaranya."Aku seorang diri, ganggu apanya?" Nada bicara Yosef terdengar sedikit menyalahkan. "Janice, kenapa kamu jadi begitu sungkan denganku?""Aku ingat kamu bilang sudah dijodohkan oleh ibumu. Aku takut kalian sudah tinggal bersama dan aku mengganggu kalian karena menelepon malam-malam," ujar Janice sambil bercanda, meskipun hanya dia yang tahu betapa kesalnya dia saat ini.Pria yang dia cintai tidak pernah bisa dia dapatkan, sementara pria yang mencintainya sudah bersama wanita lain.Pada akhirnya, dia tetap sendirian.Bagaimana mungkin dia tidak merasa kesal, bu
Miana mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Grup Eskaria memiliki tim pengacara terbaik. Kita bercerai, mereka tahu bagaimana melindungi asetmu!"Dia hanya ingin bercerai secepatnya, dan tidak peduli berapa banyak harta yang dia dapatkan. Dia bahkan tidak keberatan tidak mendapatkan sepeser pun."Miana, bagaimana kalau aku bilang, aku mau punya anak denganmu? Apakah kamu mau tetap tinggal dan menjadi istriku?" Memikirkan bahwa setelah bercerai, dia tidak akan melihat Miana lagi di rumah di Kompleks Gaillardia, hatinya terasa tidak nyaman.Dulu, kakeknya selalu menyuruhnya dan Miana segera memiliki anak. Namun, dia merasa belum siap menghabiskan hidupnya bersama Miana pada saat itu. Memiliki anak hanya akan menghancurkan hidup anak itu.Dia paling takut menjadi ayah yang tidak bertanggung jawab seperti ayahnya.Dia tidak ingin merusak hidup anak itu.Sekarang, Miana sangat teguh ingin bercerai dengannya. Dia pun berpikir, jika mereka memiliki anak, mungkin itu akan membuat Miana
Balasan dari Farel dengan cepat masuk: "Aku akan telepon dan tanya ayahku kapan dia punya, lalu baru mengabarimu."Rika memegang ponselnya, ujung jarinya menelusuri kata-kata di layar, hatinya merasa tenang.Ada jawaban setelah bertanya, mungkin inilah cara terbaik untuk mereka berdua saling berinteraksi.....Ketika menerima pesan dari Rika, Farel baru duduk di kursi pengemudi setelah berusaha keras untuk memasukkan Sherry ke dalam mobilnya. Dia melirik wajah Sherry melalui kaca spion, lalu dengan cepat mengetik balasan.Makin baik dan stabil hubungannya dengan Rika, makin aman wanita yang tengah berbaring di kursi belakang itu.Farel tidak mencintainya, bahkan tidak pernah berpikir untuk menikahinya, tetapi dia ingin mengikatnya seumur hidup.Jika harus mencari alasan mengapa dia ingin mengikat wanita itu di sisinya, mungkin karena dia tidak rela hati wanita itu hanya untuk Giyan!Setelah mengirim pesan, Farel menelepon ibunya."Farel, ada apa menelepon malam-malam begini?" Suara Sin
Rika tersenyum dan menjawab, "Keluarga kami, keluarga Ingra dan keluarga Sutara, memiliki status yang setara, jadi wajar kalau aku dan Farel dijodohkan."Tidak dijodohkan dengan Farel pun, dia pasti akan dijodohkan dengan pria lain.Setelah berinteraksi dengan Farel malam ini, dia merasa Farel adalah orang yang baik, dan dia puas.Yosef menyesap minumannya dalam diam.Seperti yang dikatakan Rika, terlahir di keluarga seperti mereka, pasangan hidup mereka harus dari keluarga yang setara.Namun, Keluarga Wentra telah lama jatuh miskin.Ditambah lagi Janice sekarang adalah seorang janda ....Dia dan Janice memang tidak ditakdirkan untuk bersama.Yosef seketika merasa pengap dan kurang nyaman di hatinya.Melihat Yosef minum dalam diam, dan dia tidak bisa menebak alasannya, Rika pun berkata, "Daripada mengatasi kesedihan dengan alkohol, lebih baik pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah!"Setiap masalah pasti ada solusinya.Tidak perlu merasa seolah-olah dunia sudah runtuh.Yosef menengga
"Ada urusan mendesak di rumah, aku pamit dulu. Maaf, ya!" Sikap Farel begitu ramah, ekspresinya juga lembut, dan ini membuat Rika tidak berani berprasangka. "Kalau begitu, sebaiknya kamu segera pulang!""Kak Farel, jangan khawatir. Aku pasti akan mengantar Kak Rika pulang dengan selamat!" seru Carel sambil menepuk dadanya, khawatir Farel tidak memercayainya."Rika, nggak apa-apa, 'kan?" tanya Farel dengan ramah. Meskipun sedang terburu-buru untuk pergi, dia tidak menunjukkannya.Karena Farel terlalu lembut padanya, Rika tidak bisa menahan diri untuk mengangguk, "Ya, kamu pergilah!"Farel menyentuh pipinya dengan lembut. "Bagus!"Wajah Rika seketika terasa agak panas. "Cepatlah pergi!"Mereka baru bertemu pertama kali hari ini, apakah tindakan Farel ini tidak terlalu dekat?Meskipun demikian, Rika tidak merasa terusik.Sebaliknya, dia sedikit menyukainya."Aku duluan, kalian nikmatilah minumannya! Malam ini, aku yang bayar!" seru Farel dengan semangat lalu pergi.Rika menatap punggung F