Janice menggigit bibirnya sebelum berkata, "Bu, aku hanya mencintai Zeno. Sedari kecil aku hanya mencintainya! Aku tetap ingin berada di keluarga Jirgan, sepenuh hati tetap mencintai Zeno hingga aku menjadi tua!"Apa yang dipikirkannya berbeda dengan yang diucapkannya. Jika dia tahu sejak awal bahwa Zeno adalah seorang pecundang, dia pasti sudah mengarahkan perhatiannya ke Henry.Dengan begitu, dia dan Henry pasti sudah bersama sejak lama, dan Miana sama sekali tidak ada kesempatan menjadi istri Henry!"Aku akan percaya kata-katamu untuk sementara! Tapi, kalau kamu berbohong, aku nggak akan ragu-ragu memberi pelajaran!" Dia memberi Janice dua pilihan, karena Janice sudah membuat pilihan, Janice harus mematuhi perjanjian di antara mereka.Janice menarik napas dalam-dalam, tersenyum dan mengangguk, "Bu, aku pasti bisa menepati kata-kataku! Kamu tunggu dan lihat saja!"Pembantu di samping melirik Janice secara diam-diam, lalu berpikir di dalam hatinya, 'Hanya melihat tingkahnya saat bersa
Miana menyatakan pendiriannya, dan juga secara tidak langsung memberi tahu Henry bahwa karena Janice menyukainya, dia tidak akan bersaing dengan Janice.Eddy merasa sangat lega mendengar apa yang dikatakan Miana.Dia awalnya khawatir Miana hanya akan merasa sedih dan tidak akan melawan.Sekarang tampaknya kekhawatirannya itu tidak diperlukan..'Mia akhirnya sudah dewasa, nggak bucin lagi!''Bagus sekali!'Janice terkejut, dia tidak menyangka Miana akan berkata seperti itu.Di masa lalu, Miana tidak akan mempermalukannya di depan begitu banyak orang.Apa yang terjadi pada Miana hari ini?Pada akhirnya, dia hanya bisa meminta bantuan pada Henry. Dengan mata merah berkaca-kaca, dia berkata, "Henry, aku ...."Dia terlihat sangat lemah dan tidak berdaya.Seolah-olah semua orang di dunia ini menindasnya.Henry mengangkat alisnya, lalu mengambil gelang dari tangan Janice dan langsung menyerahkannya pada Miana sambil berkata, "Dia hanya berniat baik, kalau kamu nggak menerimanya, bukankah itu
Tindakan tiba-tiba Janice membuat Miana terkejut, dan pikirannya menjadi kosong. Dia tidak bereaksi untuk sesaat, juga tidak menarik kembali tangannya, membiarkan Janice memegang tangannya dan terus mengayunkannya ke wajahnya sendiri.Karena masih marah dan berharap Miana dapat melampiaskan kemarahannya pada Janice sehingga tidak merasa terlalu sakit hati, Eddy pun tidak menghentikannya.Felica masih merasa kesal dia dimarahi Eddy karena kelakuan Janice tadi. Dia juga ingin Janice mendapatkan pelajaran, jadi dia hanya melihat dalam diam.Anggota keluarga lainnya tahu bahwa Eddy menyukai Miana. Ditambah dengan kepura-puraan Janice yang membuat mereka sangat tidak suka, mereka hanya menganggap adegan ini seperti sebuah lelucon, tentu saja mereka tidak akan membela Janice, apalagi menyalahkan Miana.Ekspresi Henry seketika terlihat sangat masam. Dia langsung mencengkeram pergelangan tangan Miana dan berteriak, "Miana, sudah cukup! Jangan keterlaluan!"Rasa sakit di pergelangan tangan memb
"Jangan panggil aku! Cepat pergi dari sini!" Felica memarahi Janice sambil memberi isyarat mata padanya.Bagaimanapun, di perut Janice masih ada anak Zeno. Dia khawatir Janice akan keguguran setelah dipukul oleh Eddy.Dia tetap harus memikirkan cucunya, walaupun dia ingin sekali membunuh Janice.Putranya telah tiada, jika cucunya yang sudah lama ditunggu-tunggu juga tiada, dia pasti akan sangat terpukul!Pak Surdin kembali dengan sebuah cambuk di tangan. Dia melihat orang-orang di ruangan itu sebentar, lalu dengan hati-hati menyerahkannya kepada Eddy.Jantung Felica berdetak kencang.Kali ini Eddy benar-benar serius akan menggunakan cambuk itu!Janice pasti akan dipukuli jika tidak segera pergi!Memikirkan semua itu, dia segera menendang Janice dan berteriak, "Cepat pergi dari sini! Kamu nggak bisa dengar yang kubilang?"Janice mengulurkan tangannya, menarik tangan Henry dan berseru, "Henry, cepat lepaskan tangan Miana. Ini semua salahku, kamu jangan menghukum Miana!"Dia tahu niat Fel
Emily buru-buru memberi isyarat dengan matanya dan berkata kepada suaminya, "Ayah menyuruh menelepon siapa, kamu telepon siapa!"Eddy pada dasarnya sudah sangat marah, ditambah Miana pingsan. Jika setiap orang terus keras kepala seperti ini, bisa-bisa Eddy ikut pingsan! Selain itu, jika terjadi sesuatu pada Miana, siapa yang akan bertanggung jawab?Emily segera menyuruh Paula, istri dari anak ketiga keluarga Jirgan, untuk mengambil tas Miana dan mengeluarkan ponselnya.Saat Paula mengeluarkan ponsel Miana, dia tanpa sengaja menjatuhkan tisu yang membungkus sesuatu. Ketika tisu itu jatuh ke lantai, ada pil putih bergulir keluar dari dalamnya.Paula takut dimarahi, buru-buru meminta maaf, "Ayah, aku nggak sengaja! Setelah menelepon, aku akan mengambil pilnya!" Lalu dia segera menghubungi nomor Sherry.Eddy menatap pil yang tergeletak di lantai, lalu bertanya kepada Henry, "Mia sedang sakit?"Henry tertegun sebelum menjawab, "Nggak tahu."Dia benar-benar tidak tahu tentang Miana.Ekspresi
'Si tua bangka itu sungguh kejam! Sakit sekali!''Pasti akan kubalas dendam ini!'Melihat Janice bangkit duduk, Felica tetap terlihat tenang. Dia menyalakan mesin mobil, lalu mengemudikan mobil keluar dari pintu gerbang. "Janice, jawab aku dengan jujur, siapa sebenarnya ayah dari bayi di perutmu?"Janice terkejut, suaranya sedikit menajam ketika menjawabnya, "Bu, bukankah sudah kuberi tahu kalau ini adalah anak Zeno? Apa maksud Ibu bertanya seperti ini? Apakah Ibu meragukanku?"Dengan tatapan dingin, Felica melirik kaca spion dan berseru, "Semoga itu memang anak Zeno!"Jika bukan, dia tidak akan membiarkan Janice hidup tenang!Janice seketika merinding. Kedua tangannya memeluk diri sendiri erat-erat. Di dalam hatinya, dia telah memutuskan bahwa dia harus segera membuat Henry menikahinya!Dengan begitu, dia bisa mendapatkan perlindungan dari Henry.Tidak hanya Felica tidak bisa menyerangnya, tetapi Eddy juga tidak akan berani menyerangnya!"Karena Kakek marah padamu, kamu tinggal di rum
Henry buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik Miana.Karena kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, Miana tidak berani berpura-pura pingsan lagi, segera membuka matanya, dan meraih sandaran kursi. Namun, yang terpegang adalah tangan Henry.Setelah ragu sejenak, Miana menggunakan kekuatan Henry untuk duduk tegak.Emily terkejut dan ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat. Setelah melihat Miana baik-baik saja, dia baru merasa lega, segera maju dan berkata, "Maaf, tadi aku nggak sengaja."Dia takut Miana akan menyalahkannya. Karena sangat gugup, urat-urat di punggung kedua tangannya yang sedang membuat gerakan minta maaf terlihat jelas.Miana melepaskan tangannya dari tangan Henry, berbalik perlahan, menatap dan berkata dengan suara lembut, "Nyonya Emily sudah menyelamatkanku, seharusnya aku yang berterima kasih. Terima kasih, Nyonya Emily!"Miana selalu bersikap sopan kepada anggota keluarga Jirgan.Emily tahu bahwa Eddy sangat menyayangi Miana, jadi dia tidak berani menerima puj
Henry mengira dia akan hidup sendiri untuk selamanya dan tidak menyangka dia akan menikahi Miana.Eddy menatap Henry, mendesah berat, lalu berkata, "Aku mengenal Mia selama belasan tahun, dan dia pernah menyelamatkan nyawaku, jadi aku tahu sifatnya seperti apa. Selama tiga tahun ini, sekalipun dia menjalani kehidupan pernikahan yang sulit, dia nggak pernah mengeluh di depanku, bahkan nggak pernah mengucapkan sepatah kata buruk tentangmu!"Henry mengerutkan kening.Jika Miana tidak mengadukan hal-hal yang terjadi antara mereka ke Kakek, bagaimana Kakek bisa tahu?Tidak mungkin Kakek punya kemampuan meramal, bukan?"Jangan berpikir bahwa Mia mengadu padaku! Ada orang yang kupekerjakan di rumahmu di Kompleks Gaillardia. Apa yang terjadi di antara kalian, aku tahu semuanya! Aku pernah bertanya secara nggak langsung kepada Mia, apakah dia akan bercerai denganmu. Dia nggak mengiakan, juga nggak menyangkal, tapi aku tahu kalau dia sudah memiliki niat untuk bercerai denganmu!" Eddy merasa sang
Setelah berpikir sejenak, Henry memutuskan untuk menelepon Miana.Namun, yang terdengar hanya nada sibuk.Henry mengernyit, dan mencoba menelepon lagi.Hasilnya masih sama. Nada sibuk.Henry tiba-tiba tertawa sinis.'Miana, kamu memang nggak pernah mengecewakanku.''Bahkan sudah salah pun masih tetap merasa benar.'Karena nomornya telah diblokir, dia malas mencari Miana sekarang. Dia baru akan mencari perhitungan dengan Miana setelah pulang nanti.Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.Henry refleks mengatup-ngatupkan bibirnya ketika melihat panggilan itu dari Eddy.'Wanita itu mengadu lagi pada Kakek?''Kakek menelepon pasti untuk memarahiku.'Setelah dicambuk waktu itu, dia tidak sempat mengobati lukanya karena kesibukan, sehingga lukanya terinfeksi. Selama dua hari terakhir, dia merasakan sakit yang luar biasa.Setelah beberapa saat, Henry baru menjawab panggilan itu, "Kakek, ada apa?""Henry, ke mana saja kamu beberapa hari ini? Kenapa nomor kamu selalu nggak bisa dihubungi?
"Baiklah, lakukan sesuai dengan yang Ibu atur." Farel tidak ingin membantah ibunya. Bagaimanapun, niat ibunya selalu untuk kebaikan Keluarga Ingra.Seperti yang ibunya katakan, mereka telah menikmati kehormatan Keluarga Ingra, jadi mereka harus mengorbankan kebahagiaan mereka.Meskipun mereka tidak ingin hidup seperti itu, mereka tidak bisa memilih di mana mereka dilahirkan"Kamu hubungi Nona Alisa dulu. Setelah semuanya sudah pasti kabari aku, aku akan membatalkan acara makan malam hari ini.""Oke!" Farel menutup telepon dan menyalakan rokok.Dalam kepulan asap, wajah wanita yang memesona itu terlihat sangat jelas.Setelah selesai merokok, wajah wanita itu juga menghilang.Farel tertawa kecil, lalu meminta asistennya untuk mencari nomor ponsel Alisa dan kemudian meneleponnya.Segera, suara wanita yang arogan terdengar, "Siapa ini!""Pasangan kencan butamu, Farel Ingra.""Ada perlu apa?" Nada bicaranya dingin.Farel mengangkat alisnya.'Sikap macam apa ini?''Meremehkanku?'"Kalau ngga
Melihat wajah Sherry tiba-tiba memerah, Farel menyipitkan matanya. Sebuah pemikiran terlintas di benaknya dan dia bertanya, "Sherry, apa yang sedang kamu pikirkan?"'Wanita ini pasti berpikir aku ingin melakukannya di sini, bukan?'Meskipun rumah sakit ini miliknya, dia tidak mungkin seberani itu.Namun, melakukannya di sini bisa memberikan sensasi ketegangan karena takut ketahuan.Pasti akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan."Aku berpikir apakah malam ini pergi ke tempatmu atau ke rumahku!" Sherry sekarang langsung bisa berbohong tanpa perlu persiapan.Menurutnya, Farel mungkin juga tidak ingin mendengar dia mengatakan yang sebenarnya.Kejujuran itu menyakitkan ...."Aku membelikanmu sebuah rumah. Setelah urusanku selesai, aku akan membawamu ke sana." Farel sekarang sudah tidak marah lagi, nada bicaranya jauh lebih lembut."Bukankah aku sudah bilang nggak mau?" Sherry tidak menginginkan barang-barangnya, karena itu membuatnya merasa seperti menjual diri."Tempatmu terlalu kecil,
Melihat Farel pergi, Sherry diam-diam menghela napas lega dan berkata, "Giyan, aku akan segera kembali, kamu tunggulah Mia di sini!"Farel bukan orang yang sabar, dia pasti akan marah jika dibiarkan menunggu lama.Giyan mengangguk tanpa banyak bertanya.Dia tidak pernah ikut campur urusan orang lain.Sherry menatapnya dalam-dalam sebelum berbalik pergi.Tidak ada kemungkinan lagi antara dia dengan Giyan.Dia sebenarnya sudah menyerah sejak lama.Di koridor darurat, Farel bersandar di pagar sambil mengapitkan sebatang rokok di antara dua jarinya. Wajah tampannya samar-samar terlihat di balik asap yang diembuskannya.Sherry berdiri di depan pintu dan menatap Farel.Dia harus mengakui bahwa wajah Farel memang sungguh tampan.Pada saat ini, pandangan Farel beralih pada Sherry, alisnya agak terangkat dan dia bertanya, "Kenapa nggak ke sini? Takut aku memakanmu?"Sherry menarik kembali pandangannya dan berjalan pelan ke arahnya, hatinya gelisah.Melihat ekspresi Sherry, raut wajah Farel seke
Sherry terkejut dan segera menarik tangannya. Dia berbalik dan menatap mata pria itu yang penuh kemarahan.Mengingat beberapa hari ini dia tidak menjawab telepon pria itu, Sherry merasa sangat gelisah.'Dia nggak akan melakukan sesuatu padaku di sini, 'kan?''Giyan masih ada di sini ....'Melihat wajah Sherry begitu pucat, amarah di hati Farel seketika melonjak.'Kenapa dia takut seperti ini? Apakah aku begitu menakutkan?'Sherry dapat merasakan amarah yang terpancar dari Farel dan khawatir amarah itu akan meledak pada detik berikutnya. Dia segera menghampiri Farel dan berkata dengan suara yang terdengar sedikit manis, "Kenapa kamu ada di sini?""Ini rumah sakit keluargaku, aku datang untuk inspeksi, nggak boleh?" Nada bicara Farel sangat ketus, terlihat jelas dia sangat marah.Setelah ragu sejenak, Sherry dengan hati-hati menarik tangan Farel sambil berkata dengan suara pelan, "Malam ini aku akan masak, datanglah untuk makan bersamaku, oke?"Farel sebelumnya sudah memberikan instruksi
Kepala pelayan itu hanya ingin menyarankan Eddy untuk tidak lagi ikut campur masalah Henry.Orang seperti Henry bagaimana mungkin mengikuti jalan yang telah direncanakan orang lain.Ekspresi Eddy seketika menjadi suram, dan dia berkata, "Semua penderitaan Mia selama tiga tahun ini disebabkan olehku! Sebenarnya, aku sudah lama menyadarinya, tapi aku hanya nggak mau menghadapi kenyataan! Sudahlah! Biarkan saja Henry! Kalau Miana ingin bercerai dengannya, dia pantas mendapatkannya!"....Tiga hari kemudian adalah hari pemakaman Reni.Langit meneteskan bulir-bulir air dengan intensitas ringan.Miana mengenakan pakaian hitam, dan berdiri di depan makam sambil memegang payung.Ekspresinya begitu tenang, tidak terlihat sedih ataupun senang.Seolah-olah neneknya tidak pergi untuk selamanya, tetapi hanya pergi berlibur dan akan kembali.Melihat kondisi Miana seperti itu, Sherry yang berdiri di sampingnya sangat khawatir.Dalam tiga hari ini, Miana tidur paling banyak dua jam.Bukan karena Miana
Sherry mengalihkan pandangannya ke pintu. Ketika melihat Kakek Eddy berjalan masuk, dia segera berkata, "Mia, kakekmu datang."Miana tertegun sejenak sebelum menolehkan kepalanya.Dengan menggunakan tongkat jalan, Eddy berjalan cepat ke arah Miana."Mia, kenapa kamu nggak mengabari Kakek hal sebesar ini!" Eddy sangat sedih ketika melihat Miana yang terlihat begitu lesu.'Gadis ini, kenapa dia malah menanggung semuanya sendirian?'Miana hendak bangkit, tetap tidak bisa karena lututnya sangat sakit. Dia terpaksa tetap berlutut dan bertanya, "Kenapa Kakek bisa datang ke sini?"Dia tidak memberi tahu keluarga Jirgan karena tidak ingin Henry tahu tentang hal ini.Lagi pula, dalam pandangan Henry, dia hanyalah seorang pengecut yang menggunakan kematian neneknya sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab. Karena itu, dia akan menjalani peran tersebut."Seharian nggak bisa menghubungimu. Karena khawatir, aku meminta orang untuk mencarimu dan mendapat kabar kalau nenekmu meninggal. Mia, Ka
Mereka telah tumbuh bersama sejak kecil, jadi Giyan pasti memahami sifat Miana.Selain itu, dia tahu bahwa Kakek Eddy sangat menyayangi Miana. Jika Miana tidak mengabarinya, itu mengartikan ada masalah antara Miana dan Henry.Melihat Miana tidak ingin mengatakanya, dia tidak mengutarakan dugaannya itu dan juga tidak bertanya lebih lanjut."Kamu nggak tidur semalaman? Matamu merah sekali, cepatlah istirahat sejenak." Henry menikahi Miana tetapi tidak menghargainya. Memikirkan ini, Giyan benar-benar ingin menghajar Henry."Nggak perlu, aku nggak ngantuk." Miana sangat keras kepala.Dia tidak ingin pergi, karena ini terakhir kalinya dia bisa menemani neneknya.Karena tidak bisa membujuk Miana, Giyan pun menemaninya. Jika Miana tiba-tiba pingsan, dia akan bisa segera membawanya ke rumah sakit.Celine melihat Giyan memperlakukan Miana dengan lembut, dan hatinya penuh dengan kebencian.Padahal Giyan hampir menjadi miliknya.Sementara itu, Pram mulai merencanakan sesuatu ketika melihat kedeka
"Kalau datang untuk berkabung, seharusnya berlutut di depan altar dan menangis. Eka, bantu Nyonya Senora berlutut di depan altar!" Mendengar ini, Miana tercekat dan refleks mengangkat kepalanya. Dia melihat Giyan yang berdiri tidak jauh darinya penuh dengan aura yang lembut dan senyuman di wajahnya dapat menyembuhkan semua luka di hatinya.Miana seketika teringat masa kecilnya. Setiap kali dimarahi dan dipukul di rumah, Giyan selalu menghiburnya dengan lembut.Pada saat itu, suasana hatinya akan membaik dengan cepat.Bertahun-tahun berlalu, ternyata kemunculan Giyan masih bisa membuatnya merasa tenang.Evina dipaksa berlutut di depan altar Reni. Mata Reni di dalam foto tampak sangat hidup. Ketika Evina tanpa sengaja melihatnya, dia langsung ketakutan sampai lupa menangis.'Si tua ini sudah mati, tapi masih saja menakuti-nakutiku!'Melihat apa yang terjadi, Sherry yang sebelumnya ingin menarik Evina diam-diam mundur ke tempat semula.Dia tentu senang ada yang membantu Miana.Begitu meli