Henry mengira dia akan hidup sendiri untuk selamanya dan tidak menyangka dia akan menikahi Miana.Eddy menatap Henry, mendesah berat, lalu berkata, "Aku mengenal Mia selama belasan tahun, dan dia pernah menyelamatkan nyawaku, jadi aku tahu sifatnya seperti apa. Selama tiga tahun ini, sekalipun dia menjalani kehidupan pernikahan yang sulit, dia nggak pernah mengeluh di depanku, bahkan nggak pernah mengucapkan sepatah kata buruk tentangmu!"Henry mengerutkan kening.Jika Miana tidak mengadukan hal-hal yang terjadi antara mereka ke Kakek, bagaimana Kakek bisa tahu?Tidak mungkin Kakek punya kemampuan meramal, bukan?"Jangan berpikir bahwa Mia mengadu padaku! Ada orang yang kupekerjakan di rumahmu di Kompleks Gaillardia. Apa yang terjadi di antara kalian, aku tahu semuanya! Aku pernah bertanya secara nggak langsung kepada Mia, apakah dia akan bercerai denganmu. Dia nggak mengiakan, juga nggak menyangkal, tapi aku tahu kalau dia sudah memiliki niat untuk bercerai denganmu!" Eddy merasa sang
Henry mengernyit, tampak tidak senang dan bertanya, "Apa maksud Kakek bertanya seperti itu?"Bercerai dengan Miana?Bagaimana mungkin dia ingin bercerai dengan Miana!Mengenai menikahi Janice, itu lebih tidak mungkin lagi!Dia dan Janice sama sekali tidak memiliki hubungan seperti itu!Eddy menatap Henry dan berseru, "Jawab aku dulu!"Terakhir kali dia berbicara dengan Miana, Miana mengatakan akan memberi Henry kesempatan.Namun, tindakan Henry hari ini sudah sangat keterlaluan.Dia tidak yakin apakah Miana sudah memutuskan untuk bercerai dengan Henry atau belum."Aku nggak pernah berpikir untuk bercerai dengan Miana!" Dia tidak akan melakukan hal yang bodoh seperti itu.Terlebih lagi, dia hanya tertarik melakukan hubungan intim dengan Miana.Jika bercerai dengan Miana, dia harus mengandalkan dirinya sendiri.Melakukan hal itu sendiri dalam jangka waktu lama, kemungkinan akan membuat dirinya sendiri mengalami masalah mental.Singkat kata, dia tidak akan bercerai dengan Miana!"Tapi, ti
Miana terpaksa tidak memedulikan kesehatan Kakek ketika dia berpura-pura pingsan."Mia, jangan khawatir, kondisi Kakek baik-baik saja. Bagaimana denganmu? Sudah pergi periksa di rumah sakit? Kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Eddy dengan nada lembut.Seakan-akan, dia takut akan mengejutkan Miana yang berada di ujung telepon."Kondisiku juga baik-baik saja, jadi nggak perlu pergi memeriksa, dan nggak perlu membuang-buang uang." Miana tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku menyimpan uang itu untuk membeli makanan enak untuk Kakek!"Eddy tertawa gembira dan membalas, "Kamu memang anak yang berbakti!"Miana selalu begitu pengertian dan baik hati.Dia tahu bahwa Miana selalu hanya memberitahunya kabar baik dan menutupi kabar buruk."Kakek, terima kasih atas persiapan pesta ulang tahun hari ini, meskipun hasil akhirnya nggak bagus, aku tetap ingin berterima kasih! Terima kasih Kakek sudah begitu baik padaku!" Jika bukan karena Henry dan Janice, pesta ulang tahun yang hangat ini past
Miana berharap dia bisa segera bercerai dengan Henry!Dia juga berharap bayi dalam perutnya bisa lahir dengan selamat dan bertemu dengannya.Setelah membuat permohonan, dia meniup lilin dengan satu tarikan napas.Sherry mengambil lilin tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Dia kemudian memberikan sendok kepada Miana sambil berkata, "Karena sudah larut, hanya terbeli kue mangkuk ini, makanlah seadanya."Miana menerima sendok itu, menyendok kue itu dan menyuapkannya ke mulut Sherry. "Suapan pertama untukmu."Sherry ingin menolak, tetapi ketika dia melihat Miana menatapnya dengan penuh berharap, dia menjadi tidak tega dan membuka mulutnya untuk memakan kue itu."Air sudah mendidih, aku pergi masak mi dulu. Kamu habiskanlah kue ini, mi akan segera siap!"Setelah mengatakan itu, Sherry pun berbalik pergi.Miana mengalihkan pandangannya, dia menoleh ke kue mangkuk di depannya, air matanya berlinang.Di dunia ini, selain neneknya, hanya Sherry yang selalu tulus padanya.Selesai masak mi
Sherry meletakkan gelas araknya, berjalan mendekat ke Miana dan menyentuh perutnya, lalu bertanya dengan suara pelan, "Apa kata dokter? Apakah ada yang perlu diperhatikan untuk kehamilan anak kembar?"Dia benar-benar tidak bisa membayangkan ada dua bayi di dalam perut itu.Betapa menyenangkan saat mereka lahir nanti!"Dokter sangat menekankan untuk nggak berhubungan intim." Setelah mengatakan ini, Miana pun berpikir bahwa dia tidak akan bisa menghindari hal itu jika tetap tinggal bersama Henry. Terlebih lagi, dia kekuatannya tidak sebanding dengan Henry, jadi sama sekali sulit untuk menolak.Dalam hal tersebut, Henry sangat dominan."Kalau kamu pulang, apakah Henry bisa menahan diri untuk nggak melakukannya denganmu? Kalau kamu menolaknya, alasan apa yang akan kamu gunakan?" Sherry mengernyit, lalu lanjut berkata, "Bagaimana kalau kamu pindah ke sini ? Tempatku begitu besar, kamu tinggal di sini bersamaku saja!"Miana menggelengkan kepalanya dan menolak, "Aku nggak bisa pindah ke sini
Pupil mata Miana langsung menyempit dan dia berseru, "Baik, aku akan segera ke sana!"Dia bahkan tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi!Menyadari perubahan ekspresi Miana, Sherry segera bertanya, "Mia, ada apa?"Miana menggenggam ponselnya erat-erat, tubuhnya sedikit gemetar.Entah mengapa dia merasakan firasat buruk.Kondisi neneknya mungkin .... tidak bisa diselamatkan."Mia, bicaralah, jangan menakutiku!" seru Sherry yang tanpa sadar meninggikan suaranya sambil mengguncang pelan wajah Miana.Miana perlahan tersadar, menatap Sherry dan berkata, "Nenek masuk UGD, aku harus segera ke sana!""Aku akan menemanimu!" Sherry bahkan tidak mencuci piring. Dia menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya dan membantu Miana berjalan keluar.Khawatir terjadi sesuatu pada Miana, dia memanggil taksi online.Setelah masuk ke taksi, Miana bersandar pada Sherry, sekujur tubuhnya terasa lemas.Seolah-olah semua tenaganya telah terkuras habis.Melihat kondisi Miana seperti itu, Sherry sangat khawa
"Kamu pulang dan tunggu kabar. Aku akan meneleponmu besok!" ujar Janice dengan suara pelan dengan menekan amarahnya yang meluap-luap di hatinya."Nona Janice, setidaknya berikan aku setengahnya. Kalau aku nggak bisa mengembalikan uang itu, aku akan dipukuli sampai mati!" Dia tentu tahu bahwa Janice hanya ingin membuatnya segera pergi.Jika dia benar-benar menunggu hingga besok, kemungkinan besar dia tidak akan mendapatkan sepeser pun.Bahkan mungkin dia akan dibungkam untuk selamanya.Oleh karena itu, dia sekarang harus mendapatkan uang sebanyak yang dia bisa.Setelah mendapatkan uang, dia baru akan memikirkan masalah besok."Sekarang aku nggak punya uang!" Janice tidak ingin memberikan sepeser pun."Nona Janice nggak takut aku akan mengatakan semuanya? Apakah Nona nggak berpikir apa yang akan terjadi padamu setelah berita kebohonganmu tersebar di internet?" Dia terpaksa mengancam Janice dengan cara ini.Dia tidak akan menyerah sampai mendapatkan uangnya!Janice mungkin kejam, tetapi t
Janice membalas tatapan Miana, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Nenekmu sudah terbaring di rumah sakit selama bertahun-tahun, seharusnya dia sudah mati sejak lama. Aku hanya membantumu, nggak perlu berterima kasih padaku!"Di depan Miana, dia tidak pernah menyembunyikan apa yang telah dilakukannya.Lagi pula, Henry tidak pernah memercayai apa yang dikatakan Miana, jadi dia merasa tidak perlu takut!Miana berdiri di depan ranjang rumah sakit Janice, menatapnya dengan mata merah penuh kebencian. "Janice, apakah kamu masih bisa disebut manusia setelah mengatakan hal seperti itu?"Neneknya masih dalam kondisi kritis dan dia telah menandatangani surat peringatan kondisi kritis. Dokter bahkan mengatakan agar dia siap secara mental. Dia punya firasat bahwa neneknya mungkin akan segera dijemput ajal!Saat menunggu di luar ruang gawat darurat, dia terus berpikir, tetapi tidak bisa mengerti mengapa kondisi neneknya tiba-tiba kritis lagi.Kemudian, dia pergi ke toilet dan tanpa sengaja mendenga
"Kalau datang untuk berkabung, seharusnya berlutut di depan altar dan menangis. Eka, bantu Nyonya Senora berlutut di depan altar!" Mendengar ini, Miana tercekat dan refleks mengangkat kepalanya. Dia melihat Giyan yang berdiri tidak jauh darinya penuh dengan aura yang lembut dan senyuman di wajahnya dapat menyembuhkan semua luka di hatinya.Miana seketika teringat masa kecilnya. Setiap kali dimarahi dan dipukul di rumah, Giyan selalu menghiburnya dengan lembut.Pada saat itu, suasana hatinya akan membaik dengan cepat.Bertahun-tahun berlalu, ternyata kemunculan Giyan masih bisa membuatnya merasa tenang.Evina dipaksa berlutut di depan altar Reni. Mata Reni di dalam foto tampak sangat hidup. Ketika Evina tanpa sengaja melihatnya, dia langsung ketakutan sampai lupa menangis.'Si tua ini sudah mati, tapi masih saja menakuti-nakutiku!'Melihat apa yang terjadi, Sherry yang sebelumnya ingin menarik Evina diam-diam mundur ke tempat semula.Dia tentu senang ada yang membantu Miana.Begitu meli
Keluar dari kamar mayat, Miana menahan kesedihannya dan mulai mengurus pemakaman neneknya dengan tenang.Bagaimanapun, dia sendirian, tidak punya hak untuk bersedih!Setelah dia selesai mengurus aula pemakaman, panggilan telepon dari Evina datang.Miana memberi tahu Evina alamat aula tersebut. Setelah itu, dia mulai mengabari kerabat-kerabat neneknya yang berada di kampung halaman.Miana berpikir bahwa neneknya yang terbaring sendirian di rumah sakit selama bertahun-tahun pasti sangat menantikan ada yang datang menjenguknya.Sekarang neneknya sudah tiada, dia ingin mengantar kepergian neneknya dengan penuh keramaian.Tidak lama kemudian, Evina datang bersama Pram dan Celine.Hal pertama yang mereka lakukan bukanlah menghormati almarhum, tetapi langsung menghampiri Miana.Tepat ketika Miana ingin berbicara, Evina menamparnya dan berteriak "Demi mendapatkan harta warisan Nenek, kamu mengurungnya selama bertahun-tahun! Sekarang Nenek sudah meninggal, kamu berpura-pura sedih dan menyuruh k
Saat Miana sadar, dia menemukan dirinya sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Aroma disinfektan menyengat hidungnya.Sherry seketika merasa lega ketika melihatnya bangun."Mia, bagaimana perasaanmu?"Miana menggeleng dan menjawab, "Aku sudah nggak apa-apa."Kemudian, dia membuka selimut dan hendak turun dari tempat tidur."Istirahatlah dulu," ujar Sherry sambil mengulurkan tangan dan menahan Miana."Aku ingin menemani Nenek untuk terakhir kalinya. Begitu fajar tiba, dia akan menjadi abu dan berbaring di dalam guci kecil. Aku nggak akan pernah punya kesempatan untuk melihatnya lagi." Nada suara Miana sangat tenang, emosinya tidak menunjukkan kesedihan atau kegembiraan. Sikap Miana seperti ini malah membuat Sherry merasa khawatir.Neneknya telah meninggal, tetapi Miana terlihat terlalu tenang.Sherry lebih suka Miana menangis keras seperti sebelumnya, mengeluarkan semua kesedihan dan rasa sakit di hatinya.Dia tidak ingin Miana menyimpan semuanya di dalam hati.Karena begitu hatinya t
Sherry terkejut dan segera menopang Miana dan memanggilnya dengan suara pelan, "Mia ...."'Siapa yang menelepon dan apa yang dikatakan orang itu?''Kenapa Mia terlihat begitu terpukul?'"Janice yang bilang padamu kalau aku yang membuatnya keguguran?" Setelah menenangkan diri, Miana bertanya dengan tegas, "Lalu, apakah kamu tahu mengapa aku pergi mencarinya?""Itu nggak penting! Yang penting adalah Janice kehilangan anaknya! Sekarang dia bahkan masih di meja operasi! Miana, kalau terjadi sesuatu pada Janice, aku akan membuatmu ikut mati bersamanya!" seru Henry yang nada bicaranya penuh dengan niat membunuh.Henry menyalahkan Miana yang tiba-tiba datang menemui Janice di rumah sakit, bahkan mendorongnya ke lantai dan menendang perutnya hingga keguguran.Anak yang dikandung Janice adalah anak Zeno.Menurutnya, sekalipun Kakek tidak menyukai Janice, Kakek tetap berharap anak itu segera lahir.Bagaimanapun, anak itu adalah satu-satunya darah daging Zeno!Sekarang anak itu tiada, bagaimana d
Sherry mendengar tangisan Miana, hatinya terasa sangat sakit, dan dia segera memeluknya."Mia ...."Sherry tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena kata-kata penghiburan terhenti di tenggorokannya.Hatinya sendiri sudah sakit, tetapi Miana pasti merasakan sakit yang berkali-kali lipat lebih dalam!Di saat seperti ini, menghibur pun tidak akan ada artinya.Petugas di samping merasa sedikit canggung. "Nona, kami harus membawa jenazah ke kamar mayat, nggak boleh tinggal di sini terlalu lama!"Mereka telah melihat banyak keluarga yang berduka. Ada yang menangis tersedu-sedu, ada juga yang tidak menunjukkan emosi apa pun.Namun, cara Miana menangis akan membuat hati siapa pun yang melihatnya terasa tertekan.Petugas ingin memberinya lebih banyak waktu, tetapi mereka harus mematuhi aturan rumah sakit.Miana mengusap air matanya, agar bisa melihat wajah neneknya dengan lebih jelas.Dia kemudian mengulurkan tangannya, dengan lembut menutup mata neneknya yang terbuka lebar sambil berkata,
Miana sadar bahwa sekalipun dia membunuh Janice seperti ini, dia juga tidak akan bisa hidup!Selain itu, neneknya baru saja meninggal, dia harus mengantar kepergian neneknya dengan layak.Adapun masalah dengan Janice, dia akan mengurusnya nanti.Janice menatap perut Miana.Sangat datar dan tidak terlihat ada yang aneh.Namun, dia menyewa seseorang untuk menyelidiki Miana dan menemukan bahwa Miana melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit milik Keluarga Ingra.Waktu kehamilan Miana dan kehamilannya hanya berbeda satu bulan.Pada saat dia baru hamil, mualnya sangat parah dan Henry hampir setiap hari menemaninya hingga larut malam. Hal ini menunjukkan, meskipun sudah larut, Miana dan Henry masih melakukan hubungan intim!Karena Henry pernah mengatakan tidak menyukai Miana, Janice pun berpikir pasti Miana yang menggoda Henry terlebih dahulu.Memikirkan apa yang mereka lakukan di tempat tidur, dia sangat cemburu.Selama bertahun-tahun, baik tersirat maupun tersurat, dia telah menggoda
Janice membalas tatapan Miana, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Nenekmu sudah terbaring di rumah sakit selama bertahun-tahun, seharusnya dia sudah mati sejak lama. Aku hanya membantumu, nggak perlu berterima kasih padaku!"Di depan Miana, dia tidak pernah menyembunyikan apa yang telah dilakukannya.Lagi pula, Henry tidak pernah memercayai apa yang dikatakan Miana, jadi dia merasa tidak perlu takut!Miana berdiri di depan ranjang rumah sakit Janice, menatapnya dengan mata merah penuh kebencian. "Janice, apakah kamu masih bisa disebut manusia setelah mengatakan hal seperti itu?"Neneknya masih dalam kondisi kritis dan dia telah menandatangani surat peringatan kondisi kritis. Dokter bahkan mengatakan agar dia siap secara mental. Dia punya firasat bahwa neneknya mungkin akan segera dijemput ajal!Saat menunggu di luar ruang gawat darurat, dia terus berpikir, tetapi tidak bisa mengerti mengapa kondisi neneknya tiba-tiba kritis lagi.Kemudian, dia pergi ke toilet dan tanpa sengaja mendenga
"Kamu pulang dan tunggu kabar. Aku akan meneleponmu besok!" ujar Janice dengan suara pelan dengan menekan amarahnya yang meluap-luap di hatinya."Nona Janice, setidaknya berikan aku setengahnya. Kalau aku nggak bisa mengembalikan uang itu, aku akan dipukuli sampai mati!" Dia tentu tahu bahwa Janice hanya ingin membuatnya segera pergi.Jika dia benar-benar menunggu hingga besok, kemungkinan besar dia tidak akan mendapatkan sepeser pun.Bahkan mungkin dia akan dibungkam untuk selamanya.Oleh karena itu, dia sekarang harus mendapatkan uang sebanyak yang dia bisa.Setelah mendapatkan uang, dia baru akan memikirkan masalah besok."Sekarang aku nggak punya uang!" Janice tidak ingin memberikan sepeser pun."Nona Janice nggak takut aku akan mengatakan semuanya? Apakah Nona nggak berpikir apa yang akan terjadi padamu setelah berita kebohonganmu tersebar di internet?" Dia terpaksa mengancam Janice dengan cara ini.Dia tidak akan menyerah sampai mendapatkan uangnya!Janice mungkin kejam, tetapi t
Pupil mata Miana langsung menyempit dan dia berseru, "Baik, aku akan segera ke sana!"Dia bahkan tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi!Menyadari perubahan ekspresi Miana, Sherry segera bertanya, "Mia, ada apa?"Miana menggenggam ponselnya erat-erat, tubuhnya sedikit gemetar.Entah mengapa dia merasakan firasat buruk.Kondisi neneknya mungkin .... tidak bisa diselamatkan."Mia, bicaralah, jangan menakutiku!" seru Sherry yang tanpa sadar meninggikan suaranya sambil mengguncang pelan wajah Miana.Miana perlahan tersadar, menatap Sherry dan berkata, "Nenek masuk UGD, aku harus segera ke sana!""Aku akan menemanimu!" Sherry bahkan tidak mencuci piring. Dia menahan rasa tidak nyaman di tubuhnya dan membantu Miana berjalan keluar.Khawatir terjadi sesuatu pada Miana, dia memanggil taksi online.Setelah masuk ke taksi, Miana bersandar pada Sherry, sekujur tubuhnya terasa lemas.Seolah-olah semua tenaganya telah terkuras habis.Melihat kondisi Miana seperti itu, Sherry sangat khawa