Miana mengabaikan Henry, seakan-akan Henry tidak ada di sana.Hanya untuk menjemput Janice seorang, Henry telah membuat lebih dari dua puluh orang menunggunya berjam-jam. Perilaku seperti itu pada dasarnya akan membuat orang merasa jengkel. Sekalipun hubungan mereka sekarang hanya mitra kerja, Miana sama sekali tidak ada niat memainkan sandiwara dengan Henry.Raut wajah Henry seketika menjadi masam. "Miana, apa maksud sikapmu ini!"'Wanita ini sengaja ingin membuatku malu di depan begitu banyak orang.'"Henry, cukup!" Eddy tiba-tiba membentak, "Sebagai suami Mia, kamu bahkan nggak tahu hari ini adalah ulang tahunnya! Ini sudah sangat keterlaluan! Padahal aku sudah mengingatkanmu untuk membeli kue dan hadiah ulang tahun! Hasilnya? Kue yang kamu beli ini krimnya sudah nggak berbentuk! Hadiahnya lebih parah, sebuah boneka murahan yang dibeli dari Shopee! Kamu nggak punya uang atau nggak punya waktu? Kenapa begitu pelit! Sekarang, apa hakmu menyalahkan Mia!"Eddy benar-benar sangat marah.
Janice menggigit bibirnya sebelum berkata, "Bu, aku hanya mencintai Zeno. Sedari kecil aku hanya mencintainya! Aku tetap ingin berada di keluarga Jirgan, sepenuh hati tetap mencintai Zeno hingga aku menjadi tua!"Apa yang dipikirkannya berbeda dengan yang diucapkannya. Jika dia tahu sejak awal bahwa Zeno adalah seorang pecundang, dia pasti sudah mengarahkan perhatiannya ke Henry.Dengan begitu, dia dan Henry pasti sudah bersama sejak lama, dan Miana sama sekali tidak ada kesempatan menjadi istri Henry!"Aku akan percaya kata-katamu untuk sementara! Tapi, kalau kamu berbohong, aku nggak akan ragu-ragu memberi pelajaran!" Dia memberi Janice dua pilihan, karena Janice sudah membuat pilihan, Janice harus mematuhi perjanjian di antara mereka.Janice menarik napas dalam-dalam, tersenyum dan mengangguk, "Bu, aku pasti bisa menepati kata-kataku! Kamu tunggu dan lihat saja!"Pembantu di samping melirik Janice secara diam-diam, lalu berpikir di dalam hatinya, 'Hanya melihat tingkahnya saat bersa
Miana menyatakan pendiriannya, dan juga secara tidak langsung memberi tahu Henry bahwa karena Janice menyukainya, dia tidak akan bersaing dengan Janice.Eddy merasa sangat lega mendengar apa yang dikatakan Miana.Dia awalnya khawatir Miana hanya akan merasa sedih dan tidak akan melawan.Sekarang tampaknya kekhawatirannya itu tidak diperlukan..'Mia akhirnya sudah dewasa, nggak bucin lagi!''Bagus sekali!'Janice terkejut, dia tidak menyangka Miana akan berkata seperti itu.Di masa lalu, Miana tidak akan mempermalukannya di depan begitu banyak orang.Apa yang terjadi pada Miana hari ini?Pada akhirnya, dia hanya bisa meminta bantuan pada Henry. Dengan mata merah berkaca-kaca, dia berkata, "Henry, aku ...."Dia terlihat sangat lemah dan tidak berdaya.Seolah-olah semua orang di dunia ini menindasnya.Henry mengangkat alisnya, lalu mengambil gelang dari tangan Janice dan langsung menyerahkannya pada Miana sambil berkata, "Dia hanya berniat baik, kalau kamu nggak menerimanya, bukankah itu
Tindakan tiba-tiba Janice membuat Miana terkejut, dan pikirannya menjadi kosong. Dia tidak bereaksi untuk sesaat, juga tidak menarik kembali tangannya, membiarkan Janice memegang tangannya dan terus mengayunkannya ke wajahnya sendiri.Karena masih marah dan berharap Miana dapat melampiaskan kemarahannya pada Janice sehingga tidak merasa terlalu sakit hati, Eddy pun tidak menghentikannya.Felica masih merasa kesal dia dimarahi Eddy karena kelakuan Janice tadi. Dia juga ingin Janice mendapatkan pelajaran, jadi dia hanya melihat dalam diam.Anggota keluarga lainnya tahu bahwa Eddy menyukai Miana. Ditambah dengan kepura-puraan Janice yang membuat mereka sangat tidak suka, mereka hanya menganggap adegan ini seperti sebuah lelucon, tentu saja mereka tidak akan membela Janice, apalagi menyalahkan Miana.Ekspresi Henry seketika terlihat sangat masam. Dia langsung mencengkeram pergelangan tangan Miana dan berteriak, "Miana, sudah cukup! Jangan keterlaluan!"Rasa sakit di pergelangan tangan memb
"Jangan panggil aku! Cepat pergi dari sini!" Felica memarahi Janice sambil memberi isyarat mata padanya.Bagaimanapun, di perut Janice masih ada anak Zeno. Dia khawatir Janice akan keguguran setelah dipukul oleh Eddy.Dia tetap harus memikirkan cucunya, walaupun dia ingin sekali membunuh Janice.Putranya telah tiada, jika cucunya yang sudah lama ditunggu-tunggu juga tiada, dia pasti akan sangat terpukul!Pak Surdin kembali dengan sebuah cambuk di tangan. Dia melihat orang-orang di ruangan itu sebentar, lalu dengan hati-hati menyerahkannya kepada Eddy.Jantung Felica berdetak kencang.Kali ini Eddy benar-benar serius akan menggunakan cambuk itu!Janice pasti akan dipukuli jika tidak segera pergi!Memikirkan semua itu, dia segera menendang Janice dan berteriak, "Cepat pergi dari sini! Kamu nggak bisa dengar yang kubilang?"Janice mengulurkan tangannya, menarik tangan Henry dan berseru, "Henry, cepat lepaskan tangan Miana. Ini semua salahku, kamu jangan menghukum Miana!"Dia tahu niat Fel
Emily buru-buru memberi isyarat dengan matanya dan berkata kepada suaminya, "Ayah menyuruh menelepon siapa, kamu telepon siapa!"Eddy pada dasarnya sudah sangat marah, ditambah Miana pingsan. Jika setiap orang terus keras kepala seperti ini, bisa-bisa Eddy ikut pingsan! Selain itu, jika terjadi sesuatu pada Miana, siapa yang akan bertanggung jawab?Emily segera menyuruh Paula, istri dari anak ketiga keluarga Jirgan, untuk mengambil tas Miana dan mengeluarkan ponselnya.Saat Paula mengeluarkan ponsel Miana, dia tanpa sengaja menjatuhkan tisu yang membungkus sesuatu. Ketika tisu itu jatuh ke lantai, ada pil putih bergulir keluar dari dalamnya.Paula takut dimarahi, buru-buru meminta maaf, "Ayah, aku nggak sengaja! Setelah menelepon, aku akan mengambil pilnya!" Lalu dia segera menghubungi nomor Sherry.Eddy menatap pil yang tergeletak di lantai, lalu bertanya kepada Henry, "Mia sedang sakit?"Henry tertegun sebelum menjawab, "Nggak tahu."Dia benar-benar tidak tahu tentang Miana.Ekspresi
'Si tua bangka itu sungguh kejam! Sakit sekali!''Pasti akan kubalas dendam ini!'Melihat Janice bangkit duduk, Felica tetap terlihat tenang. Dia menyalakan mesin mobil, lalu mengemudikan mobil keluar dari pintu gerbang. "Janice, jawab aku dengan jujur, siapa sebenarnya ayah dari bayi di perutmu?"Janice terkejut, suaranya sedikit menajam ketika menjawabnya, "Bu, bukankah sudah kuberi tahu kalau ini adalah anak Zeno? Apa maksud Ibu bertanya seperti ini? Apakah Ibu meragukanku?"Dengan tatapan dingin, Felica melirik kaca spion dan berseru, "Semoga itu memang anak Zeno!"Jika bukan, dia tidak akan membiarkan Janice hidup tenang!Janice seketika merinding. Kedua tangannya memeluk diri sendiri erat-erat. Di dalam hatinya, dia telah memutuskan bahwa dia harus segera membuat Henry menikahinya!Dengan begitu, dia bisa mendapatkan perlindungan dari Henry.Tidak hanya Felica tidak bisa menyerangnya, tetapi Eddy juga tidak akan berani menyerangnya!"Karena Kakek marah padamu, kamu tinggal di rum
Henry buru-buru mengulurkan tangan untuk menarik Miana.Karena kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, Miana tidak berani berpura-pura pingsan lagi, segera membuka matanya, dan meraih sandaran kursi. Namun, yang terpegang adalah tangan Henry.Setelah ragu sejenak, Miana menggunakan kekuatan Henry untuk duduk tegak.Emily terkejut dan ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat. Setelah melihat Miana baik-baik saja, dia baru merasa lega, segera maju dan berkata, "Maaf, tadi aku nggak sengaja."Dia takut Miana akan menyalahkannya. Karena sangat gugup, urat-urat di punggung kedua tangannya yang sedang membuat gerakan minta maaf terlihat jelas.Miana melepaskan tangannya dari tangan Henry, berbalik perlahan, menatap dan berkata dengan suara lembut, "Nyonya Emily sudah menyelamatkanku, seharusnya aku yang berterima kasih. Terima kasih, Nyonya Emily!"Miana selalu bersikap sopan kepada anggota keluarga Jirgan.Emily tahu bahwa Eddy sangat menyayangi Miana, jadi dia tidak berani menerima puj
Rika mengikuti Farel dari belakang. Hidungnya dipenuhi aroma melati yang samar-samar tercium dari tubuh Farel.Dia tidak bisa tidak membayangkan pria seperti apa Farel ini."Duduklah."Suara itu membuyarkan lamunan Rika.Tanpa sadar, mereka sudah masuk ke dalam ruang VIP."Kenapa? Apakah aku terlihat tampan? Kenapa terus menatapku?" Farel tersenyum dan menggodanya, seakan-akan mereka sudah mengenal cukup lama.Padahal hari ini adalah pertemuan pertama mereka.Rika duduk, lalu menoleh ke Farel dan mengucapkan terima kasih.Farel duduk di seberangnya.Pelayan datang membawa minuman dan camilan.Farel mengambil gelas dan menuangkan minuman.Rika menatap Farel, ekspresinya terlihat tenang, tetapi di dalam hatinya sudah mulai tumbuh rasa suka.Berwajah tampan dan bersikap lembut, mungkin setiap wanita akan menyukai pria seperti ini."Kalau kamu bisa minum, minumlah sedikit saja. Kalau nggak, aku akan pesan minuman soda untukmu." Saat menuangkan minuman, Farel sepertinya baru mengingat hal i
Dering ponsel menarik kembali Farel dari pikirannya.Farel mengangkat alisnya.'Mungkin Sherry tiba-tiba merasa bersalah, jadi kembali dengan makanan-makanan itu untuk makan malam bersamaku?''Hmph!''Karena perilakunya yang baik, aku bisa nggak menghukumnya dengan kejam.'Sambil berpikir demikian, dia mengeluarkan ponselnya dari saku.Namun, yang tertera di layar adalah nama Henry.'Kenapa Henry meneleponku?''Apa yang terjadi?'Segera, dia mengangkat telepon itu."Ayo, keluar minum!" ajak Henry tanpa basa-basi."Kenapa tiba-tiba?" tanya Farel yang merasa aneh.'Suasana hati Henry sedang buruk?''Kalau nggak, kenapa tiba-tiba mengajakku minum?'"Jangan banyak bicara! Tempat biasa." Selesai berbicara, Henry langsung menutup telepon.Farel meletakkan ponselnya dan mengambil sendok untuk menghabiskan sayuran di meja sebelum keluar rumah.Setibanya di kelab, dia langsung melihat seorang wanita berdiri di sana, seperti sedang menunggunya.Dia mengusap keningnya, lalu berjalan menuju wanita
Tangan Henry yang sedang memegang gelas itu seakan-akan dicengkeram kuat oleh sesuatu yang tidak terlihat. Entah mengapa dia tiba-tiba merasa sesak di dadanya.Langit di luar jendela gelap seperti tinta. Meskipun di dalam ruangan ada cahaya lampu, hal itu tidak dapat mencerminkan perasaan rumit yang dirasakan Henry saat ini.'Kakek juga memberi tahu Miana tentang hal ini?''Kalau nggak, kenapa Miana begitu bertekad untuk bercerai!'"Aku sudah memperingatkanmu, jangan terlalu ikut campur urusan Janice, tapi kamu mengabaikan kata-kataku!" seru Eddy dengan suara rendah tetapi penuh dengan wibawa. Setiap kata-katanya seperti palu yang menghantam ke hati Henry.Henry tahu bahwa Kakek tiba-tiba membicarakan ini karena Kakek pasti sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya dan mengetahui Janice bersamanya di Kota Sugal.'Apakah Miana juga tahu apa yang diketahui Kakek?'Henry tidak merespons ucapan kakeknya. Dia memilih untuk diam."Di mata orang lain, Janice mungkin tampak lemah dan polos, ta
Miana memang sudah berencana tinggal di Ruellia, jadi saat Kakek berkata demikian, dia tidak menolak. "Kek, aku mengerti. Sekarang sudah larut, lebih baik Kakek pulang dan istirahat, oke? Setelah perpindahanku selesai, aku akan datang menemui Kakek.""Oke!" Melihat wajah kecil Miana begitu pucat dan lesu, hati Eddy terasa pilu.'Sungguh gadis yang baik.'Dia benar-benar tidak rela Miana pergi.Namun, dia tidak boleh begitu egois dan membiarkan Miana tetap di sini dan terus disakiti oleh Henry.'Lihat saja nanti, Henry pasti akan menyesal!'Miana menarik kopernya dan berjalan tanpa sekali pun menoleh ke belakang.Setelah memutuskan untuk pergi, dia harus tegas."Miana!" Henry ingin mengejarnya, tetapi Kakek mengangkat tongkatnya dan memukul kakinya. "Berhenti! Jangan kejar dia!""Kakek ...." Henry bertanya-tanya, mengapa Kakek tidak bisa berpikir jernih lagi sekarang?Setelah menyuruh sopir untuk mengatar Miana, Eddy memandang Henry dan mencibir, "Henry, apa hakmu untuk menahannya nggak
"Miana, sudah kubilang aku bisa menjelaskan semuanya. Bisakah kamu nggak pergi? Dengarkan aku dulu!" Henry mencoba menahan amarahnya, berusaha melembutkan nada bicaranya.Dia bergegas kembali dari Kota Sugal bukan untuk mengantar Miana pergi.Dia ingin menjelaskan semuanya dan meminta maaf padanya.Kali ini memang dia yang salah!Miana memegang kopernya erat-erat dan menatap Henry dengan tatapan dingin.Henry adalah pria yang telah dicintainya selama sepuluh tahun.Dia pikir akan mencintai Henry seumur hidupnya.Namun, dia sekarang telah melepaskan Henry dari hatinya.Miana tidak menyesal pernah mencintai Henry.Dia juga tidak khawatir bagaimana menjalani masa depannya.Dia hanya perlu fokus melihat ke depan.Dia percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikannya yang terbaik."Henry, kesempatan yang aku berikan padamu sudah habis! Jadi kali ini, keputusanku untuk pergi sudah bulat" ujar Miana dengan tenang, sama sekati tidak ada emosi apa pun di wajahnya.Kematian neneknya telah membuat Mia
Miana berdiri. Sorot matanya penuh keteguhan menatap ke kejauhan, seolah-olah dia sudah melihat jalan yang akan dilaluinya, penuh tantangan dan ketidakpastian. Sementara itu, Eddy berdiri diam, mengamati punggung Miana yang berjalan pergi. Hatinya dipenuhi rasa tidak rela, tetapi juga berharap bahwa Miana akan memiliki masa depan yang cerah.Malam semakin larut, rumah besar keluarga Jirgan kembali ke tenang seperti sedia kala. Namun, keputusan yang diambil Miana malam ini bagaikan sebuah batu yang jatuh ke permukaan danau yang tenang, lalu menimbulkan riak-riak yang menandakan sebuah perjalanan hidup yang baru akan segera dimulai.Miana kembali ke rumah di Kompleks Gaillardia. Bibi Lina segera menghampirinya dan bertanya, "Nyonya ingin makan apa? Akan aku buatkan!"Miana hanya tersenyum sambil menggeleng, lalu berkata, "Terima kasih. Aku nggak lapar dan belum ingin makan""Kalau Nyonya ingin makan nanti, beri tahu saya!" ujar Bibi Lina."Ya. Aku naik ke atas dulu."Bibi Lina hanya bisa
Janice menyadarkan kepalanya di dada Yosef, mendengar suara detak jantungnya. Pada momen itu, hatinya sedikit tergerak.Entah mengapa matanya memerah berkaca-kaca.Jika dia tidak jatuh cinta pada Henry, dia pasti akan langsung setuju saat Yosef mengucapkan kata-kata itu.Namun, dia tidak bisa setuju!Keheningan Janice menghancurkan hati Yosef.Dia jelas-jelas sudah tahu jawaban Janice sejak lama.Namun, dia masih saja dengan bodohnya berharap, mungkin saja Janice akan berubah pikiran dan ingin bersamanya.Sayang sekali, hasilnya ....Dia telah berharap terlalu banyak."Kak Yosef ... aku ...." Janice merasakan ketidaknyamanan Yosef, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak tahu harus berkata apa."Nggak perlu menjawab, aku sudah tahu! Janice, jangan paksa dirimu, ikuti kata hatimu." Dia sudah mencoba dan mengetahui hasilnya, jadi dia sudah puas. "Tapi, aku mungkin nggak bisa sering bertemu denganmu lagi."Setelah menikah dan memiliki keluarga, dia tentu harus bertanggung jawab pada keluar
Setelah dipikir-pikir, Wiley merasa lebih baik menunggu hingga Henry kembali dan mengetahui kabar itu sendiri."Wiley, katakan! Apa yang sebenarnya terjadi!" Nada suara Henry menjadi lebih tajam.Wiley mendesah kecil, dan terpaksa memberi tahu Henry apa yang diketahuinya.Henry tercekat ketika mendengar kabar nenek Miana meninggal dunia.Dia teringat hari ketika dia menelepon Miana dan menyuruhnya meminta maaf kepada Janice. Saat itu, Miana sudah mengatakan bahwa neneknya meninggal, tetapi apa yang dia katakan pada Miana?Dia mengatakan Miana berbohong!Beberapa hari ini Miana tidak meneleponnya, dan dia berpikir Miana sedang menghindarinya karena tidak mau meminta maaf kepada Janice.Dia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa kebenarannya adalah nenek Miana telah meninggal dunia.Menghadapi masalah sebesar ini, Miana bahkan tidak meneleponnya untuk memberitahunya.Miana pasti sangat sedih.Itulah sebabnya Miana tidak ingin memberitahunya.Tidak mendengar suara di telepon, Wiley pun
Setelah berpikir sejenak, Henry memutuskan untuk menelepon Miana.Namun, yang terdengar hanya nada sibuk.Henry mengernyit, dan mencoba menelepon lagi.Hasilnya masih sama. Nada sibuk.Henry tiba-tiba tertawa sinis.'Miana, kamu memang nggak pernah mengecewakanku.''Bahkan sudah salah pun masih tetap merasa benar.'Karena nomornya telah diblokir, dia malas mencari Miana sekarang. Dia baru akan mencari perhitungan dengan Miana setelah pulang nanti.Pada saat ini, ponselnya tiba-tiba berdering.Henry refleks mengatup-ngatupkan bibirnya ketika melihat panggilan itu dari Eddy.'Wanita itu mengadu lagi pada Kakek?''Kakek menelepon pasti untuk memarahiku.'Setelah dicambuk waktu itu, dia tidak sempat mengobati lukanya karena kesibukan, sehingga lukanya terinfeksi. Selama dua hari terakhir, dia merasakan sakit yang luar biasa.Setelah beberapa saat, Henry baru menjawab panggilan itu, "Kakek, ada apa?""Henry, ke mana saja kamu beberapa hari ini? Kenapa nomor kamu selalu nggak bisa dihubungi?