"Iya, Pak." Orang itu menjeda ucapannya sesaat, kemudian melanjutkan, "hanya saja, setiap orang yang membesarkan ulat ini akan menjadi pasangan hidup dan mati anda. Artinya adalah, jika salah satu di antara kalian meninggal, maka satu yang lainnya juga akan meninggal di waktu yang sama."
"Jadi aku akan terikat dengan orang itu?" "Iya, Pak." Karena terlalu serius dalam menjelaskan, orang itu, Profesor Johan, sampai tidak memperhatikan sebuah apel yang berada tepat di bawah kakinya. Profesor Johan terus berjalan dan tanpa sengaja menginjak apel itu. Setengah detik kemudian, tubuh gempal Profesor Johan terjatuh dengan bunyi 'gedebuk' tepat di depan wajah Aileen. Kedua mata Aileen membelalak besar sekali. Ia menutup mulutnya, jantungnya berdebar hingga rasanya akan keluar dari tempatnya. Saat ia hendak mengarahkan jari telunjuknya ke bibirnya, bermaksud mengisyaratkan agar Profesor Johan diam akan keberadaannya, ia merasakan sesuatu menggigit jari itu. Tanpa sadar ia berteriak kencang, "aaaa ...." Ia bahkan reflek hendak berdiri tapi terhalang meja yang tak tergoyahkan. Hal itu membuat kepalanya terasa sakit akibat terbentur bagian bawah meja. "Ada penyusup!" teriak Profesor Johan. Tubuh gempal itu berdiri kembali bersamaan dengan datangnya beberapa pria tinggi tegap berpakaian serba hitam. Aileen, yang merasa tak ada lagi tempat untuk bersembunyi, segera keluar dari kolom meja dengan cengiran lebar di wajahnya. "Aku bukan penyusup." Saat ia keluar dari meja. Hal pertama yang ia lihat adalah, seseorang bertubuh tinggi tegap, dengan rambut cepak, bibir tipis, hidung mancung dan rahang sempurna tengah menatapnya dingin. Orang itu mengenakan setelan jas berwarna abu-abu yang sangat pas dengan bentuk tubuhnya yang sempurna. Aileen terkesiap. Seolah baru saja melihat salah satu karakter komik yang beberapa hari lalu ia baca muncul di dunia nyata. Wajah orang itu terlalu sempurna, seolah di pahat dengan sangat hati-hati tanpa kesalahan sedikitpun. Kedua mata elang itu menatap Aileen tajam, dan bibir tipis itu perlahan terbuka, "bunuh wanita itu!" Ketika mendengar itu, Aileen masih belum bangun dari mimpinya. Ia masih terus berdiri seperti orang bodoh yang menatap bulan purnama. Seolah tak percaya ada keindahan seperti itu di langit yang hitam. "Baik, Pak!" Saat para pria berseragam hitam mengambil langkah tegas ke arahnya, barulah Aileen terbangun dari mimpi dan dengan cepat mencoba menjelaskan, "tidak-tidak, aku bukan penyusup. Kalian tidak bisa menyentuhku!" Dua orang pria telah memegang tangan kanan dan kirinya, salah seorang yang lain mengeluarkan pistol berperedam di jas hitamnya. "Tunggu, tunggu! Kalian sungguh salah sangka! Aku bukan penyusup, dan aku tidak berniat jahat disini!" Si pria tampan, "...." Bagaimana mungkin seseorang yang bukan penyusup bisa sampai ke laboratorium yang di jaga ketat? Ini bukan taman hiburan yang bisa di datangi oleh banyak orang! Melihat salah satu pria berseragam hitam yang memegang pistol telah bersiap mengarahkan pistol itu ke arahnya, Aileen tak lagi bisa merasakan hidup ini lebih dari kata konyol! "Kalian tidak bisa membunuh orang sembarangan!" Aduhaii, baru saja ia selamat dari maut dan ingin memulai hidup yang lebih baik dengan mengubah alur hidupnya. Tak di sangka, baru saja keluar dari kandang harimau, ia masuk ke kandang singa. Saat Aileen hampir pasrah dengan hidupnya, sebuah suara terdengar menginterupsi raungan putus asanya. "Tunggu, Pak! Kita tidak boleh membunuhnya." Pria yang memegang pistol menghentikan gerakan tangannya tepat waktu. Wajah kakunya kemudian menatap ke arah pria berwajah tampan tanpa menurunkan pistol itu. Seolah meminta instruksi langsung dari atasannya. Si pria berwajah tampan itu menatap Profesor Johan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Namun, Profesor Johan segera mengerti maksudnya dan menjelaskan dengan patuh, "sepertinya gadis itu telah di gigit anak ulat cinta." Profesor Johan maju lima langkah. Kini ia berdiri tepat di depan Aileen, mengisyaratkan pria berseragam hitam yang memegang tangan kanannya untuk melepaskannya terlebih dahulu. Dan benar saja, dia melihat anak ulat cinta menempel di salah satu jadi Aileen. "Nona, saat ulat ini menempel padamu, apakah kau merasa seolah digigit nyamuk atau semut?" Bulu mata Aileen bergetar. Ia tadi telah mendengar apa konsekuensinya bagi orang yang di gigit oleh ulat cinta ini. Ketika baru saja Profesor Johan mengatakan bahwa itu adalah ulat cinta, ia merasa dunianya berputar tidak pada posisinya. Tak mendapat jawaban, Profesor Johan segera membangunkan Aileen dari lamunannya, "Nona?" Aileen tersentak. Wajahnya merah ungu karena takut. "I-iya." Profesor Johan mengalihkan pandangannya ke arah pria berwajah tampan itu lagi, "kita benar-benar tidak boleh membunuhnya, Pak." Ada kilatan kemarahan di mata elang pria berwajah tampan itu. Tapi bibir tipisnya hanya mengucapkan dua kata, "siapa kau?" Merasa ada harapan untuk hidup, dengan senang hati Aileen menjelaskan, "nama saya Aileen, Pak. Saya tidak sengaja menginjak tanah gembur dan jatuh." Barusan ia dengan orang-orang itu memanggil pria berwajah tampan dengan panggilan 'Pak'. Pria tampan itu memang terlihat paling muda di antara yang lain. Itu artinya, bukan umur yang membuatnya berhasil di panggil 'Pak'. Melainkan sebuah kedudukan yang berada di atas. Singkatnya adalah, Aileen merasa bahwa dia orang penting, jadi ia ikut saja memanggilnya 'Pak' karena tidak ingin menerima resiko. Pria berwajah tampan, "...." Ia seolah masih menunggu penjelasan Aileen selanjutnya. "Saya ini hanya warga biasa, Pak. Saya sungguh tak sengaja terjatuh ketika saya berjalan-jalan di sekitar makam sebelum berziarah." Ia menjeda sebentar, seluruh mata tertuju padanya, seolah bersiap mengulitinya hidup-hidup bila ia tidak berbicara jujur. "Saya sama sekali tidak bohong, Pak. Lihat tanah yang berserakan ini, itu tadi terjatuh bersama saya. Juga apel yang berserakan ini." Kali ini, semua orang kembali memandang pria berwajah tampan. Sedangkan yang di pandang masih terus berwajah datar. Sama sekali tidak menunjukkan emosi apapun. "Katakan apa yang kau dengar." "Saya tidak dengar apapun, Pak." Aileen hendak mengangkat dua jarinya sebagai tanda bahwa ia bersungut-sungut. Namun, belum sempat ia melakukan hal itu, pria berseragam hitam yang tadi telah melepaskan tangan kanannya kembali meraihnya kala merasakan ada gerakan kecil. "Itulah yang harus kau katakan di luar." Pria itu menatap Profesor Johan, yang segera di angguki olehnya dan langsung mengambil anak ulat cinta di tangan kanan Aileen. "Mulai sekarang Nona ini harus memberi makan anak ulat cinta ini sebanyak dua kali setiap bulan." kata Profesor Johan sopan. Pria berwajah tampan itu melihat ke arah atap yang berlubang. Itu adalah lubang pelarian jika sewaktu-waktu di butuhkan. Lubang itu selalu di tutup rapat dan hanya bisa di buka dengan kunci tertentu. Lalu, bagaimana bisa gadis ini 'tak sengaja' jatuh? Pasti ada sesuatu yang terjadi. "Selidiki hal ini dan segera beritahu saya hal sekecil apapun yang kalian temukan." "Baik, Pak." Lalu pria berwajah tampan itu berbalik dan pergi. Profesor Johan melihat kepergian bos besarnya. Memikirkan sesuatu, lalu dengan wajah bersalah ia memanggilnya, "Pak Zayn!"Pria berwajah tampan itu, Zayn, segera membalikkan badannya. Belum sempat Profesor Johan mengatakan kenapa ia memanggilnya, Zayn telah berkata, "bagaimana menetapkan tanggal pemberian makan itu?"Tadi Profesor Johan hanya mengatakan bahwa Aileen harus memberikan makan anak ulat cinta itu setiap sebulan dua kali, tapi tidak memberi tahu apakah waktunya bisa di atur sesuka hati atau harus menurut tanggal ketika anak ulat cinta itu menggigitnya.Secara kebetulan, itulah yang akan di sampaikan Profesor Johan."Karena hari ini tepat tanggal satu ulat itu menggigit Nona Aileen, maka bisa di pilih antara tanggal satu hingga sepuluh untuk memulai. Jika anda ingin memulai dari tanggal ini, maka hari pertama akan di hitung tanggal lima belas."Itu artinya, mulai tanggal lima belas bulan ini, Aileen harus siap memberi makan anak ulat cinta itu selama sebulan dua kali setiap tanggal satu dan lima belas.Zayn mengangguk faham. Wajah muramnya menatap Aileen penuh peringatan. Sebelah tangannya ia u
"Semua orang, mohon bantuannya untuk segera berpencar dan menemukan Grace!" Nyonya Ratna benar-benar berteriak histeris.Beberapa orang mengangguk setuju, tapi ada seorang dengan kening berkerut justru masih berdiri di tempat dan berkata, "menurutku, akan lebih baik jika kita tanyakan dulu pada Aileen apa yang terjadi. Setidaknya kita bisa tahu apa langkah selanjutnya, dan tentu akan mempermudah pencarian."Axel membenarkan, "kau benar. Biarkan yang telah pergi mencari lebih dulu, kita dengarkan cerita Aileen dengan baik."Kini, semua mata orang yang tersisa menatap Aileen. Untungnya, setelah memiliki pengalaman di tindas selama bertahun-tahun, kali ini Aileen telah memikirkan jawaban karangan dengan sangat cepat.Tentunya yang tidak akan merugikan dirinya."Tadi Grace mengajak saya ke kamar mandi. Setelah tiba di sana, Grace menyuruh saya untuk menunggunya di dalam.""Saat saya ingin keluar, entah bagaimana pintu itu t
Siapa suruh tadi Aileen sudah menawarkan diri untuk turun Axel tidak mau? Sekarang tiba-tiba memaksanya turun begitu saja? Tidak semudah itu, kawan. Setidaknya, tidak dengan cara meremehkan seperti ini.Mendengarkan pembelaan Aileen yang sangat tidak sopan. Wajah Nyonya Ferdian tiba-tiba menjadi sangat merah, hingga kedua telinganya hampir mengeluarkan asap.'Ini baru hari pertama dia menjadi menantuku. Lihatlah sikapnya yang kurang ajar ini!'"Kalau begitu silahkan potong kakimu dulu. Setelah itu saya selanjutnya!"Suara arogan ini, benar-benar khas Nyonya Ferdian."Baiklah, kalau begitu harus merepotkan suamiku untuk mencarikan golok." Saat mengatakannya, tak lupa Aileen menekan kata 'suamiku' lebih dalam.Nyonya Ferdian ingin membalas perkataan Aileen lebih jauh, tapi suara Axel telah menyela."Mungkin ini bukan saatnya bagi kalian untuk berdebat. Dan untukmu, jika memang tak mau turun, maka bersikap patuh lah!""Aku bukannya tidak patuh, juga bukan tidak mau turun! Bukankah tadi
Saat mengucapkan hal itu, suara Aileen terdengar biasa saja. Tapi hatinya telah bergetar hebat hingga ia merasa jantungnya akan keluar dari tempat saat itu juga."Jangan membuat alasan, aku tidak mau menjadi suami malang, kalau kakimu sampai di amputasi di hari pertama pernikahan.""Kau menyumpahi aku jadi cacat?"Kedua petugas, "....""Sebaiknya kau turunkan aku sekarang juga, atau aku benar-benar akan membuat masalah!"Aileen tidak ingin terus melakukan hal yang akan membuat dirinya malu. Hanya saja, jika rasa malu itu berhasil membuatnya jauh dari ambulans, juga tetap akan ia lakukan."Berhentilah terus mendebatku!""Aku tidak mendebatmu! Aku hanya tidak mau di antar dengan ambulans!"Tiba-tiba Axel menghentikan langkahnya, menatap Aileen dengan serius. "Bukan sudah ku bilang akan menemanimu masuk?""Menurutmu aku langsung bisa menerima?"Dalam hal ini, Aileen sangat menghargai niat baik Axel walau mungkin niat itu hanya akting belaka. Tapi yang Aileen takutkan bukanlah ia yang ak
Di sisi lain, seorang pria bertubuh gempal dengan tinggi badan kira-kira seratus sembilan puluh lima centi meter, menyaksikan semua yang di lakukan Aileen drai jarak jauh.Setelah Aileen dan Axel benar-benar telah memasuki ambulans itu, dia mengeluarkan ponsel pintarnya dan mulai mengetik.[Tuan Muda, Nona Aileen telah memasuki ambulans.]Tak perlu menunggu lama, pesan itu langsung di jawab oleh sang penerima. [Kau terus awasi dia. Jangan sampai lukanya di tangani sembarang dokter.][Baik.][Juga ingat untuk menghalangi ambulans yang mereka panggil. Jangan sampai ada kekliruan. Kau tahu apa yang kau lakukan setelahnya][Baik.]Pria itu, Kopong, adalah pemimpin dari penjaga bayangan yang ada di sisi Zayn.Ia sangat cocok dengan posisi itu. Bukan semata hanya tubuhnya yang tinggi gempal, melainkan skill bertarungnya yang hampir tak tertandingi.Di wajahnya terdapat bekas luka yang melintang dari telinga hingga bawah hidung, juga dari bawah mata hingga bibir. Alisnya tipis meruncing, da
Di kegelapan, Kopong menyaksikan semua itu dengan wajah datar.'sepertinya kali ini Tuan Muda memang agak berlebihan.'Sementara di lain tempat, Zayn masih berusaha menghubungi Profesor Johan.Ini sudah ketiga kalinya Zayn menekan nomor Profesor Johan, tapi belum juga mendapat jawaban setelah dering ke lima.Ketika panggilan ketiga itu kembali tak mendapatkan jawaban, Zayn hendak kembali menelepon, ketika nomor Profesor Johan telah masuk lebih dulu.[Maaf, Tuan Muda. Baru saja saya kembali menguji kemampuan anak ulat racun cinta itu agar tak menimbulkan masalah di kemudian hari.]Zayn menjawab langsung pada alasan mengapa ia terus menelepon Profesor Johan. [Kau bilang orang yang tergigit anak ulat itu akan menjadikannya sehidup semati denganku. Sekarang orang itu menderita sakit, kenapa aku tidak merasakannya?]Profesor Johan, [Baru saja setelah saya uji kembali, rupanya anak ulat itu berkembang sesuai keinginan saya. Dulu saya tidak mengatakan hal itu karena masih belum pasti, takutn
Merasa tak suka dengan tindakan anaknya, Nyonya Ferdian berkata dengan tak suka, "Axel, kau tidak akan melawan keluargamu demi istri tak tahu diri utu, kan?!"Axel ingin membisikkan sesuatu di telinga ibunya. Tapi dalam kondisi ini, sepertinya hal itu sulit di lakukan."Aku tidak bermaksud melawan kalian, tapi kita perlu mencari pokok drai permasalahan lebih dulu."Dengan Nyonya Ratna yang masih terus meronta di dalam genggamannya, Axel mencoba memberi isyarat kedipan mata pada ibunya.Di atas brankar, Aileen masih berjuang kembali memenuhi paru-parunya. Sebelah tangannya memegang lehernya yang terasa sakit dan kaku.'Rupanya nenek sihir memiliki adik yang sama gilanya.'"Maaf, Bibi. Saya tidak tahu di mana letak kesalahan saya."Setelah tadi dia meninggalkan kamar mandi, tentu dia tak lagi tahu apa yang terjadi selanjutnya.Walau dalam pikiran telah berhasil menebak apa yang terjadi dengan sangat tepat, dia tentu perlu mempertanyakan apa yang terjadi dengan jelas lebih dulu."Kau ber
Nyonya Ratna hendak kembali menyerang Aileen, ketika seorang suster dan seorang dokter datang."Maaf, tiba-tiba datang mengganggu. Kami mendengar teriakan dan makian dari ruangan ini. Meski ruangan ini di desai dengan sound proofing yang bagus, tapi kita juga harus memperhatikan keadaan pasien."Dengan sopan, Nyonya Ferdian meminta maaf pada dokter itu. "Terjadi sedikit kesalah pahaman pada kami. Itu membuat kami kehilangan kendali dan mengabaikan peraturan rumah sakit."Dokter itu tersenyum, "kesalah pahaman apapun, tidak baik jika membuat kalian bertengkar di depan pasien. Apa lagi tadi dokter Celestia juga sempat mengatakan, di takutkan pasien ini mengalami gangguan pasca trauma setelah mendapatkan serangan mendadak."Di name tag dokter itu tertulis kata prof. Itu artinya, dia adalah salah satu petugas ruang VVIP. Wajar baginya untuk mengetahui penyakit pasien."Oiya, saya kemari untuk mencari seseorang bernama Axel." Dokter
Orang itu mengirimkan dua video dengan durasi lumayan panjang. Di bawah video itu, dia menuliskan, [suamimu dan dua Nyonya itu tengah melihatnya.] Aileen membuka video itu, yang ternyata berisikan apa saja yang ia lakukan di pemakaman tadi. Video itu tidak terlalu jelas. Seperti hasil pengambilan dari CCTV. Tapi cukup membuktikan Aileen tidak bersalah. Di menit pertama, terlihat Grace yang mengajak Aileen ke kamar mandi. Di dalam video memang tak berisikan suara, tapi dari gerak geriknya juga sudah cukup membuktikan, bahwa memang Grace yang mengajaknya ke kamar mandi, bukan sebaliknya. Setelah itu, di lihat dari CCTV berbeda, Grace mendorong Aileen kedalam kamar mandi. Di situ jelas terlihat kemudian Grace sendiri yang mengunci pintunya. "Aku tidak tahu mereka bahkan memasang begitu banyak CCTV di pemakaman?" Dari k
Nyonya Ratna hendak kembali menyerang Aileen, ketika seorang suster dan seorang dokter datang."Maaf, tiba-tiba datang mengganggu. Kami mendengar teriakan dan makian dari ruangan ini. Meski ruangan ini di desai dengan sound proofing yang bagus, tapi kita juga harus memperhatikan keadaan pasien."Dengan sopan, Nyonya Ferdian meminta maaf pada dokter itu. "Terjadi sedikit kesalah pahaman pada kami. Itu membuat kami kehilangan kendali dan mengabaikan peraturan rumah sakit."Dokter itu tersenyum, "kesalah pahaman apapun, tidak baik jika membuat kalian bertengkar di depan pasien. Apa lagi tadi dokter Celestia juga sempat mengatakan, di takutkan pasien ini mengalami gangguan pasca trauma setelah mendapatkan serangan mendadak."Di name tag dokter itu tertulis kata prof. Itu artinya, dia adalah salah satu petugas ruang VVIP. Wajar baginya untuk mengetahui penyakit pasien."Oiya, saya kemari untuk mencari seseorang bernama Axel." Dokter
Merasa tak suka dengan tindakan anaknya, Nyonya Ferdian berkata dengan tak suka, "Axel, kau tidak akan melawan keluargamu demi istri tak tahu diri utu, kan?!"Axel ingin membisikkan sesuatu di telinga ibunya. Tapi dalam kondisi ini, sepertinya hal itu sulit di lakukan."Aku tidak bermaksud melawan kalian, tapi kita perlu mencari pokok drai permasalahan lebih dulu."Dengan Nyonya Ratna yang masih terus meronta di dalam genggamannya, Axel mencoba memberi isyarat kedipan mata pada ibunya.Di atas brankar, Aileen masih berjuang kembali memenuhi paru-parunya. Sebelah tangannya memegang lehernya yang terasa sakit dan kaku.'Rupanya nenek sihir memiliki adik yang sama gilanya.'"Maaf, Bibi. Saya tidak tahu di mana letak kesalahan saya."Setelah tadi dia meninggalkan kamar mandi, tentu dia tak lagi tahu apa yang terjadi selanjutnya.Walau dalam pikiran telah berhasil menebak apa yang terjadi dengan sangat tepat, dia tentu perlu mempertanyakan apa yang terjadi dengan jelas lebih dulu."Kau ber
Di kegelapan, Kopong menyaksikan semua itu dengan wajah datar.'sepertinya kali ini Tuan Muda memang agak berlebihan.'Sementara di lain tempat, Zayn masih berusaha menghubungi Profesor Johan.Ini sudah ketiga kalinya Zayn menekan nomor Profesor Johan, tapi belum juga mendapat jawaban setelah dering ke lima.Ketika panggilan ketiga itu kembali tak mendapatkan jawaban, Zayn hendak kembali menelepon, ketika nomor Profesor Johan telah masuk lebih dulu.[Maaf, Tuan Muda. Baru saja saya kembali menguji kemampuan anak ulat racun cinta itu agar tak menimbulkan masalah di kemudian hari.]Zayn menjawab langsung pada alasan mengapa ia terus menelepon Profesor Johan. [Kau bilang orang yang tergigit anak ulat itu akan menjadikannya sehidup semati denganku. Sekarang orang itu menderita sakit, kenapa aku tidak merasakannya?]Profesor Johan, [Baru saja setelah saya uji kembali, rupanya anak ulat itu berkembang sesuai keinginan saya. Dulu saya tidak mengatakan hal itu karena masih belum pasti, takutn
Di sisi lain, seorang pria bertubuh gempal dengan tinggi badan kira-kira seratus sembilan puluh lima centi meter, menyaksikan semua yang di lakukan Aileen drai jarak jauh.Setelah Aileen dan Axel benar-benar telah memasuki ambulans itu, dia mengeluarkan ponsel pintarnya dan mulai mengetik.[Tuan Muda, Nona Aileen telah memasuki ambulans.]Tak perlu menunggu lama, pesan itu langsung di jawab oleh sang penerima. [Kau terus awasi dia. Jangan sampai lukanya di tangani sembarang dokter.][Baik.][Juga ingat untuk menghalangi ambulans yang mereka panggil. Jangan sampai ada kekliruan. Kau tahu apa yang kau lakukan setelahnya][Baik.]Pria itu, Kopong, adalah pemimpin dari penjaga bayangan yang ada di sisi Zayn.Ia sangat cocok dengan posisi itu. Bukan semata hanya tubuhnya yang tinggi gempal, melainkan skill bertarungnya yang hampir tak tertandingi.Di wajahnya terdapat bekas luka yang melintang dari telinga hingga bawah hidung, juga dari bawah mata hingga bibir. Alisnya tipis meruncing, da
Saat mengucapkan hal itu, suara Aileen terdengar biasa saja. Tapi hatinya telah bergetar hebat hingga ia merasa jantungnya akan keluar dari tempat saat itu juga."Jangan membuat alasan, aku tidak mau menjadi suami malang, kalau kakimu sampai di amputasi di hari pertama pernikahan.""Kau menyumpahi aku jadi cacat?"Kedua petugas, "....""Sebaiknya kau turunkan aku sekarang juga, atau aku benar-benar akan membuat masalah!"Aileen tidak ingin terus melakukan hal yang akan membuat dirinya malu. Hanya saja, jika rasa malu itu berhasil membuatnya jauh dari ambulans, juga tetap akan ia lakukan."Berhentilah terus mendebatku!""Aku tidak mendebatmu! Aku hanya tidak mau di antar dengan ambulans!"Tiba-tiba Axel menghentikan langkahnya, menatap Aileen dengan serius. "Bukan sudah ku bilang akan menemanimu masuk?""Menurutmu aku langsung bisa menerima?"Dalam hal ini, Aileen sangat menghargai niat baik Axel walau mungkin niat itu hanya akting belaka. Tapi yang Aileen takutkan bukanlah ia yang ak
Siapa suruh tadi Aileen sudah menawarkan diri untuk turun Axel tidak mau? Sekarang tiba-tiba memaksanya turun begitu saja? Tidak semudah itu, kawan. Setidaknya, tidak dengan cara meremehkan seperti ini.Mendengarkan pembelaan Aileen yang sangat tidak sopan. Wajah Nyonya Ferdian tiba-tiba menjadi sangat merah, hingga kedua telinganya hampir mengeluarkan asap.'Ini baru hari pertama dia menjadi menantuku. Lihatlah sikapnya yang kurang ajar ini!'"Kalau begitu silahkan potong kakimu dulu. Setelah itu saya selanjutnya!"Suara arogan ini, benar-benar khas Nyonya Ferdian."Baiklah, kalau begitu harus merepotkan suamiku untuk mencarikan golok." Saat mengatakannya, tak lupa Aileen menekan kata 'suamiku' lebih dalam.Nyonya Ferdian ingin membalas perkataan Aileen lebih jauh, tapi suara Axel telah menyela."Mungkin ini bukan saatnya bagi kalian untuk berdebat. Dan untukmu, jika memang tak mau turun, maka bersikap patuh lah!""Aku bukannya tidak patuh, juga bukan tidak mau turun! Bukankah tadi
"Semua orang, mohon bantuannya untuk segera berpencar dan menemukan Grace!" Nyonya Ratna benar-benar berteriak histeris.Beberapa orang mengangguk setuju, tapi ada seorang dengan kening berkerut justru masih berdiri di tempat dan berkata, "menurutku, akan lebih baik jika kita tanyakan dulu pada Aileen apa yang terjadi. Setidaknya kita bisa tahu apa langkah selanjutnya, dan tentu akan mempermudah pencarian."Axel membenarkan, "kau benar. Biarkan yang telah pergi mencari lebih dulu, kita dengarkan cerita Aileen dengan baik."Kini, semua mata orang yang tersisa menatap Aileen. Untungnya, setelah memiliki pengalaman di tindas selama bertahun-tahun, kali ini Aileen telah memikirkan jawaban karangan dengan sangat cepat.Tentunya yang tidak akan merugikan dirinya."Tadi Grace mengajak saya ke kamar mandi. Setelah tiba di sana, Grace menyuruh saya untuk menunggunya di dalam.""Saat saya ingin keluar, entah bagaimana pintu itu t
Pria berwajah tampan itu, Zayn, segera membalikkan badannya. Belum sempat Profesor Johan mengatakan kenapa ia memanggilnya, Zayn telah berkata, "bagaimana menetapkan tanggal pemberian makan itu?"Tadi Profesor Johan hanya mengatakan bahwa Aileen harus memberikan makan anak ulat cinta itu setiap sebulan dua kali, tapi tidak memberi tahu apakah waktunya bisa di atur sesuka hati atau harus menurut tanggal ketika anak ulat cinta itu menggigitnya.Secara kebetulan, itulah yang akan di sampaikan Profesor Johan."Karena hari ini tepat tanggal satu ulat itu menggigit Nona Aileen, maka bisa di pilih antara tanggal satu hingga sepuluh untuk memulai. Jika anda ingin memulai dari tanggal ini, maka hari pertama akan di hitung tanggal lima belas."Itu artinya, mulai tanggal lima belas bulan ini, Aileen harus siap memberi makan anak ulat cinta itu selama sebulan dua kali setiap tanggal satu dan lima belas.Zayn mengangguk faham. Wajah muramnya menatap Aileen penuh peringatan. Sebelah tangannya ia u