Share

6. Perjanjian

Penulis: Syavinkauthor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-18 22:52:48

"Apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Charlotte pada Malvin.

"Justru lebih cepat lebih baik."

"Benar, lebih cepat lebih baik. Tetapi aku l tidak menyangka jika akan secepat ini. Aku kira kita perlu meyakinkan orang tuamu dan tidak akan secepatnya mendapatkan restu mereka."

"Aku juga tidak menyangka respons orang tuaku cukup baik menyambutmu. Waktu kita tinggal 1 bulan lagi menuju hari pernikahan. Sekarang tugasku adalah membuat dokumen pernikahan kita, jangan sampai ada yang tahu identitasmu sebenarnya." Malvin tampak serius dengan ucapannya.

"Aku yakin kamu bisa mengurus itu dengan baik. Lalu apa tugasku?" tanya Charlotte.

"Kamu harus ikut ibuku untuk mempersiapkan acara pernikahan kita nanti. Ikuti saja apa yang ibuku inginkan," jawab Malvin.

"Baiklah," ujar Charlotte.

Malvin mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya dan memberikannya kepada Charlotte. Sebuah amplop berwarna cokelat tampak berisi dokumen.

"Apa ini?" Charlotte penasaran dan bertanya kepada Malvin.

"Buka dan baca dengan teliti!" pinta Malvin.

Charlotte membuka amplop tersebut dan mengeluarkan dokumen yang ada di dalamnya. Ada dua bendel dokumen yang isinya sama.

"Perjanjian pernikahan," ucap Charlotte yang membaca judul dokumen tersebut.

"Ya, aku sudah menyiapkannya. Bukankah ini yang kamu inginkan?"

"Benar, aku ingin dan butuh ini."

"Silakan dibaca tiap poinnya dengan teliti. Ada dua dokumen, satu untukku dan satu lagi untu kamu simpan."

Charlotte mengangguk mendengar penjelasan Malvin. Ia mulai membaca poin-poin yang ada pada perjanjian pernikahan yang dibuat oleh Malvin tersebut.

Setelah membacanya, Charlotte tampak manggut-manggut tanda setuju. Ia pun segera menandatangani kedua perjanjian tersebut.

"Ini, aku sudah menandatanganinya. Sekarang giliran kamu yang tanda tangan."

Charlotte memberikan kedua dokumen yang telah ditandatanganinya kepada Malvin. Malvin menerimanya sambil tersenyum dan segera menandatangani dokumen itu.

"Ok, sekarang ini sudah beres. Kamu simpan ini dan yang satu ini akan aku simpan," ujar Malvin sambil memberikan satu dokumen kepada Charlotte.

Charlotte menerima dokumen tersebut sambil mengangguk.

"Baiklah, sekarang aku mau istirahat dulu," ucap Charlotte sambil berlalu meninggalkan Malvin menuju ke kamar.

Malvin menanggapinya dengan anggukan.

Sementara itu, Hugo yang baru saja sampai di rumahnya usai menghadiri acara makan malam di rumah keluarga Liavin tampak kebingungan. Hugo sangat yakin bahwa wanita yang dikenalkan Malvin dengan nama Cynthia itu adalah Charlotte.

"Kamu kenapa Hugo?" tanya ibu Rose yang sejak tadi memperhatikan anak laki-lakinya itu.

"Ah, ibu mengagetkanku saja," jawab Hugo yang terkejut.

"Dari tadi ibu memperhatikanmu tampak kebingungan. Apa kamu sedang memikirkan wanita tadi?"

Hugo menatap ibunya dan bertanya, "Apa ibu juga memiliki pikiran yang sama denganku?"

"Ya, ibu juga berpikir itu istrimu. Tetapi, kenapa anak Tuan Lavin menyebut namanya Chyntia. Lalu, dari penampilannya wanita itu juga sangat berbeda dengan penampilan istrimu yang kusam dan berantakan."

"Tetap saja, Dia sangat mirip dengan Charlotte Bu," bantah Hugo.

"Kamu sudah menghubunginya?"

"Sudah ribuan kali Bu, tetapi sekarang justru nomornya tidak aktif lagi."

"Lalu kemana perginya wanita itu?"

Hugo diam mendengar pertanyaan ibunya karena ia juga tidak bisa menjawabnya. Pria itu justru beranjak dari tempat duduknya yang sejak tadi berada di ruang makan menuju ke lemari es untuk mengambil minuman kaleng.

"Ibu, Kakak, kalian sudah pulang?" Jassie datang menyapa ibu dan saudara laki-lakinya.

"Ya, seperti yang kamu lihat," jawab Hugo.

"Bagaimana acaranya Bu? Seru? Wah, sayang sekali aku tidak diajak." Jessie menanyakan sambil merengek ingin ikut ke acara makan malam rutin yang diadakan keluarga Liavin itu.

"Ini acara penting, tidak sembarangan yang bisa ikut. Ayahmu akan malu jika mengajak terlalu banyak anggota keluarga." Bu Rose menanggapi rengekan putrinya.

"Tapi kenapa hanya Hugo yang selalu diajak. Kan bisa gantian Bu?" protes Jessie lagi.

"Jessie benar, aku juga ingin ikut Bu. Kan kita bisa gantian," timpal Marrie.

"Tenanglah, nanti ayahmu akan marah jika mendengar apa yang kalian katakan ini." Ibu Rose berusaha menenangkan kedua putrinya.

"Tapi Bu, kenapa selalu Hugo." Lagi-lagi rengekan keluar dari mulut putri Rose, kali ini Marrie yang merengek.

"Apa sih yang kalian ributkan!" bentak Hugo yang mulai emosi.

"Aku juga ingin bisa ikut ke pesta sepertimu!" Jassie balik membentak Hugo.

"Untuk apa kalian ikut? Kalian tidak akan paham mengenai bisnis Ayah!" Hugo semakin emosi.

"Sudah diam, jangan ribut! Jessie, Marrie kalian tidak tahu apa-apa soal bisnis." Kali ini Ayah mereka yang angkat bicara.

Mendengar ayahnya yang berbicara seketika Jessie dan Marrie tidak berani membantah lagi. Mereka berdua meninggalkan ruang tengah menuju ke kamarnya masing-masing.

Ibu Rose yang sejak tadi duduk bersama Hugo di ruang tengah mengikuti kedua putrinya yang sedang merajuk. Beliau berusaha menenangkan dan membujuk putri kesayangannya itu agar tidak merajuk lagi.

Sementara itu, Hugo meletakkan kedua tangannya pada kepala. Ia tampak merasa sangat frustasi karena mendengar ocehan adik-adiknya yang menurut Hugo tidak masuk akal.

"Mereka sudah gila!" umpat Hugo sambil meneguk minuman kaleng yang sejak tadi dipegangnya.

"Lama-lama aku juga bisa ikut gila jika terus di rumah ini!"

Hugo beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju ruang tamu. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ayahnya bertanya, "Mau kemana kamu?"

"Aku ingin mencari udara segar Yah," jawab Hugo singkat sambil terus berjalan menuju pintu.

"Bagaimana kabar istrimu? Kapan Dia akan pulang?" tanya ayahnya lagi.

Hugo menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap ayahnya yang berdiri di ruang tengah.

"Aku sedang berusaha mencarinya Yah," ujar Hugo sambil menatap ayahnya.

"Jadi selama ini kamu tidak tahu keberadaannya?"

Hugo kebingungan mendengar pertanyaan ayahnya. Ia berusaha mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Maksud Hugo, Charlotte. Ah, Charlotte sedang ingin bertemu keluarganya Yah. Ya, Dia akan segera kembali ke rumah ini secepatnya." Hugo berusaha mencari alasan hingga tergagap menjawab pertanyaan ayahnya.

"Benarkah? Kalau begitu telepon Dia. Suruh segera pulang," perintah ayah Hugo.

Hugo kebingungan lagi mencari alasan. Namun, ia tidak bisa menolak perintah ayahnya. Ia pun segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Charlotte yang sudah tidak aktif lagi.

"Kenapa?"

"Tidak diangkat Yah. Mungkin Charlotte sudah tidur. Ini sudah larut malam," ujar Hugo.

"Mana ponselmu," pinta ayah Hugo.

"Untuk apa Yah?"

"Sudah jangan banyak tanya."

"Tapi …"

Ayah Hugo mendekat ke arah Hugo dan mengambil ponsel Hugo. Beliau mencari nomor Charlotte dan menekan tombol dial. Tombol speaker diaktifkan oleh ayah Hugo sehingga mereka berdua bisa mendengar bahwa nomor yang dihubungi tersebut sudah tidak aktif.

Ayah Hugo menatap tajam ke arah anak laki-lakinya itu sambil berkata, "Jawab jujur, ada apa sebenarnya?"

Bab terkait

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    7. Kembali ke Sisi Gelap

    "Apa kamu bilang? Charlotte pergi dan kamu tidak tahu kemana Dia?" Ayah Hugo terkejut mendengar bahwa Charlotte pergi dari rumah. Sementara itu, Hugo hanya bisa diam melihat tanggapan ayahnya yang tampak marah. "Apa sebenarnya yang kamu lakukan sehingga Charlotte pergi meninggalkanmu?" Ayah Hugo bertanya sambil berteriak karena marah. Rose, Jessie dan Marrie keluar dari kamar karena mendengar suara ayah mereka yang keras. Sedangkan Hugo masih tetap terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. "Cepat jawab!" bentak ayah Hugo yang semakin marah. "Tenanglah Ayah, biarkan Hugo menjelaskan terlebih dahulu." Ibu Hugo menghampiri suaminya untuk menenangkan. "Ah! Ini karena putramu itu sering kamu bela! Jadinya begini!" Tuan James Lloris semakin marah mendengar Nyonya Rose membela putranya. "Ayah tidak mau tahu, kamu harus mencari Charlotte. Jangan sampai membuat keluarga ini malu dengan hancurnya rumah tanggamu!" tambah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    8. Kelaparan Dini Hari

    “Hah … hah …hah … “ Nafas memburu keluar dari mulut Charlotte.Mata Charlotte kembali terjaga setelah terpejam beberapa saat. Ia tersentak kaget saat tiba-tiba terbangun dan tersadar dari mimpi buruknya. “Jam berapa ini?” ucap Charlotte sambil tangannya berusaha meraih ponsel yang sejak tadi berada di atas nakas.Waktu menunjukkan pukul 02.35 pagi, Charlotte berusaha merubah posisinya dari yang semula berbaring menjadi duduk.“Untungnya cuma mimpi. Tetapi, mengapa hatiku rasanya sangat sakit sekali,” gumam Charlotte.Charlotte beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar untuk keluar. Saat telah sampai d luar kamar, ternyata Malvin juga masih terjaga.“Kamu belum tidur?” tanya Charlotte.Malvin tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Charlotte karena sejak tadi Malvin fokus menatap layar laptop.“Ya, masih ada beberapa pekerjaan penting yang harus aku selesaikan. Kamu sendiri?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    9. Teringat Kenangan

    "Selamat pagi, ini ayam pesanan Anda Tuan," ucap kurir di luar pintu apartemen Malvin. "Baik, terima kasih. Ini buatmu," jawab Malvin sambil memberikan selembar uang sebagai tips. "Terima kasih." Kurir itu berlalu meninggalkan tempat tinggal Malvin. Sementara Malvin menutup pintu dan masuk ke dalam. Malvin pergi ke dapur dan mengambil piring, lalu ia menaruh ayam goreng pesananannya ke dalam piring tersebut. Malvin mengambil satu potong ayam goreng dan ditaruhnya ke dalam piring lain. Lalu ia juga mengambil dua centong nasi hangat dari dalam magic com dimasukkan ke dalam piring.Setiap pagi ada asisten rumah tangga yang datang membersihkan rumah dan menanak nasi untuk Malvin. Tugas asisten rumah tangga itu hanya pagi hari sampai membangunkan Malvin dari tidurnya. Asisten rumah tangga itu sengaja diberi tahu password kunci rumah Malvin agar mudah saat datang di pagi hari sebelum Malvin bangun. Ia datang pukul 05.00 pagi dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    10. Panggilan yang Tidak Diharapkan

    Pagi itu, Hugo keluar dari kamar hotel dengan meninggalkan sejumlah uang untuk wanita yang telah bermalam dengannya. Semalam usai balapan ia pergi ke club malam dan mabuk berat hingga tergoda dengan wanita malam. Saat keluar dari hotel Hugo bertekad untuk menemukan Charlotte dan membawanya pulang. Ia ingat dengan jelas bagaimana kemarahan ayahnya semalam saat tahu bahwa Charlotte tidak pulang. Charlotte adalah menantu kesayangan Tuan James Lloris karena keluarga Charlotte telah banyak membantu kesuksesan Tuan James Lloris. Ayah Charlotte meninggal karena kecelakaan saat pulang dari mengantar dokumen penting milik ayah Hugo. Sementara ibu Charlotte juga telah meninggal karena sakit jantungnya kambuh saat mendengar ayah Charlotte kecelakaan. Ayah Charlotte bekerja keras untuk membiayai hidup Charlotte dan menyembuhkan ibunya ibunya, tetapi takdir Tuhan berkata lain, sehingga menyisakan Charlotte hidup sebatang kara saat itu. Tuan James menjodohk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    11. Calon Ibu Mertua

    "Hugo!" Charlotte terkejut saat melihat ada Hugo di tepi jalan. "Ada apa Nona?" Sopir bertanya pada Charlotte karena terkejut mendengar Charlotte tiba-tiba mengatakan sesuatu. "Ah, maaf. Tidak ada apa-apa. Lanjutkan perjalanan saja Pak," ujar Charlotte. "Baik Nona." Sopir itu melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Charlotte berusaha menutup wajahnya menggunakan tas agar Hugo tidak melihatnya saat mobil lewat tepat di samping Hugo. Mobil melintas tepat di tepi Hugo dan tatapan Hugo melihat ke arah mobil itu. Namun, ia tidak menyadari bahwa yang sedang berada di dalam mobil tersebut adalah istrinya sendiri. Saat sudah melewati Hugo kurang lebih 500 meter Charlotte bergumam, "Untung saja Dia tidak melihatku." Charlotte mengatakan itu sambil mengelus dadanya dan menghembuskan nafas tanda lega. Ia kembali merapikan duduknya dan meletakkan tasnya di sampingnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang lumayan sibuk, tetapi tidak sampai menyebabkan kemacetan. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    12. Buah Hati

    "Waw,luar biasa!" seru Nyonya Diana sambil bertepuk tangan saat melihat penampilan Charlotte dengan gaun pengantinnya. Sementara itu, Malvin hanya bisa melongo karena terpesona melihat kecantikan Charlotte. "Bagaimana Vin, gaun pilihan Mama cantik kan?" tanya Nyonya Diana pada putranya. Malvin masih melongo dan tidak menjawab pertanyaan Mamanya. "Vin! Jangan bengong dong!" bentak Nyonya Diana yang seketika menyadarkan Malvin karena terkejut. "Ah, iya Ma cantik sekali," cetus Malvin. Charlotte tersipu malu mendengar apa yang diucapkan Malvin. "Benar kan … Gaun di sini memang yang terbaik. Chintya juga sangat cantik sehingga cocok sekali memakai gaun ini," puji Nyonya Diana. "Kalau begitu tidak perlu mencoba gaun yang lain lagi. Ini adalah gaun yang tercantik dan paling baru di butik ini. Iya kan mbak?" tanya Nyonya Diana pada staff butik. Staff butik itu tersenyum dan mengangguk. Lalu, tiba-tiba

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    13. Terkejut

    "Kamu sama Sus Shelly dulu ya Sayang, Papa mau kerja dulu," ucap Hugo pada Nathalie. "Ok Pa, tapi janji ya bawa Mama pulang!" "Siap."Nathalie berlari keluar dari kamar Hugo. Sementara itu, Hugo tampak sedang memikirkan sesuatu. "Aku harus menghubungi Malvin," gumam Hugo. Hugo berusaha mencari cara untuk mendapatkan nomor Malvin. Lalu, ia ingat bahwa saat makan malam di rumah keluarga Liavin waktu itu ia meminta kartu nama Malvin pada asisten Malvin. Kartu nama itu segera dicari Hugo. Dan ia menemukannya di dalam dompetnya. Hugo segera mengambil ponselnya dan mengetik nomor telepon yang ada pada kartu nama itu. Tombol dial disentuh Hugo saat nomor yang diketik sudah lengkap. Setelah menunggu beberapa saat akhirnya telepon tersebut tersambung juga. Terdengar suara seorang pria dari seberang sana. "Halo, apa benar ini Malvin putra Tuan John Liavin?" tanya Hugo. Hugo mendengar jawaban dar

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    14. Pertemuan Menegangkan

    "Halo Malvin," ucap Charlotte saat telepon telah tersambung dengan nomor Malvin. Charlotte mendengar jawaban Malvin yang menanyakan ada keperluan apa ia meneleponnya di jam kerja seperti ini. "Iya, maaf mengganggu waktumu sebentar karena ini darurat. Barusan ibumu menelpon dan mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan orang tuaku sebelum acara pernikahan kita di mulai. Tadi aku belum bisa menjawabnya dan mengatakan bahwa aku akan menanyakan dulu pada orang tuaku. Bagaimana ini?" Charlotte menjelaskan panjang lebar mengenai permintaan ibu Malvin melalui telepon tadi. Ia terpaksa menghubungi Malvin pada jam sibuk bekerja seperti ini karena ia merasa harus segera memberi kabar pada Malvin mengenai hal itu. Melalui sambungan telepon tersebut Malvin merasa terkejut mendengar penjelasan Charlotte. Namun, ia belum bisa memberikan solusi pada Charlotte mengenai langkah selanjutnya karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Melalui sambung

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    31. Kabar Mengejutkan

    "Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    30. Malam Tak Terduga

    "Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    29. Dipaksa Ibu

    "Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    28. Permintaan Ibu

    “Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    27. Permintaan Nyonya Diana

    "Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    26. Kelicikan Bianca

    “Bagaimana Dokter, apa dia tidak apa-apa?” tanya Malvin pada dokter yang baru saja memeriksa Bianca.“Dia tidak apa-apa Tuan, kakinya hanya tergores sedikit mungkin terkena bagian mobil,” ucap dokter menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Sudah bisa langsung pulang kan Dok?” tanya Malvin lagi.“Tentu saja, tadi lukanya sudah diobati dan nanti akan saya berikan obat pereda nyeri.”Malvin menghembuskan napas lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut.“Baiklah, terima kasih Dok.”“Sama-sama Tuan, saya lanjut memeriksa pasien yang lain ya,” pamit dokter itu.Malvin mengangguk, dan dokter itu berlalu. Malvin menuju ke ruangan dimana Bianca tadi diperiksa.“Kamu sudah diperbolehkan pulang. Untuk obatnya nanti akan diberikan,” ucap Malvin pada Bianca yang duduk di atas ranjang dengan kaki diperban.“Terima kasih Tuan,” jawab Bianca.“Sama-sama, dan maaf karena tadi mobilku menye

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    25. Perpisahan

    "Ayo, Mama antar ke Papa!" ajak Charlotte pada putrinya sambil menuntunnya menuju ke lift. Mereka berdua baru saja melepas pelukan erat sebagai pelepas rindu. Nathalie menggangguk dan menuruti permintaan mamanya itu. Lift yang mereka naiki mengantar sampai ke lantai dasar. Bunyi denting lift mempersilakan Mama dan anak itu untuk keluar.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai ke tempat parkir bersama Nathalie. Sampai di parkiran, ternyata Hugo telah menunggu dengan bersandar pada mobil BMWnya. Hugo segera berdiri tegap saat menyadari Charlotte dan Nathalie menghampirinya. Ia bersiap menyambutnya. "Sayang," ucap Hugo. "Papa," ucap Nathalie sambil berlari menghampiri papanya. Charlotte berhenti agak jauh dari mereka berdua dan memperhatikan kedekatan papa dan anaknya. "Pa, apa aku boleh ikut Mama?" tanya Nathalie pada papanya.Hugo menoleh ke arah Charlotte karena terkejut dengan pernyataan putrin

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    24. Pertemuan dengan Nathalie

    "Halo, Malvin sudah sampai di kantor," ucap Bianca yang berbicara dengan lawan bicaranya lewat sambungan telepon.Lalu, Bianca mendengarkan lawan bicaranya dari telepon yang tersambung dan diletakkan di telinganya itu. "Ok," jawab Bianca dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon. Ponsel itu ia letakkan di atas meja kerjanya. Lalu, Bianca melihat ke arah ruangan Malvin yang di ruangan itu Malvin tampak sedang sibuk membaca dokumen. Di rumah Hugo, ia sedang bersiap-siap. Nathalie juga tengah bersiap-siap dibantu suster yang merawatnya. "Sudah siap?" tanya Hugo pada Nathalie saat ia telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Nathalie. "Sudah Papa," jawab Nathalie dengan senyuman bahagia. "Let's go!" ajak Hugo sambil menggendong putri semata wayangnya itu. "Kamu senang?" tanya Hugo pada Nathalie yang sedang berada di gendongannya. "Tentu Papa, aku sangat senang karena akan diajak jalan-jala

  • Terjerat Pesona Sang CEO Penyelamat    23. Makan Malam

    "Aku lapar, apa kamu sudah makan malam?" tanya Malvin pada Charlotte."Belum sempat. Tadi aku beres-beres batangku di kamar," jawab Charlotte."Mau makan malam di luar?" tanya Malvin lagi."Boleh juga," jawab Charlotte."Ayo!" ajak Malvin."Sebentar, aku ambil cardigan dulu."Charlotte ke kamar mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu. Tidak lupa ia juga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Setelah itu, ia kembali keluar kamar dan berkata, "Ayo, aku sudah siap!"Malvin yang tengah asyik mengoperasikan ponselnya mendongak melihat Charlotte. "Ok!" seru Malvin sambil memasukkan ponsel ke sakunya. Malvin telah melepas jas dan dasinya, saat ini ia mengenakan kemeja biru muda dan celana navy. Sementara Charlotte memakai dress selutut tanpa lengan ditambah cardigan lengan panjang untuk menutupi lengan dan tangannya, rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai rapi.

DMCA.com Protection Status