"Kamu sama Sus Shelly dulu ya Sayang, Papa mau kerja dulu," ucap Hugo pada Nathalie.
"Ok Pa, tapi janji ya bawa Mama pulang!""Siap."Nathalie berlari keluar dari kamar Hugo. Sementara itu, Hugo tampak sedang memikirkan sesuatu."Aku harus menghubungi Malvin," gumam Hugo.Hugo berusaha mencari cara untuk mendapatkan nomor Malvin. Lalu, ia ingat bahwa saat makan malam di rumah keluarga Liavin waktu itu ia meminta kartu nama Malvin pada asisten Malvin.Kartu nama itu segera dicari Hugo. Dan ia menemukannya di dalam dompetnya.Hugo segera mengambil ponselnya dan mengetik nomor telepon yang ada pada kartu nama itu. Tombol dial disentuh Hugo saat nomor yang diketik sudah lengkap.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya telepon tersebut tersambung juga. Terdengar suara seorang pria dari seberang sana."Halo, apa benar ini Malvin putra Tuan John Liavin?" tanya Hugo.Hugo mendengar jawaban dar"Halo Malvin," ucap Charlotte saat telepon telah tersambung dengan nomor Malvin. Charlotte mendengar jawaban Malvin yang menanyakan ada keperluan apa ia meneleponnya di jam kerja seperti ini. "Iya, maaf mengganggu waktumu sebentar karena ini darurat. Barusan ibumu menelpon dan mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan orang tuaku sebelum acara pernikahan kita di mulai. Tadi aku belum bisa menjawabnya dan mengatakan bahwa aku akan menanyakan dulu pada orang tuaku. Bagaimana ini?" Charlotte menjelaskan panjang lebar mengenai permintaan ibu Malvin melalui telepon tadi. Ia terpaksa menghubungi Malvin pada jam sibuk bekerja seperti ini karena ia merasa harus segera memberi kabar pada Malvin mengenai hal itu. Melalui sambungan telepon tersebut Malvin merasa terkejut mendengar penjelasan Charlotte. Namun, ia belum bisa memberikan solusi pada Charlotte mengenai langkah selanjutnya karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Melalui sambung
"Halo Malvin," ucap Charlotte saat telepon telah tersambung dengan nomor Malvin. Charlotte mendengar jawaban Malvin yang menanyakan ada keperluan apa ia meneleponnya di jam kerja seperti ini. "Iya, maaf mengganggu waktumu sebentar karena ini darurat. Barusan ibumu menelpon dan mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan orang tuaku sebelum acara pernikahan kita di mulai. Tadi aku belum bisa menjawabnya dan mengatakan bahwa aku akan menanyakan dulu pada orang tuaku. Bagaimana ini?" Charlotte menjelaskan panjang lebar mengenai permintaan ibu Malvin melalui telepon tadi. Ia terpaksa menghubungi Malvin pada jam sibuk bekerja seperti ini karena ia merasa harus segera memberi kabar pada Malvin mengenai hal itu. Melalui sambungan telepon tersebut Malvin merasa terkejut mendengar penjelasan Charlotte. Namun, ia belum bisa memberikan solusi pada Charlotte mengenai langkah selanjutnya karena ia sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Malvin dan Charlotte menoleh ke arah sumber suara. Mereka terkejut karena ternyata ibu Malvin yang datang dan mengatakan itu. "Ah, ibu. Sejak kapan ibu datang?" tanya Malvin dengan tergagap karena terkejut. Charlotte tersenyum ke arah calon ibu mertuanya itu. "Ibu baru saja sampai, ternyata kalian berdua ada di sini."Charlotte dan Malvin merasa lega karena ibunya baru datang. Itu artinya beliau belum mendengar obrolan mereka tadi. "Apa yang kalian lakukan disini?" tanya beliau. "Kami sedang makan malam Bu. Ini, apa ibu mau dibelikan burger juga?" jawab Malvin dengan santainya. "Tidak, ibu sudah kenyang. Ibu ingin berbicara dengan kalian berdua. Baguslah kalian sedang berkumpul disini." "Ayah tidak ikut Bu?" tanya Charlotte. "Kamu tahu sendiri kan, Ayah selalu saja sibuk.""Duduk sini Bu," ajak Charlotte.Ibu Malvin duduk di samping Charlotte menghadap Malvin. Di depan mereka a
"Tolong bantu saya ya Pak, Bu. Berusahalah bersikap senormal mungkin, seolah kalian benar-benar orang tua kandung ku," pinta Charlotte pada calon ayah dan ibu sewaan Malvin. Hari ini adalah hari pernikahan Malvin dan Charlotte. Sejak pagi tadi dua orang yang akan menjadi orang tua pura-pura Charlotte itu sudah ada di apartemen Malvin. Charlotte dan Malvin memberikan arahan apa saja yang harus mereka lakukan dan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan selama upacara pernikahan berlangsung."Baik Nona, kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab ibu sewaan Charlotte yang bernama Jennifer itu. Ayah sewaan Charlotte juga turut mengangguk tanda paham dengan tugasnya. Nama orang sewaan yang akan jadi ayah Charlotte adalah Tuan David. Tuan Davin dan Nyonya Jennifer adalah orang kepercayaan Malvin. Mereka berdua adalah orang-orang yang telah lama dibantu Malvin tanpa sepengetahuan orang tua Malvin. Keduanya pernah tinggal di Belanda dalam waktu yang cukup lama untuk mengurus pekerjaan yang
Malvin segera mencegah Hugo yang hendak mengacau di acara pernikahannya. Dia tidak ingin jika Hugo sampai mengatakan hal macam-macam pada Charlotte dan membuat Charlotte goyah. "Aku hanya ingin memberi selamat pada calon mempelai wanita," kilah Hugo. "Tidak perlu, berilah ucapan selamat itu padaku. Nanti aku yang akan menyampaikannya pada Chyntia," ujar Malvin. "Baiklah, selamat atas pernikahanmu. Semoga bahagia dan bisa mempertahankan pernikahan ini sampai akhir," ucap Hugo setengah menyindir karena ada maksud yang terselubung dalam ucapannya itu. "Tentu saja, aku pasti akan bahagia dan memberi kebahagiaan pada pasanganku," jawab Malvin dengan yakin. Hugo tersenyum sinis mendengar jawaban Malvin. Dalam hatinya Hugo masih memiliki rencana untuk membuktikan bahwa Chyntia adalah Charlotte. "Silakan mengikuti upacara pemberkatan kami dengan tenang!" pinta Malvin dengan tegas. Hugo mengangguk dan berlalu meninggalkan
"Halo Nyonya Diana, selamat atas pernikahan putramu," ucap Nyonya Rose sambil memeluk Nyonya Diana. "Terima kasih Nyonya Rose. Nanti malam jangan lupa untuk datang ke rumah kami ya!" pinta Nyonya Diana. "Pasti saya, suami dan anak saya akan datang," jawab Nyonya Rose. Sekarang semua hadirin yang menyaksikan upacara pemberkatan pernikahan telah pulang. Malvin dan Charlotte juga pulang ke rumah orang tua Malvin untuk bersiap pada acara resepsi nanti malam. Tamu undangan yang datang jauh lebih banyak saat acara resepsi nanti, karena undangan yang disebar dua kali lipat dari undangan upacara pernikahan. Untuk itu Charlotte dan Malvin perlu istirahat sebentar agar malam nanti bisa segar kembali saat menemui tamu undangan yang banyak.“Bagaimana perasaanmu’ apakah sudah lega?” tanya Malvin pada Charlotte saat mereka dalam perjalanan menuju rumah orang tua Malvin.“Lumayan, tapi aku merasa tatapan Nyonya Rose tadi tidak nyaman dilih
Tepuk tangan riuh tamu undangan mengiringi langkah kaki Charlotte dan Malvin saat memasuki ruang resepsi. Semua mata tertuju pada kedua mempelai yang tersenyum bahagia. Charlotte sangat menawan bak putri raja dengan gaun indah berwarna putih. Sementara itu, Malvin juga terlihat sangat tampan bak pangeran dengan setelan jas hitam mewah dan kemeja putih.Keduanya berjalan perlahan sambil berpegangan tangan menuju ke ruang tengah rumah orang tua Malvin. Di ruang tengah yang luas inilah acara resepsi pernikahan mereka di gelar. Tamu undangan sudah memadati ruangan dan bertepuk tangan. Di antara tamu undangan itu juga ada Tuan John Lloris, Nyonya Rose, Hugo, Jessie dan Marrie yang menyaksikan kedatangan mereka. "Itu kan si udik Charlotte," ujar Jassie yang terkejut melihat kedatangan kedua mempelai. "Apa? Mana?" Marrie yang sejak tadi sibuk menikmati hidangan juga terkejut mendengar Jassie menyebut nama saudari ipar yang ia benci.
"Lega rasanya," gumam Charlotte yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tengah sambil memegang segelas air putih. "Kamu tidak ngantuk?" tanya Malvin yang tiba-tiba ikut duduk di sebelah Charlotte. "Ah, belum," jawab Charlotte yang terkejut dengan kedatangan Malvin. "Kamu sendiri?" lanjut Charlotte yang balik bertanya pada Malvin. "Belum juga. Mungkin karena tadi tidur siang," jawab Malvin. "Benar juga," tambah Charlotte menyetujui ucapan Malvin."By the way, apa tadi Hugo menemuimu?" tanya Malvin."Ya, tapi hanya sebatas memberi selamat. Itupun bersama-sama tamu lain yang mengantre, jadi aku tidak terlalu fokus," jawab Charlotte. "Syukurlah, tadi sebelum acara Dia sempat akan menemuimu. Tetapi aku mencegahnya." "Sepertinya Dia belum menyerah," ujar Charlotte. "Ya, sepertinya memang Dia tidak akan menyerah dan tidak takut dengan ancamanku. Kamu harus berhati-hati," ucap Malvin.
"Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch
"Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar
"Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d
“Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i
"Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char
“Bagaimana Dokter, apa dia tidak apa-apa?” tanya Malvin pada dokter yang baru saja memeriksa Bianca.“Dia tidak apa-apa Tuan, kakinya hanya tergores sedikit mungkin terkena bagian mobil,” ucap dokter menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Sudah bisa langsung pulang kan Dok?” tanya Malvin lagi.“Tentu saja, tadi lukanya sudah diobati dan nanti akan saya berikan obat pereda nyeri.”Malvin menghembuskan napas lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut.“Baiklah, terima kasih Dok.”“Sama-sama Tuan, saya lanjut memeriksa pasien yang lain ya,” pamit dokter itu.Malvin mengangguk, dan dokter itu berlalu. Malvin menuju ke ruangan dimana Bianca tadi diperiksa.“Kamu sudah diperbolehkan pulang. Untuk obatnya nanti akan diberikan,” ucap Malvin pada Bianca yang duduk di atas ranjang dengan kaki diperban.“Terima kasih Tuan,” jawab Bianca.“Sama-sama, dan maaf karena tadi mobilku menye
"Ayo, Mama antar ke Papa!" ajak Charlotte pada putrinya sambil menuntunnya menuju ke lift. Mereka berdua baru saja melepas pelukan erat sebagai pelepas rindu. Nathalie menggangguk dan menuruti permintaan mamanya itu. Lift yang mereka naiki mengantar sampai ke lantai dasar. Bunyi denting lift mempersilakan Mama dan anak itu untuk keluar.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai ke tempat parkir bersama Nathalie. Sampai di parkiran, ternyata Hugo telah menunggu dengan bersandar pada mobil BMWnya. Hugo segera berdiri tegap saat menyadari Charlotte dan Nathalie menghampirinya. Ia bersiap menyambutnya. "Sayang," ucap Hugo. "Papa," ucap Nathalie sambil berlari menghampiri papanya. Charlotte berhenti agak jauh dari mereka berdua dan memperhatikan kedekatan papa dan anaknya. "Pa, apa aku boleh ikut Mama?" tanya Nathalie pada papanya.Hugo menoleh ke arah Charlotte karena terkejut dengan pernyataan putrin
"Halo, Malvin sudah sampai di kantor," ucap Bianca yang berbicara dengan lawan bicaranya lewat sambungan telepon.Lalu, Bianca mendengarkan lawan bicaranya dari telepon yang tersambung dan diletakkan di telinganya itu. "Ok," jawab Bianca dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon. Ponsel itu ia letakkan di atas meja kerjanya. Lalu, Bianca melihat ke arah ruangan Malvin yang di ruangan itu Malvin tampak sedang sibuk membaca dokumen. Di rumah Hugo, ia sedang bersiap-siap. Nathalie juga tengah bersiap-siap dibantu suster yang merawatnya. "Sudah siap?" tanya Hugo pada Nathalie saat ia telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Nathalie. "Sudah Papa," jawab Nathalie dengan senyuman bahagia. "Let's go!" ajak Hugo sambil menggendong putri semata wayangnya itu. "Kamu senang?" tanya Hugo pada Nathalie yang sedang berada di gendongannya. "Tentu Papa, aku sangat senang karena akan diajak jalan-jala
"Aku lapar, apa kamu sudah makan malam?" tanya Malvin pada Charlotte."Belum sempat. Tadi aku beres-beres batangku di kamar," jawab Charlotte."Mau makan malam di luar?" tanya Malvin lagi."Boleh juga," jawab Charlotte."Ayo!" ajak Malvin."Sebentar, aku ambil cardigan dulu."Charlotte ke kamar mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu. Tidak lupa ia juga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Setelah itu, ia kembali keluar kamar dan berkata, "Ayo, aku sudah siap!"Malvin yang tengah asyik mengoperasikan ponselnya mendongak melihat Charlotte. "Ok!" seru Malvin sambil memasukkan ponsel ke sakunya. Malvin telah melepas jas dan dasinya, saat ini ia mengenakan kemeja biru muda dan celana navy. Sementara Charlotte memakai dress selutut tanpa lengan ditambah cardigan lengan panjang untuk menutupi lengan dan tangannya, rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai rapi.