“Kamu sudah pulang?”
Malvin terkejut mendengar pertanyaan Charlotte. Ia lupa bahwa sekarang ada orang lain yang tinggal di tempat tinggalnya.“Ah, iya.Kamu sudah makan malam?” tanya Malvin.“Sudah, kebetulan aku tadi masak sayuran yang ada di dalam lemari pendingin. Kalau kamu belum makan itu masih ada makanan yang aku masak tadi.”“Kebetulan aku tadi belum sempat makan malam. Kalau begitu aku makan ya. Terima kasih sudah menyisakan untukku.”Charlotte tersenyum dan berlalu meninggalkan Malvin.“Tunggu,” cegah Malvin.Charlotte menghentikan langkahnya yang hendak menuju kamar.“Ada apa?” tanya Charlotte yang telah berbalik badan menghadap ke arah Malvin.“Besok kamu harus siap-siap karena akan ada pertemuan bisnis di rumah orang tuaku. Aku ingin mengenalkanmu sebagai calon istriku.”DegCharlotte terkejut dan hanya bisa terdiam mendengar ucapan Malvin.“Secepat ini ya,” gumam Charlotte lirih, tetapi Malvin dapat mendengarnya.“Iya, lebih cepat lebih baik. Aku sudah risih dengan desakan ibuku untuk kencan buta.”“Ah, baiklah kalau begitu aku akan menyiapkan mentalku. Tapi, apa identitas baruku sudah siap?”“Tenang saja, semuanya sudah ada.”“Baik, terima kasih.”Charlotte hendak beranjak menuju kamar lagi, tetapi ia ingat sesuatu yang akan dikatakan pada Malvin.“Sepertinya aku butuh nomor telepon baru juga,” ucap Charlotte.“Oh iya, sebentar.” Malvin berjalan menuju ke ruang tamu, di sana sudah ada sebuah tas belanja yang berisi sesuatu.Malvin mengambil tas belanja tersebut dan menyerahkan kepada Charlotte.“Ini, aku sudah menyiapkannya. Aku juga bingung kalau tidak bisa menghubungimu. Disitu sudah tersimpan nomor teleponku juga. Kamu bisa menghubungiku jika ada sesuatu yang penting saat aku sedang di kantor.”Charlotte terkejut menerima pemberian Malvin, ia tidak menyangka Malvin membelikan handphone baru untuknya. Padahal Charlotte sebenarnya berniat mengganti nomor yang ada di ponselnya sebelumnya tanpa ganti ponsel baru.“Sekali lagi terima kasih banyak ya. Maaf aku terlalu banyak merepotkanmu, aku akan berusaha membantumu sebaik-baiknya,” kata Charlotte dengan tulus.“Tidak perlu begitu, lagian aku juga membutuhkanmu. Kita saling bekerja sama saja.”“Baiklah, kalau begitu aku istirahat dulu. Kamu silakan makan malam.”Kali ini Charlotte benar-benar meninggalkan Malvin di ruang makan. Charlotte menuju ke kamar Malvin untuk istirahat.Saat telah berada di dalam kamar, Charlotte membuka tas belanja yang diberikan Malvin. Di dalam tas belanja itu ada sebuah ponsel baru yang lebih canggih dari ponsel miliknya sebelumnya.“Waw!” seru Charlotte takjub.Charlotte mengambil ponsel miliknya sebelumnya yang ada di atas nakas. Ponsel tersebut sudah dimatikan sejak pagi tadi oleh Charlotte karena suaminya terus menghubunginya.“Terima kasih sudah menemaniku selama ini, sekarang saatnya kamu istirahat,” ucap Charlotte pada ponsel lamanya.“Sekarang saatnya kamu yang menemani hari-hariku,” ucap Charlotte lagi pada ponsel baru yang diberikan Malvin tadi.Setelah mengatakan itu, Charlotte menyimpan ponsel lamanya ke dalam tas yang digantungkan di belakang pintu kamar Malvin. Setelah itu Charlotte lanjut merebahkan dirinya untuk beristirahat.…Pagi harinya, Charlotte terkejut mendengar suara dering ponsel yang nyaring. Tangan Charlotte meraba-raba ke atas nakas untuk mengambil ponsel tersebut. Saat telah berhasil meraihnya Charlotte mengusap layar sehingga dering ponsel berhenti.“Halo,” ucap Charlotte sambil meletakkan ponsel ditelinganya.“Halo, identitas barumu sudah ada di atas meja makan. Siang nanti silakan siap-siap, karena akan ada yang menjemputmu.” Suara Malvin terdengar dari speaker ponsel.Charlotte yang tadinya masih memejamkan mata seketika membuka matanya karena terkejut mendengar ucapan Malvin.“Hah, ah iya.” Charlotte menanggapi ucapan Malvin sambil tergagap.Usai mendengar jawaban Charlotte Malvin memutus sambungan telepon tersebut.“Jam berapa ini?”Charlotte segera membenarkan posisinya yang semula masih rebahan beralih ke posisi duduk. ia melihat jam yang ada di ponselnya, ternyata sudah menunjukkan pukul 08.34.Charlotte turun dari ranjang dan keluar kamar menuju ke ruang makan. Di atas meja makan ada sebuah kartu identitas dan di sebelahnya ada piring berisi sandwich sayur.“Cynthia Aurelia.” Charlotte membaca nama yang tertulis di kartu identitas baru tersebut.Itu artinya, nama baru yang disiapkan Malvin untuknya adalah Chyntia.“Baiklah, ini nama baruku sekarang.”Charlotte berjalan menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi ia bercermin dan mengatakan sesuatu pada dirinya sendiri.“Aku sekarang bukanlah Charlotte melainkan Chyntia. Chyntia tidak kenal lagi dengan yang namanya Hugo. Chyntia bukanlah Charlotte yang lemah dan tersakiti lagi. Namun, Chyntia adalah wanita hebat dan kuat sekarang.”…Tepat pukul 13.00 Charlotte dijemput oleh asisten Malvin. Charlotte di antar ke salon dan butik langganan keluarga Malvin untuk didandani secantik mungkin.“Wah … ini bagus sekali, aku jadi terlihat berbeda,” ucap Charlotte yang takjub melihat penampilannya sendiri di pantulan cermin.“Anda terlihat sangat cantik Nona, Tuan Malvin pasti puas dengan hasil dandanan ini. Mari saya antar menuju ke mobil. Tuan Malvin sudah menunggu Anda,” ucap asisten yang mengantarkan Charlotte tadi.Charlotte mengangguk dan patuh mengikuti asisten Malvin menuju mobil yang terparkir di halaman depan butik. Di dalam mobil, Malvin tampak terkesima melihat penampilan Charlotte sehingga tidak mampu berkata apa-apa.Asisten Malvin membukakan pintu mobil dan mempersilakan Charlotte duduk di sebelah kemudi yaitu tepat di samping Malvin. Tidak terasa mata Malvin terus menatap Charlotte sampai duduk di sebelahnya, saat sadar Malvin segera memalingkan wajahnya melihat lurus ke dapan.“Kamu sudah siap?” tanya Malvin.“Ya, aku siap” jawab Charlotte mantap.“Ingat, nama kamu sekarang adalah Chyntia, kamu harus memperkenalkan dirimu dengan nama itu. Kamu juga harus mengatakan bahwa kamu baru saja pulang dari Los Angeles untuk menempuh pendidikan S2. Serta bilang kalau orang tuamu masih tinggal di sana.”“Baik, tadi aku sudah mempelajari semua dokumen yang kamu berikan.”“Bagus.” Malvin mengatakan itu sambil tancap gas menuju ke kediaman orang tuanya.Tidak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai ke rumah orang tua Malvin. Rumah yang megah dengan halaman yang sangat luas dengan taman yang ditumbuhi berbagai macam tanaman indah di tengah-tengahnya. Charlotte tampak takjub melihatnya, tetapi perhatiannya tertuju pada sebuah mobil yang ia kenali tengah terparkir di halaman rumah itu.“Apa keluarga Bapak Lroris juga hadir?” Charlotte memberanikan diri bertanya Malvin untuk menjawab rasa penasarannya.Pertanyaan Charlotte sontak membuat Malvin terkejut, meski begitu ia tetap mejawabnya, “Ya, Bapak Lroris adalah rekan bisnis ayahku. Kenapa, apa kamu kenal?”Mendengar jawaban Malvin tersebut Charlotte tampak terkejut sehingga menjawab pertanyaan Malvin dengan tergagap, “Ti- tidak apa-apa. Ah, iya maksudku aku kenal.”Mereka saling menatap satu sama lain dan Malvin mengerem mobilnya secara mendadak karena terkejut mendengar jawaban Charlotte barusan dan bertanya kembali, “Apa kehidupanmu sebelumnya berhubungan dengan keluarga Bapak Lroris?”“Ya, Bapak Lroris adalah ayah mertuaku,” jawab Charlotte sambil tertunduk.Malvin terkejut mendengarnya, tetapi ia berusaha tetap tenang.“Tenang saja, sekarang kamu adalah orang lain. Nanti bersikaplah seolah kamu tidak mengenalnya. OK!”Charlotte mengangkat kepalanya lalu menghadap ke arah Malvin sambil tersenyum.“Sekarang, ayo kita keluar!” ajak Malvin.Malvin turun dari mobil dan berjalan menuju pintu di sebelah Charlotte. Ia membukakan pintu untuk Charlotte dan mengulurkan tangannya untuk membantu Charlotte keluar dari mobil.“Gandeng tanganku, tunjukkan bahwa kita adalah pasangan yang bahagia,” pinta Malvin saat Charlotte sudah berdiri di sampingnya.Charlotte mengangguk dan mematuhi permintaan Malvin. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk rumah keluarga Malvin sambil bergandengan tangan layaknya pasangan.Saat telah sampai ke dalam rumah, di sana telah banyak partner bisnis keluarga Malvin yang datang. Ini adalah acara rutin yang diadakan oleh keluarga Malvin untuk memperer
"Apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Charlotte pada Malvin. "Justru lebih cepat lebih baik.""Benar, lebih cepat lebih baik. Tetapi aku l tidak menyangka jika akan secepat ini. Aku kira kita perlu meyakinkan orang tuamu dan tidak akan secepatnya mendapatkan restu mereka.""Aku juga tidak menyangka respons orang tuaku cukup baik menyambutmu. Waktu kita tinggal 1 bulan lagi menuju hari pernikahan. Sekarang tugasku adalah membuat dokumen pernikahan kita, jangan sampai ada yang tahu identitasmu sebenarnya." Malvin tampak serius dengan ucapannya. "Aku yakin kamu bisa mengurus itu dengan baik. Lalu apa tugasku?" tanya Charlotte. "Kamu harus ikut ibuku untuk mempersiapkan acara pernikahan kita nanti. Ikuti saja apa yang ibuku inginkan," jawab Malvin. "Baiklah," ujar Charlotte. Malvin mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya dan memberikannya kepada Charlotte. Sebuah amplop berwarna cokelat tampak berisi dokumen. "Apa ini?" Charlotte penasaran dan bertanya kepada Malvin. "Buka dan bac
"Apa kamu bilang? Charlotte pergi dan kamu tidak tahu kemana Dia?" Ayah Hugo terkejut mendengar bahwa Charlotte pergi dari rumah. Sementara itu, Hugo hanya bisa diam melihat tanggapan ayahnya yang tampak marah. "Apa sebenarnya yang kamu lakukan sehingga Charlotte pergi meninggalkanmu?" Ayah Hugo bertanya sambil berteriak karena marah. Rose, Jessie dan Marrie keluar dari kamar karena mendengar suara ayah mereka yang keras. Sedangkan Hugo masih tetap terdiam karena tidak tahu harus menjawab apa. "Cepat jawab!" bentak ayah Hugo yang semakin marah. "Tenanglah Ayah, biarkan Hugo menjelaskan terlebih dahulu." Ibu Hugo menghampiri suaminya untuk menenangkan. "Ah! Ini karena putramu itu sering kamu bela! Jadinya begini!" Tuan James Lloris semakin marah mendengar Nyonya Rose membela putranya. "Ayah tidak mau tahu, kamu harus mencari Charlotte. Jangan sampai membuat keluarga ini malu dengan hancurnya rumah tanggamu!" tambah
“Hah … hah …hah … “ Nafas memburu keluar dari mulut Charlotte.Mata Charlotte kembali terjaga setelah terpejam beberapa saat. Ia tersentak kaget saat tiba-tiba terbangun dan tersadar dari mimpi buruknya. “Jam berapa ini?” ucap Charlotte sambil tangannya berusaha meraih ponsel yang sejak tadi berada di atas nakas.Waktu menunjukkan pukul 02.35 pagi, Charlotte berusaha merubah posisinya dari yang semula berbaring menjadi duduk.“Untungnya cuma mimpi. Tetapi, mengapa hatiku rasanya sangat sakit sekali,” gumam Charlotte.Charlotte beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar untuk keluar. Saat telah sampai d luar kamar, ternyata Malvin juga masih terjaga.“Kamu belum tidur?” tanya Charlotte.Malvin tampak terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan Charlotte karena sejak tadi Malvin fokus menatap layar laptop.“Ya, masih ada beberapa pekerjaan penting yang harus aku selesaikan. Kamu sendiri?”
"Selamat pagi, ini ayam pesanan Anda Tuan," ucap kurir di luar pintu apartemen Malvin. "Baik, terima kasih. Ini buatmu," jawab Malvin sambil memberikan selembar uang sebagai tips. "Terima kasih." Kurir itu berlalu meninggalkan tempat tinggal Malvin. Sementara Malvin menutup pintu dan masuk ke dalam. Malvin pergi ke dapur dan mengambil piring, lalu ia menaruh ayam goreng pesananannya ke dalam piring tersebut. Malvin mengambil satu potong ayam goreng dan ditaruhnya ke dalam piring lain. Lalu ia juga mengambil dua centong nasi hangat dari dalam magic com dimasukkan ke dalam piring.Setiap pagi ada asisten rumah tangga yang datang membersihkan rumah dan menanak nasi untuk Malvin. Tugas asisten rumah tangga itu hanya pagi hari sampai membangunkan Malvin dari tidurnya. Asisten rumah tangga itu sengaja diberi tahu password kunci rumah Malvin agar mudah saat datang di pagi hari sebelum Malvin bangun. Ia datang pukul 05.00 pagi dan
Pagi itu, Hugo keluar dari kamar hotel dengan meninggalkan sejumlah uang untuk wanita yang telah bermalam dengannya. Semalam usai balapan ia pergi ke club malam dan mabuk berat hingga tergoda dengan wanita malam. Saat keluar dari hotel Hugo bertekad untuk menemukan Charlotte dan membawanya pulang. Ia ingat dengan jelas bagaimana kemarahan ayahnya semalam saat tahu bahwa Charlotte tidak pulang. Charlotte adalah menantu kesayangan Tuan James Lloris karena keluarga Charlotte telah banyak membantu kesuksesan Tuan James Lloris. Ayah Charlotte meninggal karena kecelakaan saat pulang dari mengantar dokumen penting milik ayah Hugo. Sementara ibu Charlotte juga telah meninggal karena sakit jantungnya kambuh saat mendengar ayah Charlotte kecelakaan. Ayah Charlotte bekerja keras untuk membiayai hidup Charlotte dan menyembuhkan ibunya ibunya, tetapi takdir Tuhan berkata lain, sehingga menyisakan Charlotte hidup sebatang kara saat itu. Tuan James menjodohk
"Hugo!" Charlotte terkejut saat melihat ada Hugo di tepi jalan. "Ada apa Nona?" Sopir bertanya pada Charlotte karena terkejut mendengar Charlotte tiba-tiba mengatakan sesuatu. "Ah, maaf. Tidak ada apa-apa. Lanjutkan perjalanan saja Pak," ujar Charlotte. "Baik Nona." Sopir itu melanjutkan perjalanan. Sementara itu, Charlotte berusaha menutup wajahnya menggunakan tas agar Hugo tidak melihatnya saat mobil lewat tepat di samping Hugo. Mobil melintas tepat di tepi Hugo dan tatapan Hugo melihat ke arah mobil itu. Namun, ia tidak menyadari bahwa yang sedang berada di dalam mobil tersebut adalah istrinya sendiri. Saat sudah melewati Hugo kurang lebih 500 meter Charlotte bergumam, "Untung saja Dia tidak melihatku." Charlotte mengatakan itu sambil mengelus dadanya dan menghembuskan nafas tanda lega. Ia kembali merapikan duduknya dan meletakkan tasnya di sampingnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota yang lumayan sibuk, tetapi tidak sampai menyebabkan kemacetan. S
"Waw,luar biasa!" seru Nyonya Diana sambil bertepuk tangan saat melihat penampilan Charlotte dengan gaun pengantinnya. Sementara itu, Malvin hanya bisa melongo karena terpesona melihat kecantikan Charlotte. "Bagaimana Vin, gaun pilihan Mama cantik kan?" tanya Nyonya Diana pada putranya. Malvin masih melongo dan tidak menjawab pertanyaan Mamanya. "Vin! Jangan bengong dong!" bentak Nyonya Diana yang seketika menyadarkan Malvin karena terkejut. "Ah, iya Ma cantik sekali," cetus Malvin. Charlotte tersipu malu mendengar apa yang diucapkan Malvin. "Benar kan … Gaun di sini memang yang terbaik. Chintya juga sangat cantik sehingga cocok sekali memakai gaun ini," puji Nyonya Diana. "Kalau begitu tidak perlu mencoba gaun yang lain lagi. Ini adalah gaun yang tercantik dan paling baru di butik ini. Iya kan mbak?" tanya Nyonya Diana pada staff butik. Staff butik itu tersenyum dan mengangguk. Lalu, tiba-tiba
"Kamu mau pulang?" tanya Charlotte pada Malvin yang telah memutus sambungan telepon. "Iya, aku harus segera pulang. Ada masalah di pekerjaan," jawab Malvin."Apa tidak bisa diselesaikan asistenmu?" tanya Charlotte lagi. "Tidak, ini sudah masalah yang sangat fatal. Pihak klien meminta aku sendiri yang datang.""Lalu aku bagaimana?" tanya Charlotte dengan nada sedih. "Maaf, kamu boleh disini dulu atau mau jalan-jalan sebelum aku pulang?" tanya Malvin berusaha menghibur Charlotte. "Kalau kamu pulang mendingan aku ikut pulang juga. Aku bosan kalau tidak ada temannya disini," jawab Charlotte. "Baiklah, aku minta asistenku memesan dua tiket untuk pulang.Malvin mengambil handuk yang ada di ujung ranjang dan melingkarkan ke tempat tubuhnya bagian bawah, lalu ia berjalan menuju kamar mandi. Sementara itu, saat Malvin sudah masuk ke kamar mandi Charlotte mengambil handuk kimono yang ada di ujung ranjang.Ch
"Aaah …" teriak Charlotte.Bersamaan dengan itu Malvin berusaha menarik badan Charlotte ke dalam pelukannya. Namun, keseimbangan Malvin juga tidak kuat akhirnya mereka tercebur sama-sama ke dalam kolam renang yang penuh dengan kelopak mawar merah dan pink. Charlotte melingkarkan tangannya di leher Malvin untuk berpegangan. Sementara Malvin memegang pinggang Charlotte. Mereka saling berhadapan dan berpandangan satu sama lain. Malvin menatap wajah Charlotte lekat-lekat dalam jarak yang sangat dekat. Wajah Charlotte yang basah oleh air tampak begitu menarik bagi Malvin. Malvin memandang Charlotte sambil diam, Charlotte juga diam karena masih terkejut dengan kejadian yang baru saja menimpa mereka ia juga merasa salah tingkah karena dipandangi Malvin dalam jarak yang sangat dekat. Entah mengapa suasana berubah menjadi tegang. Detak jantung Malvin maupun Charlotte menjadi sangat cepat sampai-sampai mereka merasa detak jantung itu terdengar
"Sarapan sudah siap, sekarang kalian sarapan dulu lalu nanti segera siap-siap," ujar Nyonya Diana sambil tersenyum. "Tapi Bu, kita tidak butuh bulan madu," ujar Malvin. "Gak ada tapi-tapi, ini wajib. Ibu sudah membelikan tiketnya jadi kalian tinggal berangkat. Ok!" seru Nyonya Diana lagi sambil tersenyum bahagia. Malvin berjalan di belakang ibunya menuju ke ruang makan. Dia masih terus membujuk ibunya agar tidak jadi bulan madu. Namun, Nyonya Diana sudah bertekad bulat untuk meminta mereka bulan madu. Nyonya Diana telah membeli dua tiket menuju ke negara Italia sebagai tujuan bulan madu Malvin dan Chintya. Italia dipilih sebagai destinasi bulan madu karena menurut Nyonya Diana di sana banyak destinasi wisata romantis. Nyonya Diana berharap bisa segera menimang cucu dari Malvin dan Chintya. Tiga sandwich telah terhidang di meja makan sebagai menu sarapan pagi ini. Nyonya Diana sengaja menyiapkan sendiri dan mengunci anak d
“Aku tidur dulu ya,” ujar Nyonya Diana sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang biasa ditempati Malvin.“Iya Bu, selamat tidur. Semoga Ibu mimpi indah,” ucap Malvin sambil mendorong tubuh ibunya menuju kamar itu dengan perlahan.“Kamu juga lekas tidur, jangan gila kerja!” teriak Nyonya Diana, beliau menghentikan langkahnya.“Iya Bu, Malvin juga mau tidur ini,” ujar Malvin sambil menatap ibunya.“Sebentar, aku harus memastikan kamu masuk ke dalam kamar dulu.”“Bu!” teriak Malvin merajuk.“Sekarang juga kamu harus masuk ke kamar. Kamu juga Chyntia, kalian harus lekas tidur,” pinta Nyonya Diana.“Baik Bu,” jawab Malvin sambil melangkahkan kakinya menuju ke kamar.Sementara itu, Malvin mulai merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. “Kamu mau tidur di sini? Kenapa tidak di dalam saja?” ujar Nyonya Diana dengan bersedekap dada.“Malvin ingin tidur di sini Bu, di dalam panas,” jawab Malvin, i
"Dari mana saja kamu? Istri baru ditinggalkan sendirian sampai larut malam!" ujar Nyonya Diana saat Malvin baru saja masuk ke dalam apartemennya. "Ibu! Kenapa disini?" tanya Malvin yang terkejut dengan keberadaan ibunya di rumah. "Jawab dulu, kamu darimana?""Maaf, tadi ada keperluan mendesak Bu, Malvin tadi lembur.""Lembur apanya, Ibu melihat di cctv kantor kamu tidak ada di sana!" "Hah, Ibu sampai mengecek?" tanya Malvin semakin terkejut dengan yang dilakukan ibunya. "Ya, karena aku mencarimu!" teriak Nyonya Diana."Tadi aku ke rumah sakit Bu, aku tidak sengaja menyerempet karyawanku," jawab Malvin jujur. "Siapa?""Bianca."Mendengar nama Bianca, Charlotte terkejut dan bergumam, "Jadi dia pulang larut malam karena mengantar Bianca.""Kenapa kamu tidak mengabari istrimu?"Mendengar pertanyaan itu Malvin menjadi semakin terkejut. Malvin menoleh ke arah Charlotte dan Char
“Bagaimana Dokter, apa dia tidak apa-apa?” tanya Malvin pada dokter yang baru saja memeriksa Bianca.“Dia tidak apa-apa Tuan, kakinya hanya tergores sedikit mungkin terkena bagian mobil,” ucap dokter menjelaskan.“Syukurlah kalau begitu. Sudah bisa langsung pulang kan Dok?” tanya Malvin lagi.“Tentu saja, tadi lukanya sudah diobati dan nanti akan saya berikan obat pereda nyeri.”Malvin menghembuskan napas lega dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut.“Baiklah, terima kasih Dok.”“Sama-sama Tuan, saya lanjut memeriksa pasien yang lain ya,” pamit dokter itu.Malvin mengangguk, dan dokter itu berlalu. Malvin menuju ke ruangan dimana Bianca tadi diperiksa.“Kamu sudah diperbolehkan pulang. Untuk obatnya nanti akan diberikan,” ucap Malvin pada Bianca yang duduk di atas ranjang dengan kaki diperban.“Terima kasih Tuan,” jawab Bianca.“Sama-sama, dan maaf karena tadi mobilku menye
"Ayo, Mama antar ke Papa!" ajak Charlotte pada putrinya sambil menuntunnya menuju ke lift. Mereka berdua baru saja melepas pelukan erat sebagai pelepas rindu. Nathalie menggangguk dan menuruti permintaan mamanya itu. Lift yang mereka naiki mengantar sampai ke lantai dasar. Bunyi denting lift mempersilakan Mama dan anak itu untuk keluar.Langkah kaki Charlotte membawanya sampai ke tempat parkir bersama Nathalie. Sampai di parkiran, ternyata Hugo telah menunggu dengan bersandar pada mobil BMWnya. Hugo segera berdiri tegap saat menyadari Charlotte dan Nathalie menghampirinya. Ia bersiap menyambutnya. "Sayang," ucap Hugo. "Papa," ucap Nathalie sambil berlari menghampiri papanya. Charlotte berhenti agak jauh dari mereka berdua dan memperhatikan kedekatan papa dan anaknya. "Pa, apa aku boleh ikut Mama?" tanya Nathalie pada papanya.Hugo menoleh ke arah Charlotte karena terkejut dengan pernyataan putrin
"Halo, Malvin sudah sampai di kantor," ucap Bianca yang berbicara dengan lawan bicaranya lewat sambungan telepon.Lalu, Bianca mendengarkan lawan bicaranya dari telepon yang tersambung dan diletakkan di telinganya itu. "Ok," jawab Bianca dilanjutkan dengan memutuskan sambungan telepon. Ponsel itu ia letakkan di atas meja kerjanya. Lalu, Bianca melihat ke arah ruangan Malvin yang di ruangan itu Malvin tampak sedang sibuk membaca dokumen. Di rumah Hugo, ia sedang bersiap-siap. Nathalie juga tengah bersiap-siap dibantu suster yang merawatnya. "Sudah siap?" tanya Hugo pada Nathalie saat ia telah keluar dari kamarnya dan masuk ke kamar Nathalie. "Sudah Papa," jawab Nathalie dengan senyuman bahagia. "Let's go!" ajak Hugo sambil menggendong putri semata wayangnya itu. "Kamu senang?" tanya Hugo pada Nathalie yang sedang berada di gendongannya. "Tentu Papa, aku sangat senang karena akan diajak jalan-jala
"Aku lapar, apa kamu sudah makan malam?" tanya Malvin pada Charlotte."Belum sempat. Tadi aku beres-beres batangku di kamar," jawab Charlotte."Mau makan malam di luar?" tanya Malvin lagi."Boleh juga," jawab Charlotte."Ayo!" ajak Malvin."Sebentar, aku ambil cardigan dulu."Charlotte ke kamar mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu. Tidak lupa ia juga mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Setelah itu, ia kembali keluar kamar dan berkata, "Ayo, aku sudah siap!"Malvin yang tengah asyik mengoperasikan ponselnya mendongak melihat Charlotte. "Ok!" seru Malvin sambil memasukkan ponsel ke sakunya. Malvin telah melepas jas dan dasinya, saat ini ia mengenakan kemeja biru muda dan celana navy. Sementara Charlotte memakai dress selutut tanpa lengan ditambah cardigan lengan panjang untuk menutupi lengan dan tangannya, rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai rapi.