Keluarga Stormind tengah sibuk membahas mega proyek di ruang utama. Mereka tampak sangat antusias setelah melihat keuntungan yang akan mereka peroleh. Sementara itu, Caroline dan Eric masih berjalna-jalan di halaman.“Kenapa kau menolak mega proyek itu, Eric? Bukankah itu adalah kesempatan yang bagus?” tanya Caroline yang berjalan di depan Eric, melirik ke belakang sesaat.“Aku memang tidak tertarik dengan mega proyek itu. Jika aku mau, aku bisa membangun mega proyek yang sama,” balas Eric seraya menghentikan laju kursi roda, menoleh pada bunga-bunga yang tertata dengan sangat rapi.“Apa?” Caroline terkejut, menatap Eric saksama. “Mereka mengatakan jika kau hanya memiliki sedikit harta kekayaan keluarga Stormind, dan harta itu akan disita secepatnya.”Eric tertawa. “Aku sama sekali tidak pernah menggunakan fasilitas yang diberikan kakekku sekalipun. Aku hanya menggunakan harta kekayaan milik keluarga ibuku. Jika kakekku ingin mengambil harta yang sudah diberikannya, aku tidak peduli d
Eric menangkap gelas itu dengan mudah, menatap tajam Darius, bersiap melemparkan kembali gelas pada pria itu.Darius sonrak melindungi wajahnya dengan kedua tangan.Eric tiba-tiba tertawa, menyimpan gelas di meja. “Kau tampak sangat lucu barusan, Darius. Kau sangat ketakutan sampai tubuhmu bergetar.”“Dasar brengsek!” maki Darius dengan tatapan kesal.Caroline tersenyum meremehkan. “Eric, kau tidak perlu meladeni pria itu. Dia akan menangis dan mengadu pada ayahnya. Lihatlah dia sekarang.”Caroline mendorong kursi roda Eric, menjauh dari meja makan. Mereka mengabaikan cibiran dan makian dari keluarga Stormind, terutama Darius dan Daisy.“Dasar orang-orang menyebalkan! Mereka pikir mereka bisa bertindak semau mereka!” Caroline mendengkus kesal. “Mereka tidak lebih dasar sekadar kumpulan orang-orang jahat!”“Semua tergantung dari sudut pandang. Aku menganggap hinaan dan keberadaan mereka sebagai hiburan untukku.” Eric tertawa.Caroline memutar bola mata. “Hentikan tawamu. Kau menakutiku
Caroline sontak memunggungi Eric, menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia harus mengakui Eric sangat tampan, lebih tampan dari hari-hari yang sebelumnya. Wajahnya memerah karena menahan malu dan kagum.“Astaga, aku pasti terlihat sangat bodoh sekerang. Aku tidak ingin mengajak Eric bicara.” Caroline memutar bola mata, mengembus napas panjang.“Kau tidak akan berdiri di depan pintu selamanya, bukan? Kita harus segera pergi.” Eric berbicara ketika dia sudah agak jauh dari Caroline.“Apa?” Caroline seketika menoleh, terkejut ketika Eric sudah tidak berada di dekatnya lagi. Ia mengentak lantai kesal, bergegas berjalan. “Kau sangat menyebalkan.”Caroline meninggalkan Eric, melirik beberapa kali, mengembus napas panjang. “Kenapa Eric selalu menyebalkan? Dia seharusnya mengajakku berjalan bersama, bukan berjalan lebih dulu. Dasar pria tidak peka.”“Kau bisa terjatuh jika kau berjalan secepat itu.” Eric tertawa. “Aku tidak keberatan jika kau menumpang di belakangku. Itu akan jadi pengalam
“Apa kau gila?” Darius berteriak tertahan, menatap tajam Drako. “Kenapa aku harus membuat wanita gila itu tergila-gila padaku? Dia hanya wanita sialan yang tidak pantas untuk bersanding dengan siapa pun di keluarga kita, bahkan bayangan kita.”Drake tertawa. “Lihatlah wanita itu baik-baik. Darius. Dia cantik dan menarik. Kau tidak akan malu membawa wanita itu ke mana pun. Kau hanya perlu sedikit memolesnya.”“Dasar sinting! Aku tidak akan melakukan tindakan gila itu.” Darius mendengkus kesal, menegak minuman seraya mengamati Caroline. “Aku bisa mendapatkan wanita seperti dia sebanyak apa pun yang aku mau. Kalaupun hanya si wanita gila itu wanita yang tersisa di dunia, aku tidak akan mau menyentuhnya.”“Kau akan termakan oleh ucapanmu sendiri, Darius.” Drako tertawa.“Kenapa kau tidak mendekati wanita gila itu, Drako?” ketus Darius yang masih tidak lepas dari Caroline. Ia mendengkus kesal saat mengingat perlakukan wanita itu padanya.“Ayolah, Darius. Aku masih dua puluh tahun sekarang.
Caroline dan Eric tidak memedulikan tatapan dan cibiran keluarga Stormind. Mereka puas karena bisa membuat orang-orang menyebalkan itu jengkel.Daniel, Donald, dan Dennis tampak sangat kesal hingga tak henti menatap tajam Caroline dan Eric selama beberapa waktu. Andai saja tidak ada aturan keluarga yang mengikat, mereka pasti sudah menyingkirkan keduanya sejak awal.“Kita berkumpul di pesta ini untuk merayakan kebahagiaan kita semua. Ayah dan kakek kita masih dalam keadaan sehat dan berada di tengah-tengah kita. Selain itu, keluarga kita masih berada di puncak dan terus mencapai pucak lebih tinggi dari sebelumnya. Kabar yang paling membahagiakan bagi kita adalah kita sedang menangani mega proyek yang akan memberikan banyak keuntungan sangat besar untuk keluarga kita,” ujar Daniel dengan semringah.Daniel melanjutkan, “Kita memiliki tugas yang sangat penting untuk menyukseskan mega proyek itu maupun tugas untuk membawa keluarga ini ke tingkat yang lebih tinggi. Kesulitan akan terus mun
Eric tiba di halaman samping, memberi tanda pada Leon untuk meninggalkannya sendirian. Wajahnya tampak tenang, tetapi hatinya bergemuruh oleh amarah dan dendam.Evan duduk di kursi roda, mendekat pada Eric. Para pengawalnya segera menjauh.“Eric,” panggil Evan sembari menghentikan kursi roda di belakang Eric. Ia mengembus napas panjang. “Kenapa kau tidak ingin bergabung untuk mengurus mega proyek itu?”Eric menghadap Evan, menoleh ke arah lain. Ia melihat Caroline tengah berbincang dengan Layla dan beberapa pengawal wanita. “Aku sama sekali tidak tertarik. Aku bahkan tidak tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan keluarga ini.”Eric menatap Evan tak gentar. “Aku harus memberitahumu jika ini adalah kunjungan terkahirku ke pertemuan keluarga sekaligus kunjungan terakhirku ke rumah ini. Setelah ini, aku akan memutuskan semua hubungan denganmu dan semua orang.”“Eric.” Evan mendekat, berusaha menahan tangis. “Aku bisa mengerti kenapa kau sangat membenciku dan keluarga ini. Aku ti
Caroline sontak terkejut ketika tubuhnya melayang dan ambruk di kolam renang. Ia seperti tertarik ke dasar kolam. Ingatannya ketika ia hampir meninggal karena tenggelam seketika muncul. Hal itu membuatnya panik sehingga tidak bisa bergerak dengan normal.Caroline berusaha menuju permukaan. Kedua tangannya timbul tenggelam di atas air. Dadanya sesak dan mulutnya mendadak kaku. “To-tolong! To-tolong!” Daniel, Donald, Dennis, dan hampir semua anggota keluarga Stormind sontak tertawa terbahak-bahak. Mereka bahagia karena wanita gila itu kesulitan.“Wanita gila itu ternyata tidak bisa berenang.” Darius tertawa terbahak-bahak. “Aku terkejut karena ayahku mendorong si wanita gila itu, padahal aku sudah bersiap-siap untuk mendorongnya dengan penuh tenaga.”“Aku harap dia akan mati malam ini,” sahut Daisy dengan senyum melintang.“Caroline!” teriak Eric seraya mendekat. Sayangnya, Delta dan Darius menghalangi jalannya. “Menjauh dariku sekarang juga! Aku harus menolong Caroline!”Delta tertawa
Eric dan seluruh pasukannya segera meninggalkan kediaman utama keluarga Stormind. Rombongan mobil melesat sangat cepat.Eric mengamati keadaan Caroline yang tampak pucat pasi. Peristiwa tadi benar-benar bercokol kuat dalam benaknya. “Aku seharusnya tidak terkejut ketika mereka melakukan tindakan busuk itu. Mereka bahkan pernah melakukan tindakan yang lebih busuk dibandingkan sekadar mendorong seseorang ke kolam renang dan nyaris membiarkan orang itu mati.”Kilatan amarah terlihat di pancaran mata Eric. Pria itu mengepalkan tangan erat-erat.“Aku akan memulai perang dengan kalian. Aku tidak akan memberikan belas kasih lagi mulai sekarang.” Eric tersenyum, terdiam ketika teringat dengan Evan. “Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan membiarkan mereka begitu saja seperti yang kau lakukan selama ini?”Sementara itu, keluarga Stormind masih berada di sekitar lokasi pesta. Mereka masih terkejut dengan keadaan yang terjadi, terutama Daniel.Daniel mengamati kaca yang hancur dan berserakan. K