Bab 1
Serena kembali ke Indonesia setelah tujuh tahun menetap di Singapura. Ia datang dengan satu tujuan penting yang menyangkut dengan masa lalunya.Di sinilah ia berdiri, di hadapan hotel tempatnya bekerja tujuh tahun yang lalu, menjadi salah satu staf di Himawan Hotel."Selamat datang!"Seorang petugas hotel menyambut kedatangannya, Serena membalas dengan senyuman. Ia di arahkan ke bagian resepsionis guna untuk memesan kamar.Serena diberikan card, lalu seseorang yang tadi mengantarnya ke atas. Setiap pijakan seolah melambat, memori tujuh tahun kembali berputar di kepalanya.Sehari setelah ia sah menjadi istri dari Aldi Himawan, pewaris hotel tempatnya bekerja, Serena di permalukan oleh Lydia yang mengaku sebagai istri dari suaminya, Aldi.Wajah Serena seolah kembali tertampar saat kalimat kotor keluar dari mulut Lydia waktu itu dan kembali menggema di telinganya."Kau menyerahkan tubuhmu pada pria beristri, benar-benar murahan!Hei! Kalian, lihatlah jalang ini yang merangkak ke atas ranjang suamiku!" teriak Lydia kala itu. Serena malu sejadi-jadinya, banyak staf yang menyaksikan kejadian itu. Bukan hanya itu, ada banyak lagi kalimat yang menyakitkan ia terima."Ini kamarnya, Bu, silahkan!"Lamunan Serena buyar saat petugas hotel tadi menunjuk kamarnya."Terimakasih!" ucap Serena. Staf tersebut mengangguk lalu permisi.Serena mengistirahatkan tubuhnya sebelum sore nanti mulai melakukan rencananya, namun sebelum hal itu terjadi suara benda pipih miliknya berdering."Mami, Ranu kangen!"Serena tertawa melihat ekspresi putranya yang berada di Singapura. Padahal belum genap sehari mereka berpisah."Mami baru sampai? Kata Om Billy naik pesawat nggak sampai dua jam, terus naik taksi sekitar satu jam. Sekarang sudah empat jam Mami berangkat."Serena tersenyum mendengar celotehan putra pintarnya tersebut, "Iya, mami baru nyampe dan sekarang mau istirahat dulu," jelas Serena."Jadi Mami belum ketemu sama teman Mami itu?" Setahu Ranu, maminya sedang rindu dengan temannya makanya berkunjung ke Indonesia.Serena menggelengKedua bahu Ranu merosot ke bawah di ikuti dengan raut wajah cemberut, "Jadi, Mami akan lama pulangnya?""Tidak sayang, sore nanti mami akan ketemu dan besok akan mengunjungi rumah uti," jawab Serena."Jangan lama-lama pulangnya, Mam. Ranu nggak ada yang urus."Astaga!Serena tertawa, selalu seperti itu Ranu kalau dirinya pergi bermalam, "Kan ada Mbak Hilda, mami cuma seminggu kok." Serena sengaja menggoda padahal rencananya cuma tiga hari saja."What? Seminggu? Oh em ji!" Anak itu menepuk keningnya sendiri.Serena terkikik melihatnya, "Ranu sudah makan?""Sudah, mami juga sudah makan?""Sudah, makan roti, mami mau istirahat sebentar sebelum ketemu teman.""Mami! roti lagi-roti lagi. Mami harus makan dengan benar, Ranu nggak mau ya, kalau asam lambung Mami kumat." Seperhatian itu Ranu padanya membuat hati Serena menghangat."Iya cerewet, mami akan jaga kesehatan," balas Serena, "sudah dulu ya, mami ngantuk, nih." Serena ingin mengakhiri panggilan."Ok, Mam. Jaga diri dan cepat pulang, no debat!"Serena mengangguk lalu tersenyum, Ranu memang paling bisa membuat dia tertawa. Sambungan video terputus, Serena pun meletakkan ponselnya di atas nakas, ia harus tidur sebentar sebelum menemui orang di masa lalunya.Pukul empat sore, Serena sudah bangun, ia mandi dan memakai kemeja lengan panjang putih, di padu dengan celana jeans yang memiliki dua robekan di bagian lutut.Menatap cermin sebentar memastikan lipstick warna pinknya tidak melebar melampaui garis bibir. Serena meraih tas tangan yang sudah ia isi dengan dompet dan ponselnya, menghela nafas sesaat sebelum membuka pintu.Serena melirik arlojinya, sebentar lagi pukul lima, para petinggi hotel akan ke luar. Serena mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Aldi, tepatnya di lobiPria dewasa yang masih berstatus suaminya itu tampak berjalan dengan bawahannya, mereka tampak berbicara serius.Jantung Serena bedetak kuat, namun melambat, darahnya seolah berdesir hebat. Bohong kalau Serena tidak merindukan pria itu, meski tujuh tahun ia terus berusaha membencinya.Aldi masih tampak gagah di usianya yang Serena perkirakan sudah lebih dari empat puluh tahun, tapi pesonanya masih menguar kuat, semakin matang semakin menantang.Serena sudah berdiri di tempatnya. Aldi dan dua pria yang bersamanya berhenti sejenak di dekatnya, pria itu memunggunginya."Pastikan kamarnya sudah baik, jangan kecewakan Tuan Adolf, mengerti!" Terdengar Aldi memberi peringatan."Baik Pak!" jawab Benu yang Serena tahu adalah asisten Aldi, sedang pria satu lagi Serena tidak mengenalinya."Ben, kamu antar saya ya! Saya lagi malas nyetir." Aldi memberi perintah, dia belum melihat ke arah Serena yang berdiri menatapnya sampai Benu mengangguk lalu matanya menangkap sosok yang tidak asing."Se-serena!" ucapnya terkejut hingga Aldi yang mendengar nama tersebut lantas memutar tubuhnya dengan cepat mengikut arah mata asistennya."Seren!"^^^^^^ Benu dan Serena adalah sebaya, pernah menjadi teman sekolah dan bekerja di hotel yang sama pula. Benu menjadi asisten presdir hotel, Serena menjadi staf yang melayani tamu.Di kafe hotel, Aldi dan Serena sudah duduk berhadapan. Pria itu menyuruh Benu menunggunya di mobil."Akhirnya, setelah tujuh tahun menghilang, kau datang ke sini." Aldi membuka percakapan. Meski wajahnya terlihat biasa, namun hatinya sangat bahagia."Seren!" Begitu panggilan kesayangannya, "aku mencarimu ke mana-mana, tapi kau hilang seperti ditelan bumi. Aku nyaris gila saat itu."Aldi membuka sedikit kisahnya saat di tinggalkan oleh Serena.Serena belum menanggapi, ia tidak peduli dengan cerita Aldi. Dia lebih siap memantapkan hati untuk menyampaikan maksud kedatangannya."Seren, kau tidak mau cerita tentang alasanmu pergi?" tanya Aldi. Andai tadi Serena tidak menolak di ajak ke kamar, Aldi saat ini pasti sudah memeluk dan menciumi wajah gadis yang selalu ia rindukan di setiap waktunya, bahkan nafas indah Serena saat malam pertama masih melekat kuat di ingatannya."Pak Aldi, sebenarnya saya ...."Aldi menginterupsi dengan mengangkat tangannya, "Bapak?" Memastikan panggilan Serena barusan. Seperti seorang atasan dan bawahan.Serena mengangguk, "Saya datang ke sini mau minta cerai dari, Bapak," lanjutnya.Ketegangan yang masih ada kian terasa setelah kalimat itu meluncur dari bibir indah Serena."Bapak membohongi saya, katanya sudah bercerai, tapi nyatanya tidak seperti itu, saya menyesal dan ingin lepas dari ikatan yang bapak bangun dari kebohongan itu." Serena mengungkapkan alasannya. Dia tahu Aldi tidak mungkin menyangkalnya, lagi pula mustahil pria itu tidak tahu tentang kejadian tujuh tahun lalu.Saat itu setelah melakukan malam pertama di hotel ini, Aldi mendapat panggilan darurat, saat dini hari ayahnya di kabarkan jatuh di kamar mandi, karena ingin cepat pulang, Aldi tidak tega membangunkan Serena, jadilah ia pergi setelah mengecup kening dan bibir wanita itu."Bapak boleh talak saya sekarang," kata Serena karena Aldi belum menanggapinya."Kita bicarakan besok, kita bertemu di sini," ucap Aldi.Wajah Serena berubah, "Apa tidak bisa sekarang? Saya tidak punya waktu banyak," kata Serena sarat memaksa.Aldi menatap arlojinya, "Aku ada pertemuan, lagi pula butuh saksi untuk menalak, kamu. Datanglah besok ke sini pagi hari." Aldi cepat memutuskan."Baiklah, tapi penuhi keinginan talak saya!" Serena butuh kepastian. Selain karena Billy sudah melamarnya, ia juga tidak tahan berpisah lama dari Ranu putra tampannya."Aku akan kasih jawabannya besok." Keputusan Aldi sudah tepat.Setelah Aldi pergi, Serena duduk sebentar sebelum kembali ke kamarnya. Dia pikir akan mudah meminta talak, namun sepertinya ia harus menunggu sedikit lagi.Aldi masuk ke dalam mobil di mana sudah ada Benu menunggu, "Nu, cari tahu dari mana Serena datang sekaligus menginap di mana?" perintah Aldi begitu duduk di mobil."Baik bos!" patuh Benu, tapi sesaat kemudian dia menoleh, "Serena masih punya rumah, mungkin dia tinggal di sana." Benu sangat mengenal Serena dulu."Nggak mungkin, Nu. Dia sepertinya memang sengaja menghindar, tapi apa alasannya aku nggak tau. Lagi pula rumah itu di tempati oleh orang lain." Aldi memang selalu memantau rumah Serena dulu.Benu mengangguk, cukup masuk akal apa yang dikatakan oleh bosnya."Ben, aku butuh cepat informasinya, malam ini aku harus tahu di mana Serena tinggal!" kata Aldi berupa titah yang tidak boleh dibantah.Bab 2Setelah lelah berselancar di sosial media miliknya, Serena berniat hendak tidur, besok pagi dia harus segar saat bertemu dengan Aldi.HufftSerena menghembuskan nafas di depan cermin, berharap Aldi tidak lagi menunda untuk men-talaknya besok pagi.Tiba-tiba Serena ingat dengan Ranu, mungkin putranya itu sudah tidur saat ini. Serena pun mengambil gaun tidur yang sengaja ia bawa dari Singapura. Membongkar koper lalu meninggalkannya begitu saja. Besok pagi sekalian di bereskan sebelum check out. Pikirnya.Serena merebahkan dirinya hingga tak terasa matanya sudah terpejam rapat dan membawanya ke alam mimpi."Serena, aku menyukaimu!" Gadis itu tersipu mendengarnya, tak di pungkiri meski usia Aldi jauh di atasnya, Serena mengagumi sosok atasannya itu, namun se-kagum apapun Serena pada Aldi, dia cukup sadar dan tahu diri kalau Aldi itu sudah bukan single lagi.Tanpa Serena ketahui bahwa Aldi pun diam-diam mengagumi sosoknya setelah pertemuan pagi itu lalu berubah menyukai bahkan sam
Bab 3Aldi tidak bisa tidur memikirkan pertanyaan Serena tadi. Ia pun memilih pergi ke rumah Benu.Mengganggu istirahat asistennya, lebih baik dari pada dirinya terus dihantui oleh rasa penasaran."Benu apa yang terjadi tujuh tahun yang lalu dengan Serena?" Aldi bahkan langsung bertanya begitu pintu di buka.Pemiliknya saja masih terlihat mengantuk, karena ini sudah hampir dini hari."Aku rasa tidak ada, bos, yang aku dengar Serena baik-baik saja sebelum akhirnya menghilang." Benu ingat saat itu. Serena memang berhenti bekerja pasca menikah dengan bosnya dan Benu mengira itu wajar.Lagi pula pasca ayahnya Himawan jatuh di kamar mandi, Aldi langsung di suruh pergi ke luar negeri bersama Benu."Kenapa tidak tanya sama dia, bos?" Benu datang membawa satu gelas teh untuk Aldi yang masih berpikir keras mencari jawaban. "Kalau dia mau menjawabnya, untuk apa aku datang ke sini?" Aldi balik bertanya. Dia terus mencari-cari ingat. "Sebelum aku pergi subuh itu, aku tinggalkan surat untukny
Bab 4Ketiganya terkejut saat mendapati Aldi dan Benu sudah berdiri di pintu yang memang tidak di tutup.Jantung Serena memompa lebih cepat, khawatir kalau Aldi mendengar pembahasan tentang Ranu."Aldi, ayo masuk!" ajak Arman. Dia dan Aldi hampir sebaya, namun Arman belum di karuniai anak hingga dua puluh tahun pernikahannya. Aldi dan Benu melepas sepatunya lalu masuk dan duduk di sofa sederhana milik Arman."Yun, buat minum sana!" perintah Arman. Istrinya itu langsung berdiri lalu beranjak ke dapur."Langsung saja ke permasalahan saat ini, saya datang mau mengunjungi Serena," kata Aldi, "mungkin Serena sudah cerita tentang keinginannya."Aldi yang masih tampak pucat itu tampak menghela nafasnya sebelum melanjutkan, "Saya nggak bersedia menceraikannya," ucap Aldi dengan yakin."Nggak bisa gitu dong, kamu kan udah janji sama aku," protes Serena seraya berdiri. Arman memegang tangan keponakannya agar tidak terbawa emosi, "apa alasan kamu menolak cerai, sedangkan kalian cuma sehari
Bab 5"Serena, kembalilah padaku, lupakan tentang perceraian." Aldi menatap, menghiba membuat Serena menunduk, tidak berani menatap mata Aldi yang kini teduh.Serena menatap ke luar, "Aldi, aku sudah di lamar," aku Serena jujur. Sejujurnya dia pun mulai bingung. Aldi tidak bersalah sepenuhnya, namun ia pun telah pergi terlalu jauh dan dalam waktu yang lama, tapi kepergiannya juga punya alasan, "aku nggak mungkin menyakitinya."Serena berada dikebimbangan yang nyata, kebaikan Billy tidak bisa di nilai sebelah mata karena menginginkan dirinya. Billy tulus dan menganggap Ranu seperti putranya sendiri. Saat anak itu sakit Billy selalu siap memdampingi Serena, bukan hanya waktu melainkan biaya yang tidak sedikit, rela Billy gelontorkan untuknya. Tring tringTring tringPonsel di saku Aldi berbunyi, pria itu segera merogoh sakunya lalu mengangkat panggilan."Bos, Keluarga Sutomo meminta hotel Karisma pada Tuan Adolf," ucap Benu di telpon."Tidak bisa, kita sudah sepakat. Lagi pula aku su
Tidak sulit membawa tubuh Serena yang ramping menaiki tangga menuju kamar utama. Sambil memandang wajah yang tidak terusik itu, senyum Aldi terus terpatri di bibirnya yang sedikit tebal.Aldi tetap tampan meski usianya sudah lebih dari empat puluh tahun, tubuhnya masih terlihat bugar dan mempesona.Meski begitu, Aldi adalah sosok pria yang sukar jatuh cinta. Dia hanya pernah mencintai Lydia sebelum Serena. pengkhianatan Lydia lah alasan mereka bercerai. Awalnya Lydia menolak karena dia sangat mencintai Aldi dan mengaku khilaf.Sayangnya Aldi mendapat bukti lebih dari satu saat Lydia dan selingkuhannya bermalam di hotel Sutomo.Lydia yang berpikir Aldi sangat mencintainya dan percaya padanya bisa dia bohongi. Lydia memohon agar Aldi tidak menceraikannya, karena orang tuanya akan malu, tapi Aldi sudah bulat tekadnya sampai akhirnya Aldi menunjukkan rekaman video panasnya, saat itulah Lydia bersedia bercerai asal Aldi tidak menunjukkan video itu pada keluarga besar mereka. Hampir satu
Bab 7"Maaf, aku lupa mengunci pintu, dia Anes, adikku," kata Aldi yang mengerti raut wajah Serena."Aku tahu, sepertinya dia marah. Mungkin tidak suka aku di sini." Serena teringat dengan kejadian semalam saat Anes datang tak menyapa."Anes itu baik, aku belum ngenalin kamu ke dia."Serena tidak bodoh dalam menilai, sebelum wanita itu ke luar dari kamar tatapannya sempat tajam pada Serena."Meski kurus, ternyata istriku ini cukup berat," ucap Aldi bergurau."Ihh...!"Serena mencubit bahu kekar Aldi hingga membuat pria itu terkekeh lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi."Apa terlalu sakit?" tanya Aldi. Serena mengangguk malu, "Ya sudah, biar aku yang mandiin."Aldi sudah meletakkan Serena di atas meja dekat wastafel.Serena menggeleng cepat, "Nggak mau, aku mandi sendiri aja." Serena menolak, dia tidak terbiasa begini apa lagi dengan perpisahan mereka selama ini. Ini kali kedua mereka menjadi intim.Aldi tersenyum, "Kamu malu?"Serena memalingkan wajahnya yang tampak mero
Bab 8Serena berdiri lalu masuk ke dalam kamar dan menerima panggilan itu."Mami, kangen ...!" Suara Ranu terdengar di ujung."Mami juga sayang, maaf ya, hari ini mami sibuk, nggak sempat menghubungi abang!" ucap Serena pelan, sesekali ia melirik ke pintu kamar."Mami, video call yuk!" Ranu yang kangen tentu tidak puas hanya mendengar suara saja."Aduh, gimana ya! Mami lagi sibuk di rumah uti, nanti malam saja ya sebelum Ranu tidur." Serena pun sama rindunya, namun terlalu beresiko bila video call, bisa-bisa Aldi mendengar suaranya."Baiklah!" Serena jadi tidak tega mendengar suara putranya yang tidak bersemangat."Aku akan menemani Seren ke Singapura dan membawanya menetap di sini," ucap Aldi di luar."Bagus itu, biar kami bisa sering ketemu, kasihan dia jauh di sana." Arman setuju dan terlihat senang, "tapi, apa kamu bisa jamin mantan istrimu itu nggak mengganggu Serena lagi?"Yuni setuju dengan pertanyaan suaminya."Aku akan lindungi Serena apapun yang terjadi. Setelah pindah, a
Bab 9Serena yang bekerja sebagai manager pemasaran, hari ini membuat surat pengunduran diri. Dia mendatangi sekretaris Billy yang bernama Tari."Eh, Serena mau ketemu calon suami?" sambut Tari dengan senyumnya yang khas."Nggak, Tar. Aku mau nitip ini sama kamu, tolong berikan pada Pak Billy besok pagi."Tari menerimanya dan membaliknya, "Nggak ada tulisannya, memangnya ini surat apa?""Ada deh, kamu serahin aja sama Pak Billy."Serena enggan menjelaskan, takut Tari akan menanyai alasannya. "Kalau nggak berhubungan dengan kantor, kamu aja deh, Ser." Tari hendak mengembalikan lagi suratnya, tapi Serena menggeleng dan menahannya."Kamu aja, Tar. Aku permisi ya, masih banyak kerjaan." Serena meninggalkan Tari dengan sedikit berlari.Tari tersenyum melihat menager perusahaan itu, dia memang tahu hubungan Bosnya dan Serena.Tari meletakkan kertas putih itu di atas mejanya, karena hari ini Billy berada di luar kota. Besok pagi akan ia serahkan.Serena membawa sedikit barangnya yang tid
Kepulangan Himawan dipercepat guna memberikan keleluasaan pada Aldi dan Serena di Bali. Ia sengaja membawa Ranu cucunya agar tidak mengganggu.Himawan ingim cucu yang banyak sebelum ajal memanggilnya. Hari ini dia ingin mengecheck keadaan salah satu hotel yang kebetulan dipimpin oleh menantunya, tapi melihat Billy dan mendengar pengakuan ibunya membuat Himawan terkejut."Ayah, maaf tidak mengabari sebelumnya." Aneska muncul dari balik pohon. Sungguh ia sangat takut jika Himawan akan membongkar siapa dirinya saat ini."Ini kebetulan sekali," seru Dewi senang, "kata Aneska Pak Himawan sedang liburan ternyata sudah pulang." Dewi tersenyum sangat ramah tapi berbeda dengan Billy yang tampak datar lalu Aneska yang wajahnya tampak tidak nyaman. "Ya, saya juga ingin mendengar cerita tentang mereka berdua." Himawan menyambut ucapan Dewi. Ia pun mengajak mereka ke rumahnya, termasuk Aneska juga. Sampai di sana Dewi takjub melihat rumah Himawan yang besar. Impiannya punya besan kaya sudah t
Entah sudah berapa lama Aneska berdiam diri di dalam toilet, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ibu Billy ingin bertamu ke rumah mereka.Rumah Himawan tepatnya.Aneska tak mungkin membawanya. Dia jadi terjebak oleh rencana Jane sahabatnya."Bil, coba kamu panggil," ucap Dewi yang merasa ini tidak wajar."Biarin aja, Bu. Mungkin lagi ngeden," jawab Billy santai. Dia memang tidak peduli pada wanita itu.Ck"Lama!" Dewi berdecak. Ia mulai merasakan kecurigaan dari sikap Aneska. Aneska memasang senyum palsu begitu keluar dari toilet. Dia pun mengajak keduanya turun untuk makan di bawah, "Tante dan Billy menginap saja di sini, aku sudah pesankan kamar.""Loh, kamu tidak ada rencana membawa kami ke rumah orang tuamu?" Dewi mengeryit heran. Aneska memalingkan wajah, menggigit bibir bawahnya. Membawanya ke rumah Susi bukanlah pilihan yang tepat. Bisa-bisa ibunya itu akan bikin ulah dan malu. "Ayah sedang liburan, Tan. Mungkin lusa baru pulang." Aneska beralasan meskipun benar adanya
Aldi merencanakan liburan untuk mereka. Ada Himawan dan juga Ranu. Meninggalkan sejenak kesibukan di dunia kerja.Pagi ini pesawat yang membawa mereka telah tiba di Bali. Aldi membawa mereka ke sebuah rumah yang bagian belakangnya menghadap ke pantai."Kamu nyewa rumah, Mas. Kan cuma tiga hari saja?" Serena merasa ini terlalu berlebihan mengingat mereka hanya enam orang saja.Belum lagi Aldi menjawab, Serena sudah terpukau oleh gambar besar yang ruangannya baru saja ia masuki, "I-ini rumah Mas Aldi?"Pria itu menjawab dengan pelukan di pinggang sang istri. Dagunya jatuh tepat di bahu Serena, "Ini milikmu sayang. Hadiah pernikahan tujuh tahun yang lalu. Mas baru sempat menunjukkannya setelah selesai di renovasi.Serena terharu, ternyata suaminya sudah menyiapkannya rumah sejak dulu, pantas saja ada foto menikah mereka di atas tempat tidur king size."Sayang, ini bukan sekedar liburan untuk kita. Mas Aldi ingin kita memiliki anak lagi, kamu mau kan?" Kini mereka berhadapan saling m
"Jangan melamun, seharusnya kamu manfaatin ini dengan baik. Kalau aku jadi kamu inilah kesempatan buat balas sakit hati kakak iparmu itu." Jane terus membisikkan semangat untuk Aneska.Jane diam saat melihat sosok Dewi datang mendekati merekam"Anes, sudah saatnya kita pergi dan kamu, siapa namamu?" Dewi begitu ramah memperlakukan Aneska berbeda dengan Jane."Siap, saya Jane," jawab Jane cepat."Kamu tidak perlu ikut," ucap Dewi sedikit ketus."Saya juga tidak mau ke sana, tugas saya hanya memastikan kalau adik saya sudah di nikahi. Itu saja." Jane tidak begitu menyukai Dewi yang cepat berubah pikiran. Terlihat mata duitan. Dia membayangkan kalau Dewi tau Anes sudah didepak dari keluarga Himawan pastilah dia akan membenci Aneska. Setelahnya ia pun pamit pada Aneska, tak lupa mengucapkan selamat dengan tawa."Sudah, ayo pulang!" Billy mengajak keduanya. Ia terlalu lelah dan pusing dengan apa yang sudah terjadi.Di rumah Aneska di antar ke kamar, sedangkan Billy menyusul ibunya k
Susi masuk ke dalam, ia meminta handphone dengan menengadahkan tangannya, "Berikan cepat!" perintahnya.Dodi menyembunyikan di balik tubuh kurusnya, "Nggak mau, ini privasiku, Bu," tolaknya."Privasi-privasi? Emangnya kamu siapa pakai privasian segala. Makanmu saja masih ibu yang tanggung sok segala privasi." Susi mengomel sambil melotot, "cepat sini!""Nggak, nanti ibu ambil semua." Dodi tetap bersikeras memegangnya. Susi geram dan akhirnya maju lalu merebutnya dengan paksa."Bu!" protes Dodi saat benda pipih yang menyimpan rahasia m bankingnya sudah beralih ke tangan ibunya."Udah diem!" Susi menggulirnya dan menemukan pesan m banking senilai sepuluh juta rupiah, "Apa yang kamu jual ha? Ini uang dari mana?" Susi marah dan menatap kakak dari Aneska itu."Sembarangan ibu tuduh aku menjual, yang ada ibu tuh yang sudah jual sofa sama lemari. Terpaksa duduk di lantai kita," gerutu Dodi tak terima."Ibu jual juga biar kita bisa makan, kau pikir sekarang mau dapat duit dari mana, Ane
"Bu, jangan menangis, bisa saja ini akal-akalan mereka. Kita pulang saja sekarang!" Sudah satu jam sejak Dewi bangun dari pingsannya.Billy menenangkannya, tapi ibunya menolak untuk pulang, "Jangan mudah tertipu dengan orang yang tidak kita kenal," katanya lagi agar ibunya segera menurut."Kamu nggak kenal dia? Apa kamu mau lepas dari tanggung jawab? Nih, nih, lihat wajahnya baik-baik, kalian pernah ketemu kan di forum bisnis?" Jane mengangkat dagu Aneska agar wajah itu terlihat jelas oleh Billy.Billy terkejut, sekarang dia melihatnya dengan jelas, tadi saat di tempat tidur dia hanya melihatnya dari samping."Kau!" ucapnya pelan. Billy meneguk ludahnya. Bertanggung jawab dengan perempuan jahat yang pernah mencelakai Serena, mustahil baginya.Billy tak akan lupa dengan perbuatannya yang turut andil dalam perpisahan Serena dulu.Dewi berdiri, ia mendatangi gadis yang sudah tidur dengan anak kesayangannya, ia menatap Aneska dari ujung kaki hingga kepala.Kulitnya bersih, sepertinya
Aaaa...."Brisik! Jadi cowok kok menjerit," ucap Aneska santai, ia tengah duduk bersandar di headboard sambil meniup-niup kukunya."Tidak, ini tidak mungkin! Ya Tuhan! Apa yang sudah terjadi padaku?" Billy rasanya ingin menangis, dia lebih fokus pada dirinya sendiri dari pada dengan Aneska.Ingatannya kemudian berputar pada kejadian tadi malam, temannya mengajak bertemu di club, tapi Billy tidak minum sampai seorang bartender wanita berkepala plontos mengantarkan jus kepadanya."Tuan, ini jus khusus untuk pengunjung yang tidak suka alkohol." Jane yang menyamar meletakkannya di atas meja. Billy sempat mengucapkan terima kasih.Kedua temannya mengajak bersulang dan Billy pun meminum jus itu perlahan, namun sampai habis tak bersisa."Kasihan, pasti dari tadi kamu haus," komentar temannya.Billy mengangkat bahunya, "Aku bukan peminum seperti kalian," kata Billy, "oh ya, sepertinya aku harus pergi sekarang." Billy kemudian pamit."Ya, silahkan, terima kasih sudah datang ke sini!" ucap
"Sia*lan! Dia memutus pemasukanku, Bu. Dari mana lagi kita akan dapat uang?" Aneska terkejut saat gajian dia hanya menerima yang semestinya sedangkan uang yang selalu ia terima tiap bulan di luar gaji benar-benar di stop oleh Serena.Sudah satu bulan dia memilih diam dan tak mengusik Serena, semua ia lakukan demi mengambil hati ayahnya kembali. Dengan kata lain Aneska ingin di akui kembali oleh Himawan sebagai anak."Lantas kita harus apa? Ibu juga sudah pusing nggak pernah menyimpan uang lagi." Susi ikut menggerutu, "kamu sih Nes, harusnya jangan gegabah!""Ibu kok nyalahin aku? Padahal ibu sendiri yang nggak sabaran sampai melabrak anaknya si Serena. Sekarang semuanya apes. Mana saham yang atas namaku udah ditarik lagi." Aneska ingin mengumpat saja. Punya keluarga tidak ada yang bisa di andalkan. Belum lagi Susi yang hobinya berjudi padahal selalu kalah. "Kenapa nggak rayu lagi ayah angkatmu, jangan nyerah minta maaf. Demi uang apapun harus kau lakukan." Susi memberi saran.
Aneska di pulangkan ke rumah orang tuanya, tapi tidak dengan pekerjaan. Dia masih mengelola salah satu hotel di Jakarta. Himawan kembali menarik saham yang pernah di atasnamakan untuk putri angkatnya itu.Bukan hanya dia saja, Serena juga di berikan kepercayaan yang jelas sudah ia tolak karena merasa tidak perlu. Serena hanya takut Aneska semakin membencinya. "Kamu berpengalaman, ayah akan menjadikanmu pimpinan di atas Aneska agar dia tidak semena-mena lagi." Himawan tetap memaksa. Dia sudah menerima Serena dan juga Ranu cucunya. Kekecewaannya terhadap Aneska sangat dalam. Aldi senang saja mendengarnya. Istrinya sekarang punya saham sendiri dan menjadi pimpinsn di salah satu hotel mereka."Mas, Aneska akan semakin membenciku," protes Serena saat mereka berdua di kamar."Justru dengan kau di atasnya, dia akan takut berbuat jahat. Ayah sudah mengancamnya, kalau dia nekat menyakitimu maka tak ada yang diberikan ayah untuknya. Lagi pula kau sudah memiliki wewenang bila dia melakukan