Odelia duduk di sofa kamar sambil menatap lurus ke depan. Langit terang sudah berganti ke langit malam. Suasana malam di luar begitu sunyi dan dingin. Gorden kamar sedikit bergerak-gerak—menandakan angin di luar memang terlalu kencang.Sepulang dari makan siang, Odelia segera kembali ke apartemennya bersama dengan Noah. Jam dinding sekarang menunjukkan pukul delapan malam. Odelia sudah berada di kamar. Sedangkan Noah berada di luar, karena asistennya menghubungi pria itu.Makan siang tadi, Odelia pikir akan menjadi makan siang romantis. Tapi ternyata apa yang Odelia pikirkan salah besar. Yang ada membuat dirinya kesal mendengar pertanyaan Victor.Sampai detik ini, Odelia tidak pernah tahu akhir dari hubungannya dengan Noah. Pun Noah tak pernah menyinggung tentang pernikahan—dan Odelia juga tak ingin terburu-buru dalam melangkah jauh.Gagal menikah, dan dikhianati meninggalkan trauma cukup berat di hati Odelia. Dulu, dia pernah percaya begitu dalam dan juga menaruh harapan yang amat da
“Morning.” Darla menyapa Odelia yang baru saja tiba di kantor. Dia senang, karena temannya sudah masuk bekerja.“Morning, Darla.” Odelia tersenyum menatap Darla.“Ini masih pagi, apa kau memiliki waktu untuk kita minum kopi sebentar di kafe bawah?” ujar Darla mengajak Odelia untuk minum kopi di kafe bawah.Odelia melirik sekilas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Oke, aku juga ingin minum kopi di kafe bawah.Darla tersenyum di kala Odelia menerima tawarannya. Detik selanjutnya, wanita itu memeluk lengan Odelia—mengajak temannya itu meninggalkan tempat itu—menuju ke dalam lift. Waktu masih sangat pagi. Mereka masih memiliki waktu untuk bersantai sebelum memulai aktivitas.Di kafe, Odelia memesan dua kopi susu untuknya dan Darla. Pun mereka memesan cake. Duduk bersantai di kafe bawah perusahaan memang kerap Odelia dan Darla lakukan ketika waktu mereka sedang senggang.“Odelia,” panggil Darla di kala melihat wajah Odelia melamun nampak memikirkan sesuatu.“Hm?” Odelia seger
Raut wajah Odelia berubah membaca pesan masuk dari Bella Danzel. Sepasang iris mata Odelia memancarkan sesuatu hal. Debar jantungnya perpacu cukup kencang. Pertemuan terakhirnya dengan ibu Noah itu tidak sama sekali tidak baik.Odelia bergeming di tempatnya, tak bergerak sedikit pun. Tatapannya terus menatap pesan singkat dari ibu Noah. Ingatannya tergali akan hinaan ibu Noah pada tempo hari. Sebuah hinaan yang begitu menusuk relung hatinya. Odelia berusaha untuk tenang dibalik luka hatinya yang kembali terbuka. Dia ingin mengabaikan pesan tersebut, namun hal itu adalah tak mungkin. Odelia bukanlah sosok wanita pengecut yang tak berani menghadapi masalah yang hadir.Sejak di mana Odelia menjalin hubungan dengan Noah Danzel, dia sudah mencurigai hal ini akan terjadi. Jika saja perasaannya tak terlalu dalam, maka dia akan memilih untuk mundur dan menyerah. Odelia memejamkan mata singkat di kala sesuatu hal masuk ke dalam pikirannya. Detik selanjutnya, Odelia mengambil tas dan kunci m
“Barney, apa lagi jadwalku?” tanya Noah pada asistennya yang duduk di kursi depan, tepat di samping sang sopir. Noah berada di dalam mobil, karena baru saja selesai meeting penting dengan salah satu client-nya.“Sore ini ada meeting pemegang saham, Tuan,” jawab Barney sopan. Terkadang, dia kerap ikut Noah meeting di luar kantor. Tapi terkadang pun, dia mengurus perusahaan. Semua tergantung dari perintah Tuannya itu.Noah melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas. “Alright, kalau begitu kita kembali ke kantor.”“Baik, Tuan,” jawab Barney sopan—dan meminta sang sopir untuk memutar balik ke arah perusahaan.Tak lama kemudian, mobil yang membawa Noah mulai memasuki perusahaan pria itu. Dia lebih dulu turun—dan menuju ke lift khusus miliknya. Beberapa karyawan yang ada di area lobby menyapa Noah dengan penuh sopan, dan dia hanya mengangguk sebagai jawaban merespon sapaan para karyawan.“Selamat siang, Tuan Danzel.” Darla menyapa Noah yang baru saja keluar dari lift.No
Sebuah mini dress dengan model kemben berwarna merah membalut tubuh Odelia dengan indah. Rambut wanita itu terjuntai menutupi punggung telanjangnya. Make up bold menyempurnakan penampilan Odelia malam itu.Odelia memiliki tubuh yang indah bak model internasional. Tinggi langsing namun di beberapa bagian tubuhnya padat menantang seperti bokong dan payudaranya. Dua bagian tubuh yang memang disukai para kaum adam.Manik mata abu-abu jernih nan indah serta bulu mata lentik benar-benar membuat Odelia sangatlah cantik dan menawan. Namun di balik penampilannya yang sudah sempurna, parasnya nampak sedikit muram.Ya, malam ini Odelia akan menemani Noah ke pesta ulang tahun teman pria itu. Jujur saja, dia sedikit canggung jika menemani Noah. Pasalnya, dia takut kalau tak bisa membaur dengan teman-teman Noah.Tak dipungkiri bertemu dengan Bella tadi, membuat Odelia khawatir bahwa dirinya kurang pantas untuk Noah. Noah berada di lingkungan kalangan atas, berbeda dengan dirinya.Ceklek! Pintu kam
Noah melepas pelukan wanita cantik itu ketika dia menyadari bahwa Odelia sudah memberikan tatapan dingin. Pria itu tak ingin membuat Odelia salah paham lagi. “Noah, aku merindukanmu,” ucap wanita asing itu dengan nada manja.Axel tersenyum melihat kecemburuan di wajah Odelia. “Dwyne, jaga sikapmu. Noah datang ke pesta ulang tahunku bersama dengan kekasihnya.”Wanita bernama Dwyne itu mengalihkan pandangannya, menatap Odelia dari ujung kaki ke ujung rambut. “Noah, ini kekasihmu?” tanyanya sedikit sinis dan tak suka mengetahui fakta di mana Noah telah memiliki kekasih.Noah mengangguk. “Ya, dia Odelia Jackson, kekasihku.”Raut wajah Dwyne langsung berubah di kala Noah memperkenalkan Odelia sebagai kekasih pria itu. Pancaran matanya menunjukkan kesinisan.“Odelia, ini Dwyne, teman lamaku,” sambung Noah memperkenalkan teman lamanya pada Odelia.Odelia yang tadi sempat kesal, akhirnya rasa kesalnya mulai berkurang karena Noah memperkenalkan wanita asing yang memeluk kekasihnya itu adalah
“Bella, apa yang kau lakukan?” Yosef menatap sang istri tengah memegang begitu banyak foto wanita cantik dan seksi. Entah apa niat istrinya itu sampai banyak memiliki foto wanita cantik.Bella meletakan foto-foto yang ada di tangannya ke atas meja. “Aku mencari wanita yang paling cocok untuk Noah.”Yosef menatap lekat Bella. “Kau berniat menjodohkan Noah?”Bella mengangguk santai. “Iya. Aku ingin Noah mendapatkan wanita yang terbaik. Bukan hanya sekedar yang memiliki paras cantik saja. Tapi juga harus berasal dari keluarga yang hebat. Istri Noah wajib sepadan dengan keluarga kita, Sayang.”Yosef mengembuskan napas panjang menatap Bella. “Kau tidak ada henti-hentinya berpikir seperti itu, Bella. Kau tahu Noah paling tidak suka kau ikut campur dalam hal memilih pasangan.”Bella mendecakkan lidahnya. “Sayang, aku hanya ingin yang terbaik untuk anak kita.”“Yang terbaik untuk kita belum tentu yang terbaik untuk anak kita. Jangan selalu memaksakan kehendakmu, Bella,” tukas Yosef mengingatk
Noah melajukan mobil dengan kecepatan penuh membelah kota Manhattan. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menghunus tajam, menatap lurus ke depan. Pria itu kembali menginjak pedal gas, guna melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.Napas Noah berembus sesak. Otaknya terus menerus memikirkan perkataan sang asisten yang mengatakan bahwa Agnes tengah dirawat di rumah sakit. Kepingan memori mengingatkan ucapan Dwyne yang memberi tahu bahwa Agnes mendapatkan tindakan kekerasan dari suaminya.“Shit!” Noah memukul setir mobil.Noah tak bisa berpikir jernih. Mendengar kabar Agnes masuk rumah sakit membuat otaknya tak bisa berpikir tenang. Segala perasaan yang terbendung di dalam dirinya sangat kacau membuat emosinya tak terkendali.Mobil Noah mulai memasuki sebuah rumah sakit yang ada di kota Manhattan. Pria itu segera turun dari mobil, dan berjalan cepat masuk ke dalam lobby rumah sakit. Sejak tadi pria itu benar-benar tidak bisa tenang.“Tuan.” Barney menyapa Noah yang baru saja tiba.Noah