“I want you, Odelia.”Suara bisikan serak lolos di bibir Noah, membuat kulit Odelia merinding tak karuan. Seluruh organ dalam tubuh Odelia bergejolak, tak menentu. Napas halus Noah menerpa kulitnya membuat rangsangan dahsyat di tubuh Odelia.Odelia meremas pelan kemeja Noah dengan bibir yang masih saling menaut. Desahan lolos di bibirnya merasakan ciuman dahsyat Noah. Lidah Noah masuk ke dalam rongga mulutnya—membelai langit-langit di mulutnya. “Noah,” desah Odelia tak tahan ketika jemari Noah bermain di puting payudaranya.Noah melepaskan tautan bibirnya. “Puaskan aku, Odelia.” Dia membelai bibir ranum Odelia, seraya melucuti dress yang dipakai Odelia—dan melempar ke sembarangan arah.Mata Odelia berkabut gairah mendengar permintaan Noah. Detik selanjutnya, wanuta itu melucuti kemeja yang dipakai Noah, melempar ke sembarangan arah. Manik mata abu-abu Odelia berkilat penuh kekaguman menatap tubuh bidang Noah. Dada bidang, otot perut, dan lengan kekar Noah begitu menggoda.Odelia memb
“Sayang, kenapa wajahmu kesal sekali seperti itu?” Monica memeluk Victor, dan mendongakkan kepalanya menatap calon suaminya itu. Dia khusus mendatangi sang calon suami. Sekalipun dirinya sibuk, tapi Monica selalu meluangkan waktunya untuk pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.“Mood-ku sedang kacau, Monica.” Victor membelai pipi Monica. “Kenapa kau datang ke sini?” tanyanya sambil mengecup bibir wanita itu. Pria itu mati-matian berusaha sekeras mungkin, untuk bersikap tak terjadi apa pun. Padahal matanya memancarkan jelas ada sesuatu hal yang membebani pikirannya.“Kenapa mood-mu kacau, Sayang? Apa ada masalah perusahaan lagi? Bukankah kemarin aku baru saja menyuntikkan dana ke perusahaanmu?” Monica memeluk lengan Victor, menatap sang pujaan hati dengan penuh khawatir. Terlihat jelas bahwa Monica begitu mencintai Victor. Victor tersenyum merespon ucapan Monica. Ya, inilah yang membuatnya bertahan memiliki hubungan dengan Monica Danzel. Di saat perusahaannya berada di ambang k
“Monica?” Noah sedikit terkejut melihat Monica bersama dengan calon suami sepupunya itu. Dia sedikit tak menyangka kalau akan bertemu dengan Monica. Dunia seakan benar-benar sempit. Padahal dia sudah memilih restoran yang bagus dan tak begitu ramai, karena Noah tak ingin diganggu siapa pun saat bersama Odelia. Noah hanya sedikit terkejut melihat Monica. Sedangkan Odelia bukan hanya terkejut tapi wanita itu kesal dan malas. Wanita itu sudah muak melihat wajah Victor, akan tetapi mau tak mau, Odelia mulai harus membiasakan diri. Posisinya sekarang Victor adalah calon suami Monica. Pasti dirinya akan sering bertemu dengan Victor sering.Odelia sudah murni tidak memiliki perasaan apa pun pada Victor. Kehadiran Noah telah berhasil membuat Odelia move on total. Namun, yang menjadi masalah adalah dirinya enggan bertemu Victor. Terlebih, dia masih ingat kata-kata Victor waktu di taman temp hari.“Hi, Noah, Odelia. Aku tidak mengira bertemu kalian.” Monica memberikan pelukan pada Noah dan Ode
Odelia duduk di sofa kamar sambil menatap lurus ke depan. Langit terang sudah berganti ke langit malam. Suasana malam di luar begitu sunyi dan dingin. Gorden kamar sedikit bergerak-gerak—menandakan angin di luar memang terlalu kencang.Sepulang dari makan siang, Odelia segera kembali ke apartemennya bersama dengan Noah. Jam dinding sekarang menunjukkan pukul delapan malam. Odelia sudah berada di kamar. Sedangkan Noah berada di luar, karena asistennya menghubungi pria itu.Makan siang tadi, Odelia pikir akan menjadi makan siang romantis. Tapi ternyata apa yang Odelia pikirkan salah besar. Yang ada membuat dirinya kesal mendengar pertanyaan Victor.Sampai detik ini, Odelia tidak pernah tahu akhir dari hubungannya dengan Noah. Pun Noah tak pernah menyinggung tentang pernikahan—dan Odelia juga tak ingin terburu-buru dalam melangkah jauh.Gagal menikah, dan dikhianati meninggalkan trauma cukup berat di hati Odelia. Dulu, dia pernah percaya begitu dalam dan juga menaruh harapan yang amat da
“Morning.” Darla menyapa Odelia yang baru saja tiba di kantor. Dia senang, karena temannya sudah masuk bekerja.“Morning, Darla.” Odelia tersenyum menatap Darla.“Ini masih pagi, apa kau memiliki waktu untuk kita minum kopi sebentar di kafe bawah?” ujar Darla mengajak Odelia untuk minum kopi di kafe bawah.Odelia melirik sekilas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. “Oke, aku juga ingin minum kopi di kafe bawah.Darla tersenyum di kala Odelia menerima tawarannya. Detik selanjutnya, wanita itu memeluk lengan Odelia—mengajak temannya itu meninggalkan tempat itu—menuju ke dalam lift. Waktu masih sangat pagi. Mereka masih memiliki waktu untuk bersantai sebelum memulai aktivitas.Di kafe, Odelia memesan dua kopi susu untuknya dan Darla. Pun mereka memesan cake. Duduk bersantai di kafe bawah perusahaan memang kerap Odelia dan Darla lakukan ketika waktu mereka sedang senggang.“Odelia,” panggil Darla di kala melihat wajah Odelia melamun nampak memikirkan sesuatu.“Hm?” Odelia seger
Raut wajah Odelia berubah membaca pesan masuk dari Bella Danzel. Sepasang iris mata Odelia memancarkan sesuatu hal. Debar jantungnya perpacu cukup kencang. Pertemuan terakhirnya dengan ibu Noah itu tidak sama sekali tidak baik.Odelia bergeming di tempatnya, tak bergerak sedikit pun. Tatapannya terus menatap pesan singkat dari ibu Noah. Ingatannya tergali akan hinaan ibu Noah pada tempo hari. Sebuah hinaan yang begitu menusuk relung hatinya. Odelia berusaha untuk tenang dibalik luka hatinya yang kembali terbuka. Dia ingin mengabaikan pesan tersebut, namun hal itu adalah tak mungkin. Odelia bukanlah sosok wanita pengecut yang tak berani menghadapi masalah yang hadir.Sejak di mana Odelia menjalin hubungan dengan Noah Danzel, dia sudah mencurigai hal ini akan terjadi. Jika saja perasaannya tak terlalu dalam, maka dia akan memilih untuk mundur dan menyerah. Odelia memejamkan mata singkat di kala sesuatu hal masuk ke dalam pikirannya. Detik selanjutnya, Odelia mengambil tas dan kunci m
“Barney, apa lagi jadwalku?” tanya Noah pada asistennya yang duduk di kursi depan, tepat di samping sang sopir. Noah berada di dalam mobil, karena baru saja selesai meeting penting dengan salah satu client-nya.“Sore ini ada meeting pemegang saham, Tuan,” jawab Barney sopan. Terkadang, dia kerap ikut Noah meeting di luar kantor. Tapi terkadang pun, dia mengurus perusahaan. Semua tergantung dari perintah Tuannya itu.Noah melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas. “Alright, kalau begitu kita kembali ke kantor.”“Baik, Tuan,” jawab Barney sopan—dan meminta sang sopir untuk memutar balik ke arah perusahaan.Tak lama kemudian, mobil yang membawa Noah mulai memasuki perusahaan pria itu. Dia lebih dulu turun—dan menuju ke lift khusus miliknya. Beberapa karyawan yang ada di area lobby menyapa Noah dengan penuh sopan, dan dia hanya mengangguk sebagai jawaban merespon sapaan para karyawan.“Selamat siang, Tuan Danzel.” Darla menyapa Noah yang baru saja keluar dari lift.No
Sebuah mini dress dengan model kemben berwarna merah membalut tubuh Odelia dengan indah. Rambut wanita itu terjuntai menutupi punggung telanjangnya. Make up bold menyempurnakan penampilan Odelia malam itu.Odelia memiliki tubuh yang indah bak model internasional. Tinggi langsing namun di beberapa bagian tubuhnya padat menantang seperti bokong dan payudaranya. Dua bagian tubuh yang memang disukai para kaum adam.Manik mata abu-abu jernih nan indah serta bulu mata lentik benar-benar membuat Odelia sangatlah cantik dan menawan. Namun di balik penampilannya yang sudah sempurna, parasnya nampak sedikit muram.Ya, malam ini Odelia akan menemani Noah ke pesta ulang tahun teman pria itu. Jujur saja, dia sedikit canggung jika menemani Noah. Pasalnya, dia takut kalau tak bisa membaur dengan teman-teman Noah.Tak dipungkiri bertemu dengan Bella tadi, membuat Odelia khawatir bahwa dirinya kurang pantas untuk Noah. Noah berada di lingkungan kalangan atas, berbeda dengan dirinya.Ceklek! Pintu kam