Share

Terjerat Pesona Anak Mafia
Terjerat Pesona Anak Mafia
Author: unie

Pertemuan Pertama

Author: unie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Terjerat Pesona Anak Mafia

Chapter 1

Hyuga melangkahkan kakinya menuju taman bunga yang mengelilingi sebuah pondokan kecil, mata pria 27 tahun itu terus mengamati sosok gadis yang tampak asik dengan bibit-bibit bunga yang akan disemainya.

Tangan gadis itu penuh dengan tanah, dia terlihat asik tanpa merasa jijik atau pun risih sama sekali bahkan saat benda liat itu mengotori kaos putih yang dikenakannya. Rambut hitamnya diikat ke belakang hingga menampakan leher jenjangnya.

Hyuga menghentikan langkahnya tapi masih lanjut memperhatikan  Karin, keduanya belum saling akrab namun sudah melakukan akad nikah. Ada perjanjian tak masuk akal yang membuat kehidupan mereka saling terikat.

 “Ehem … “  kode itu berhasil mengalihkan perhatian Karin hingga menoleh kearahnya yang berdiri tak jauh dari tempat gadis itu berpijak. Raut wajah terkejut si gadis tampak lekat namun segera ditutupi dengan senyuman manis yang mengembang.

“Sudah sampai ?”

“Hmm … ”

“Masuk !”  sapanya ramah pada Hyuga yang terlihat arogan, walau begitu tak ditanggapi serius oleh Karin, kemarin pria ini juga bersifat begini padanya, dingin dan terkesan sombong.

Karin mendahului Hyuga, menuntun pria itu untuk masuk ke dalam huniannya, mata elang pria itu langsung menelisik setiap sisi rumah, seakan mengabsen apa saja yang ada di sana. Sofa usang menjadi pusat perhatian karena hanya ada benda itu di sana. “Syukurlah masih bisa buat duduk,” gumam Hyuga dalam hati.

Dia duduk di sana sambil menunggu empunya rumah yang entah sejak kapan hilang dari pandanganya. Hyuga melihat ada bayangan dari sebuah kamar yang pintunya tak tertutup, mungkin Karin di sana pikirnya dan mungkin juga itu kamar yang akan mereka gunakan untuk malam pengantin.

Benar dugaan Hyuga tak lama Karin muncul dari kamar itu dengan pakaian berbeda, wajahnya pun sudah bersih hingga Hyuga bisa melihatnya dengan jelas. “Cantik,” gumamnya dalam hati namun belum bisa menggetarkan jiwanya seperti Agatha, sang istri.       

Ya, Hyuga sebelumnya sudah menikah dan kini dia menjalin ikatan lagi dengan gadis cantik ini, bukan karena selingkuh namun karena permintaan sang istri yang memohon padanya untuk menikah lagi. Dan gadis ini yang dipilih untuk menjalin kontrak pernikahan, setidaknya sampai memiliki seorang anak.                                                                                                                                       

Keduanya saling tatap dengan canggung, Karin mencoba tersenyum walau bibirnya kaku, tak dipungkiri dia deg-degan saat ini, kalau bisa digambarkan, jantungnya sekan ingin melompat keluar.

“Kenapa menatapku begitu, apa aku seperti orang jahat ?” tanya Hyuga  sambil menatap tajam kearah Karin, walau awalnya Karin tak berpikir demikian tapi akhirnya ia mengakui bahwa pria didepanya ini cukup membuatnya takut.

“Nggak kok, mau minum apa ?” tanya gadis itu bingung, dia menimbang panggilan apa yang akan digunakannya, tak mungkin tanpa menyebutkan apapun seperti sekarang terdengar asing padahal mereka akan menjalin hubungan intim.

“Terserah, asal jangan kau beri racun dalam minumanku.” Lagi-lagi intonasinya ketus membuat Karin ingin kabur dari situasi ini. Dia jadi menimbang, apa keputusannya salah ketika menyanggupi permintaan Agatha untuk menikah dengan suaminya.

Karin melenggang dengan cepat, sambil berjalan dia berpikir bagaimana bisa ia akan tinggal bersama dengan pria yang sepertinya tak menyukainya. Andai waktu bisa diulang, takkan pernah ia menyanggupi permintaan nikah kontrak ini.

Karin menghembus napas kasar, padahal kemarin sebelum dan sesudah akad nikah wajah pria ini selalu dihiasi senyum setidaknya wajahnya tanpa beban seperti sekarang , apa semuanya palsu. Pikiran Karin kacau, Ia hanya membawa segelas air putih untuk pria yang sekarang bisa disebut sebagai suaminya.

“Kamu tahu maksud kedatanganku kan ? kita sudah menikah kemarin dan hari ini kita langsung saja pada prosesnya.”

“Hah, proses ? proses apa ?“ tanya Karin bingung, dia belum menangkap kemana arah pembicaraan Hyuga.

“Hah,” kini Hyuga yang menghembus napas kasar, lelaki itu bangkit dari duduknya lalu berpindah duduk di sebelah Karin, tanpa ragu Ia membisikan sesuatu yang membuat mata gadis itu melotot.

“Emangnya Aku mesin, mau langsung colok aja !”

“Kan memang begitu, bukannya kamu sudah buat perjanjian dengan Agatha, ya sudah tinggal kita lakuin, habis perkara,”

Karin menghembus napas kasar, laki-laki macam apa yang dinikahinya ini, walau ia tahu ini cuma pernikahan kontrak untuk memberikan keturunan pada pria ini dan Agatha, ‘tapi gak gini juga kali,’

“Ya sudah, buka celananya, nih langsung masukin!” ucap Karin kesal sambil membuka kancing celana jeans yang dikenakannya.

“Apa ?” ucap Hyuga terkejut, Ia sempat mengumpat ketika retsleting Karin sudah turun ke bawah. Pria itu langsung berjalan keluar menuju tempat mobilnya terparkir, namun sayangnya ketika ia sudah diluar, mobil dan supirnya sudah menghilang alias kabur.

“Damn it,” umpatnya dan bodohnya Ia tidak tahu sekarang berada di kampung mana, ditambah lagi dengan sinyal telpon yang hilang datang. Hyuga membanting telpon genggamnya setelah membaca  pesan dari Agatha istrinya,

”Semangat ya sayang, buat dedek bayi yang tampan sepertimu ya !” pesan itu ditambah emoji love love  yang membuat Hyuga semakin geram.

“Perempuan Gila.”

Hyuga termenung, Dia dan Agatha sudah 5 tahun menikah, ditahun ke empat pernikahan, mereka dihadiahi berita yang sudah sangat ditunggu oleh keduanya dan tentu  saja keluarga besar mereka. Agatha Hamil, anak kembar pula, cewek dan cowok.

Suasana mengharu biru kala itu, Agatha adalah wanita yang sangat dicintai Hyuga mereka sudah bersama dari bangku kuliah dan akhirnya menikah.

Namun karena kecerobohannya, Agatha kehilangan janin itu dan rahimnya harus diangkat. Belum lagi dengan kondisi kesehatan yang buruk membuat wanita 25 tahun itu tak bisa menghasilkan indung telur yang bagus untuk bayi tabung.

Ia terpukul, setiap harinya selalu menangis yang membuat kondisinya semakin buruk, hingga ia mendapatkan ide gila untuk mencarikan istri untuk suaminya. Bukan istri dalam artian sebenarnya, namun wanita yang dinikahi untuk mendapatkan keturunan sah dari bibit suaminya.

Tentu Hyuga menolak, lebih baik mereka mengadopsi anak dan bukan jalan jelimet seperti yang Agatha tawarkan. “Ini akan membuat masalah baru sayang,” tengkarnya saat itu.

“Aku yang cari perempuannya dan aku pastikan bibit, bobotnya supaya anak kita, sehat dan pintar,”

“Tapi,”

Semakin Hyuga menentang idenya, semakin kuat tekad wanitanya itu dan akhirnya Hyuga menyerah setelah istrinya itu mogok makan. Dan bisa ditebak, perempuan yang dipilih Agatha  adalah Karin gadis 19 tahun yang sedang membuat perasaanya kesal saat ini, entah alasan apa yang mendasari Karin bersedia untuk menikah dengannya.

“UANG, bukankah itu yang di mau wanita ini ?” gumam Hyuga yang sudah duduk di sofa usang yang ada di ruangan itu, ia menahan malu saat masuk kembali ke dalam rumah yang diiringi cekikikan dari sigadis manis.

Diakui Hyuga selera Agatha cukup bagus untuk mencari bibit keturunan yang ideal untuk anak mereka, Karin berwajah manis dan bisa dibilang imut dengan pipi yang sedikit cubby, tubuhnya ramping dan tinggi, kulit putih dengan bola mata cokelat menggoda.

“Aku mau mandi !” cetus Hyuga

“Oh, kirain mau pulang.” Karin sedikit terkekeh sambil membawa handuk, mata mereka sempat beradu kala Hyuga mengambil  handuk itu, lalu lelaki sedikit menunduk dan berbisik ditelinga Karin.

“Mana mungkin aku pulang, sebelum dapat yang kumau!” Karin sempat melotot karena Hyuga menghembuskan napas ditelinganya,  geli dan membuat bulu kuduknya meremang, 

“Heem, terserah tuan muda saja,” balas Karin dengan wajah santainya.

Sore setelah mandi Hyuga sempat terlelap di kamar yang dipenuhi aroma Magnolia itu, walau tak terlalu suka dengan wewangian tapi harum ini cukup membuatnya relax dan  mengantarkannya ke alam mimpi. 

----

“Ah, sudah jam berapa ini ?” gumamnya kala terkejut dan mendapati ruangan yang asing baginya. Hyuga langsung bangkit dan berjalan keluar.

“Kemana gadis gila itu ?” Hyuga mengumam kesal karena tak mendapati Karin dimanapun. Untung ia melirik ke arah kulkas dan mendapati pesan yang ditempel di pintu lemari pendingin itu.

“TUNGGU BENTAR YA, KARIN LAGI ADA MEETING,” tulisnya ditambah emoji senyum-senyum, membuat Hyuga mendecih, “Meeting apaan di tempat yang sinyal aja gak ada, ‘gadis gila’”

Hyuga membuka kulkas dan kembali menutupnya sambil mendengus kesal, “Hanya ada makanan kecil, harusnya aku bawa bekal tadi,” gerutunya.

Tak lama suara pintu terbuka yang membuat mata pria itu menatap dengan waspada namun kewaspadaan itu berganti dengan kelegaan kala senyum manis itu seakan menerpa wajahnya yang kaku.

“Kamu kemana saja ? aku lapar, belum makan dari tadi.”

“Lah, di kulkas kan banyak makanan.”

“Cih, memangnya aku anak kecil makan begituan, lagian itu sudah berapa lama kamu simpan di situ?”

 Senyuman Karin mengembang, snack-snack itu memang sudah lama di kulkasnya dan belum sempat dijamahnya lagi.

“Sebentar ya, aku masakin makan malam,” ucap Karin sambil meletakkan perlengkapan dan sebuah Kitab suci di atas lemari dan pemandangan itu membuat Hyuga sedikit merasa miris akan dirinya yang selama ini sudah jauh meninggalkan kewajiban seorang umat.

“Kamu mau masak ? yakin bisa dimakan ?”

“Hiss, jangan menilai orang dari penampilan luarnya dong, mentang-mentang aku cantik jelita begini.”

“Ptfff, ya kalau di hutan belantara gini sih yakin kalau kamu paling cantik.”

“Ish dasar.”

----

Mereka berdua duduk bersila di atas sebuah tikar anyaman, diatasnya tersaji nasi dan telur goreng yang dicampur dengan bawang dan cabai, lalu ada tumisan kangkung.

“Kamu dapat ini dari mana, memangnya  di sini ada pantai ?”

“Kerang ?”

Hyuga mengangguk sambil terus menyuapi mulutnya dengan makanan yang entah sudah berapa lama tak ditemuinya ini.

“Tadi pagi dikasi sama tetangga sebelah, enak ya ?”

“Iya, memang kamu gak cobain ?”

“Gak, aku gak bisa makan seafood,”

“Oh, rugi dong, enak banget ini.”

Karin hanya mengembangkan senyumannya, padahal ia hanya menumis itu dengan rawit merah dan bawang, “enak ya ? sukur deh,  mudahan kagak mabok,” gumamnya dalam hati.

Malam semakin melarut, suasana sepi ditambah suara gonggongan anjing tetangga membuat Hyuga risih, ia mengamati  Karin yang sedang asik mengutak atik HP nya yang tak bersinyal itu.

“Sialan wanita ini gak ada inisiatif sama sekali, masasih aku yang harus mulai duluan.” Hyuga berjalan menuju tempat tidur lalu menghempaskan pantatnya, duduk di sebelah Karin.

Ia tahu gadis di sebelahnya sedang canggung, tapi ia jadi semakin bersemangat untuk misinya mendapatkan anak. Ia menggapai wajah Karin membuat gadis itu menatap kearahnya. Wajah Karin yang gugup dan bersemu merah membuat Hyuga menahan senyum.

Tanpa basa basi, tanpa kalimat, Hyuga menangkup wajah sang gadis dan melumat bibir manis itu, awalnya pelan namun lama-lama semakin terhanyut  dan menuntut.

Napas keduanya terengah ketika bibir mereka terlepas, ”Boleh minum dulu ?” ucap gugup Karin. Hyuga mengangguk, tegukan air di leher jenjang itu membuat pikiran nakal Hyuga menyeruak, dengan cepat ia meraih leher Karin dan menghisap air dari bibir manis gadis itu.   

“Kau campurkan apa airnya ?” ucap Hyuga kaget karena rasa airnya sedikit aneh

“O... obat tidur.”

Hyuga mendengus kesal. ” Kenapa harus obat tidur, bukannya obat perangsang, dasar gadis bodoh,” umpatnya kasar.

“Kamu yang bodoh,” .

“Kamu mau buat anak atau mau aku buat marah,”  ucap Hyu kesal.

Brukk, bantal  mendarat  diwajah Hyuga, kalimat kasar Hyu membuat Karin geram.

“Awas kamu ...”

 bersambung...

Related chapters

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Hampir Saja

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 2“Kamu bercanda, paling gak motor kek, pake ginian di jalan banyak tajakannya, bisa gempor kita.”“Yaelah bawel amat sih kamu kak, kalo ada tanjakan kan tinggal dorong saja sepedanya repot amat,” balas Karin kesal karena dari tadi Hyuga terus mengomel, pagi ini mood mereka memang tampak berantakan, apalagi Hyuga. Dia tak habis pikir dengan insiden tadi malam, ditambah Karin yang memanggilnya kakak, membuatnya terbebani.Hyuga terus menggerutu sepanjang jalan, tapi tak dapat dipungkiri ada kalanya senyumnya mengembang ketika melihat hamparan bukit dan pepohonan rindang yang tertiup angin ditambah lagi penduduk sekitar yang ramah membuat hatinya terasa hangat, “Masih ada ya yang seperti ini,” gumamnya dalam hati.“Kamu terkenal juga ya Karin,” ucap Hyu ketika para penduduk yang berpapasan selalu menyapa Karin dengan ramah.“Hoh

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Malam Pertama

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 3Suara hujan pagi ini, tak bisa mengalihkan kecanggungan antara Karin dan Hyuga, meja makan kosong itu menjadi saksi bisu bahwa mereka kini tengah mengintimidasi pikiran masing-masing untuk tidak menyoalkan apa yang terjadi tadi malam.Memangnya apa yang terjadi ? TIDAK, tak terjadi apa-apa, Hyuga hanya mengendong Karin sampai ke tempat tidur dan mereka tidur dengan pembatas guling seperti malam sebelumnya. Hanya saja saat lewat tengah malam dimana ayam jantan pun belum berkokok, tiba-tiba lampu mati, suara petir menggelegar, membuat keduanya tersadar dari tidur.“Kyaaa … gelap, kak … kak Hyuga, kakak dimana ?”Karin meraba-raba tempat tidur, karena tak mendapat jawaban dari Hyu, gadis itu jadi panik dan akhirnya terjatuh di atas tubuh Hyuga yang entah kenapa sengaja tak bersuara.“Akh,” terdengar leguhan Hyu ketika

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Aku Bukan Dokter

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 4Karin terdiam melihat Juardi, preman pasar yang biasa mengganggunya tergeletak di bangsal dengan kaki berdarah, wajah kasarnya meringis, kadang ia memegang betisnya yang mungkin terasa kebas.“Kenapa sampai kena tembak bang ?” tanya Karin sambil meletakan tas lalu mengeluarkan peralatan seperti kapas, gunting dan pisau, ia pun meminta yang ada di sana untuk menyiapkan air panas.“Dia menyelundupkan senjata dan obat dari perbatasan,” kata Roy Don, pria berbaju loreng yang gesit membantu Karin. Selain dokter Dio yang bertanggung jawab di camp ini, Roy Don juga jago dalam urusan mengobati hanya saja dia tak semahir Karin dalam memainkan jarum dan pisau.“Sudah ganti profesi jadi penjahat sekarang kamu bang ?” ucap Karin dengan senyum mengejek dan dibalas tatapan tajam dari Juardi“Jangan banyak omong kamu, cepetan kelua

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Tragedi Tengah Malam

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 5Malam mulai melarut, Garda tampak sedang menikmati suasana desa yang cukup hening, ia membawa mobil menelusuri jalan perkampungan yang didominasi dengan pemandangan hutan dan sawah.Ini sudah lewat beberapa hari setelah pertemuannya dengan Karin, ia masih mengingat dengan jelas bagaimana gadis itu menyentaknya dengan kalimat pedas nan menusuk bahkan menginjak kakinya dengan keras.“Ckiiiit,” suara klakson dan rem beradu ditengah malam, untung Garda masih bisa mengontrol kendaraannya, ia terkejut karena hampir saja ia menabrak seseorang. Mata sang komandan melotot ketika melihat siapa yang hampir ditabraknya, seorang wanita yang wajahnya basah dengan napas tersengal-sengal.“Baru saja dipikirin eh orangnya nongol,” batin Garda, pria itu turun dengan cepat dari mobil bahkan membanting dengan kuat pintu mobilnya.&ldq

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Tak Ingin Terlibat

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 6Garda melangkahkan kakinya dengan gontai masuk ke camp, semalaman ia tak bisa tidur, mungkin karena tak terbiasa dengan tempatnya atau masih tak habis pikir bagaimana seorang perempuan bisa dengan tenang meletakan “sesuatu” di dapurnya dan baunya sangat menyengat.Mereka menguburkannya subuh tadi dan Garda langsung kembali untuk mencari dokter Dio sesuai dengan anjuran gadis aneh itu. ”Salah, bukan gadis karena perempuan itu telah bersuami,” gumam Garda sendiri.“Wah mimpi apa semalam sampai pagi-pagi begini komandan datang kemari ?” ujar dokter Dio yang masih menggunakan pakaian biasa. Pria itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Garda masuk. Dio pun sempat melirik sekilas pada luka di wajah dan tangan Garda.“Aku mau periksa ini,” ujar Garda sambil menunjukan luka di tangan dan kakinya,“Heem, digigit anjing ya, anjing-anjing di s

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Keputusan Yang Salah ?

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 7Garda POVAku melihat tangannya bergetar setelah menatap tanda di tubuh pria itu, apa dia tahu arti dari tanda itu, bisa jadi dugaanku benar kalau itu bukan sekedar tato biasa.“Mau pulang sekarang ?” bisikku padanya dan ia segera mengangguk, wajahnya tampak sedikit suram, tapi sebelum kami benar-benar beranjak dari sana, ia sempat memberikan ramuan obatan pada ibu tua disana.”Ini untuk mengurangi rasa sakit dan demamnya, baiknya dibawa ke dokter saja.” Setidaknya itu yang kudengar dan setelah itu Karin menutupi wajahnya dengan tisu,disepanjang jalan pun ia hanya diam, memang biasanya diam juga tapi ini hampir tak terdengar suaranya.“Kamu kenapa, sakit ?”Lagi-lagi hanya gelengan yang kudapat, entah apa yang ada di otaku sehingga aku meraih tangannya, maksudnya mau men

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Berjuang

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 8Karin dan Garda saling pandang ketika senjata laras panjang itu mengarah pada mereka, Karin berjalan pelan mengambil posisi di belakang Garda sambil mengangkat kedua tangannya.“Apa secepat ini mereka menemukanku. TIDAK, aku tidak boleh lemah, ini tidak akan berakhir begitu saja, ayo bertahan Karin.” Gadis itu mencoba menyemangati dirinya walau tubuhnya terus bergetar hebat. Ia sudah menduga keputusannya ini beresiko maka dari itu ia sudah menghubungi Agatha untuk menjemputnya besok, tapi nyatanya orang-orang itu bergerak lebih dulu.Garda melemparkan senapannya ke arah pria berpakaian serba hitam itu,otaknya terus berpikir bagaimana bisa lolos dari empat orang bersenjata ini.“Apa mau kalian ?” tanya Garda masih dengan pandangan menelisik.“Gadis itu, serahkan dia pada kami.““Dia hanya gadis biasa, untuk apa

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Aku Karin

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 9Karin PoVSetelah sekian lama akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, rasanya merdeka karena tak harus mencicipi masakan yang rasanya hambar dengan tangan tertusuk jarum, itu menyiksa.Aku di kota sekarang, setelah kejadian itu esoknya kak Hyu langsung memindahkanku ke rumah sakit, untuk keamanan tukasnya dan tentunya untuk perawatan lebih intensif bagi calon bayi kami.Apa ? Calon bayi ? Hmm terdengar membahagiakan, akhirnya aku bisa memberikan kabar bahagia ini untuk Agatha dan Hyuga tapi nyatanya tak semudah itu, takkan ada yang bisa tidur nyenyak malam ini, karena berita kedatangan ayah jenderal .“Lalu kapan pesawatnya sampai ?” ucapku dengan mulut penuh, entah kenapa rasa roti srikaya ini jadi berkali lipat enaknya dibanding semua makanan yang kucicipi hari ini.“Besok pagi, lalu gimana ini Karin, kayaknya papa baka

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Lengah

    Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 49 Karin sudah menundukkan tiga orang dengan pelurunya. Meninggalkan seorang lagi yang kini sedang mengacungkan samurai panjang di depannya. Siapa dia? Karin merasa mengenalnya, dia sampai memicingkan mata, karena gestur pria ini sangat mirip dengan pria yang ditemuinya semalam, Yamaguchi. Tapi apa mungkin? Karin lalu melirik pada Aron, mungkin pria itu harus menjalani perawatan rumah sakit lagi, ada luka tebasan di tangannya dan itu pasti sakit sekali. Dan, jangan tanya tentang keadaan Leo, karena lelaki itu sekarang dalam posisi mati segan hidup tak mau. Dia terkulai lemas di tanah dengan sekucur tubuh penuh sayatan, ditambah lagi bekas luka tembak yang terus mengalirkan darah. Mengerikan. “Hmm, akhirnya aku benar-benar melihatmu,” suara itu langsung menyadarkan Karin. Pria di depannya buka suara. “Kehormatan bagiku, Tuan Yamaguchi?”

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Utari dan Para Samurai Dojo Yamaguchi

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 48“Utari?”“Maaf kak, siapapun akan mengambil tawaran yang lebih baik.” Kalimat Utari membuat Karin menaikan sudut bibirnya. Matanya sontak melirik pada Leo, pria yang mengajaknya bekerjasama yang berbuntut kesialan seperti ini.Hmm, tapi Karin juga tak memungkiri bahwa kalimat Utari itu benar. Dia juga sekarang sedang mempertimbangkan tawaran mana yang lebih baik.Ikut bersama Garda dan dikejar sebagai penjahat atau berlindung di ketiak Aron.“Aku akan belajar denganmu soal ini,” kata Karin menjawab Utari.“Bagus, sekarang serahkan wanita itu pada kami,” ucap pria dengan tangan terhunus Samurai. “Dia pikir ini jaman apa, masih mondar mandir bawa senjata,” gumam Karin sambil menghela napas. Lalu matanya beralih pada Garda yang sudah mangambil ancang-acang akan memulai serangan.Selang b

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Musuh Dalam Selimut (2)

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 47Karin berada di rumah Utari sekarang, tak jauh dari tempat yang disebut gerombolan kecil itu markas. Setelah berdebat panjang lebar, ketemulah titik terang, bahkan Karin akan berada dalam pengawasan Utari.Mereka sepakat menolak mengantar Karin pulang karena takut gadis itu ingkar.Karin duduk terdiam, mengamati Utari yang dari tadi bolak balik ke kamar lalu keluar lagi. Ada saja barang yang disodorkannya.Mulai dari pakaian ganti hingga kudapan ringan untuk sarapan, ah tapi tadi Karin sudah makan subuh jadi dia tak begitu lapar.“Tak usah repot-repot Utari, aku juga sudah makan tadi,” kata Karin tak enak hati. Bukan apa-apa, jika dilihat dari rumahnya, anak ini bukan dari kalangan menengah ke atas. Bisa saja kue-kue yang diberikan diambil dari kue yang harusnya mereka jual pagi ini.“Bukan aku kak, emak yang suruh. Kakakkan t

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Musuh Dalam Selimut

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 46Yun termenung, dia masih menunggu Leo siuman usai operasi pengangkatan peluru. Mungkin sekitar 15 menit lagi, kata dokter yang merawatnya.Tapi, 15 belas menit yang ditawarkan terasa lama, bahkan sekarang hari sudah menjelang subuh.“Akhirnya,” kata Yun saat meihat tubuh Leo begerak. Tak lama mata pria tinggi besar itu perlahan terbuka. Yun tahu, sekuat apa pertahanan tubuh orang kepercayaan Aron ini, tak mungkin sampai mati kalau hanya terkena satu peluru saja.“Cepat beri petunjuk dimana terakhir kau meninggalkan Kayra?” tanya Yun terburu. Ya, dia harus bergegas, sebelum Michael Lee tahu perkara ini.Walau Yun tahu pria tua itu masih berjuang melawan rasa sakit mendera akibat luka-luka yang diterima, pasca insiden dengan Garda tempo hari.Leo memandang tajam pada Yun, lalu memberikan alamat dimana dia terpisah terakhir denga

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Kay dan Leo Dalam Misi Rahasia (2)

    Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 45 Darah bercucuran di lantai, Karin memandang ke arah tangannya yang menggenggam pistol. “Bukan, bukan aku, yang menembak,” gumamnya dalam hati, karena dia memang tak menarik pelatuknya. Walau begitu, Karin kembali disadarkan dengan erangan kesakitan dari Tn. Yamaguchi yang memegang pundaknya. Benar, puluru itu dari arah belakang. Karin memandang dengan seksama, tak lama sosok Leo keluar dari balik sebuah pintu rahasia yang ada di bagian yang tertutup rapi dengan wallpaper. Mungkin itu yang menyebabkannya orang-orang termasuk dirinya tak sadar akan kehadiran orang kepercayaan Aron itu. Leo berjalan dengan tatapan tajam, Tn. Yamaguchi memutar badannya sambil melihat orang yang menembakinya dengan timah panas. “Seharusnya aku tahu akan begini, anjing tetaplah anjing,” kata pria bermata sipit itu pada Leo. Bahasa Inggrisnya terdengar belepotan kali ini, b

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Kay dan Leo Dalam Misi Rahasia (1)

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 44Karin sudah bersiap dengan balutan mini dres ketat berwarna hitam, bibirnya berwarna merah terang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia tampak menonjol malam ini. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju mobil fort hitam yang sudah menunggunya dari tadi.“Bagaimana?” Karin tersenyum menggoda. Leo sampai menghela napas untuk menetralisir degupan jantungnya yang terasa kuat.“Seksi,” kata Leo singkat sambil membukakan pintu mobil. Karin baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan yang mengubah penampilannya 180 derajat.Rambutnya panjang terurai, tubuhnya terekspos dengan jelas lekuk-lekuknya bahkan bagian dada terasa sangat vulgar, hingga membuatnya risih sendiri.Gadis itu melirik pada Leo yang sesekali mencuri pandang padanya yang duduk di kursi belakang. Dia sadar tampilannya begitu menggoda, tapi ini dilakukan semata-mata

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Misi Rahasia

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 43Yun dan Putri kini duduk berhadapan, sekarang mereka berada di sebuah cafe yang tak terlalu ramai. Walau begitu cafe ini sepertinya diperuntukan bagi kaum kelas atas, tampak dari tampilan orang-orang yang datang.Yun menatap Putri, gadis ini memakai mini dress berwarna merah jambu, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Dari caranya berdandan, benar-benar tak seperti orang buta.“Dengan siapa kamu datang?” tanya Yun penuh selidik.“Pengawalku, dia duduk di pojokan, katanya.”“Oh,” kata Yun singkat sambil melihat ke arah pojokan. Ada dua orang wanita yang sedang mengobrol, apa itu? pikir Yun, karena tak ada lagi pojokan yang terisi selain di sana.“Lalu tujuanmu mengajak bertemu apa? cepatlah, aku sedang tak punya waktu sekarang.” Yun menyeruput kopi hitam yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Menarik napas sejenak, menunggu j

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Ingin Tapi Tak Bisa

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 42Karin menatap Yun dengan seksama, dia (Yun) sedang mengangkat senjata untuk siapa? Karin tak pernah bisa menebak isi hati orang-orang ini.Baik Yun, Leo atau Garda sekalipun, punya maksud masing-masing atas dirinya, lalu dia harus bagaimana? Karin gusar.Tangan Garda kini menggenggam erat tangannya, seketika jantung Karin berdetak kencang. Perasaan bodoh yang selama ini ingin dibuangnya, kembali lagi. Dia, masih memendam rasa pada pria ini.Entah itu suka atau benci, tapi Karin masih peduli.“Kapten pergilah.”“Aku tak mau.”“Aku mohon, aku akan menemuimu nanti.”Garda menoleh pada Karin, ditatapnya mata gadis itu yang memandangnya dengan penuh pengharapan.Pergi sekarang? apa kesempatan ini akan kembali lagi? batin Garda beradu dengan logikanya. Sepersekian detik dia disadarkan dengan su

  • Terjerat Pesona Anak Mafia   Tentara di Sarang Mafia

    Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 41Karin membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa kaku dan sakit. Ini hari kedua dia tak sadarkan diri.“Eh,” gumamnya pelan saat melihat sosok yang tak asing sedang duduk di samping tempat tidurnya. Sesaat lelaki tinggi tegap itu tak sadar sedang diperhatikan. Dia masih sibuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja selesai diseduh. “Kenapa ada di sini?” Karin mengatakannya agak keras, dia berharap pria itu mendengarnya.“Kamu sudah sadar?”“Hmm.” Pria itu terlihat kaget namun senang, tergambar jelas dari ekspresi wajahnya. Dia meletakkan bukunya, dan tak lagi sibuk menyeruput kopi hitam itu.Dia fokus pada Karin yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit, diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya erat.“Apa masih sakit?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya.

DMCA.com Protection Status