Terjerat Pesona Anak Mafia
Chapter 3
Suara hujan pagi ini, tak bisa mengalihkan kecanggungan antara Karin dan Hyuga, meja makan kosong itu menjadi saksi bisu bahwa mereka kini tengah mengintimidasi pikiran masing-masing untuk tidak menyoalkan apa yang terjadi tadi malam.
Memangnya apa yang terjadi ? TIDAK, tak terjadi apa-apa, Hyuga hanya mengendong Karin sampai ke tempat tidur dan mereka tidur dengan pembatas guling seperti malam sebelumnya. Hanya saja saat lewat tengah malam dimana ayam jantan pun belum berkokok, tiba-tiba lampu mati, suara petir menggelegar, membuat keduanya tersadar dari tidur.
“Kyaaa … gelap, kak … kak Hyuga, kakak dimana ?”
Karin meraba-raba tempat tidur, karena tak mendapat jawaban dari Hyu, gadis itu jadi panik dan akhirnya terjatuh di atas tubuh Hyuga yang entah kenapa sengaja tak bersuara.
“Akh,” terdengar leguhan Hyu ketika Karin menyentuh sesuatu yang merangsang kejantanannya. Karin menelan ludah ketika ‘sesuatu’ itu bereaksi karena sentuhannya. “Maaf... gak sengaja,” tuturnya gugup.
“Hmm … ” Karin tak bisa melihat reaksi Hyu, hanya jawaban singkat yang diterimanya, namun ketika beranjak, suara petir kembali mengejutkan keduanya dan Karin repleks menarik Hyu dan memeluk lelaki itu.
Hujan yang kian lebat dan cuaca dingin menusuk nyatanya tak mampu menahan gairah yang sudah mulai terbakar, otak Hyu tak bisa berpikir jernih, bayangan bibir sexy yang menantang terus berputar di kepalanya, ia ingin kembali melesap bibir manis itu seperti malam-malam sebelumnya.
Kecupan demi kecupan dilancarkannya, bahkan bibir sang gadis tak mampu menolak setiap lesapan yang menghantarkan keduanya ke awang-awang kenikmatan. Dari leher turunlah ciuman panas itu kebagian sensitif, Karin tak dapat lagi menghindar, baik karena kewajiban ataupun kenikmatan. Segala rasa canggung dan ketidaknyamanan yang biasanya terasa akhirnya terabaikan begitu saja.
Desahan demi desahan beradu dengan suara curahan hujan, andai sampai berteriak pun, tak akan ada yang mendengar karena hanya ada mereka berdua di rumah itu. Jangan tanya tentang tetangga, karena jarak rumah mereka cukup jauh dari rumah lainnya.
Hyuga sempat terkejut saat mendengar rintihan Karin hingga Ia memberhentikan sejenak aktifitasnya, namun tak lama lanjut kembali karena Karin memberikan senyum tipis.
Perasaan Hyuga bercampur aduk, Ia tak menyangka bisa melakukan “itu” dengan wanita lain selain Agatha, namun ia juga tak bisa menyangkal, ia sangat bersemangat, sudut hatinya terasa hangat dan nyaman, seperti pria yang sedang jatuh cinta.
***
“Masih sakit ?” pertanyaan tiba-tiba Hyuga membuat Karin terkejut, wajah wanita itu menjadi panas dan memerah, Karin tampak enggan bicara namun tetap dijawabnya walau dengan suara pelan.
“ Sedikit.”
“ Boleh aku lihat ?” tanya Hyuga diiringi dengan senyum nakalnya.
“Apanya ?”
“Itu.”
“Ish, apaan sih,” celetuk Karin dengan wajah cemberut, namun ada rona malu-malu dari raut wajahnya. Hyuga memang bukan pacar pertama, namun dia adalah lelaki pertama yang menyentuhnya.
”Kita sarapan mi instan saja ya, sepertinya hujannya bakal lama,” ujar Karin mengalihkan topik pembicaraan yang membuatnya risih, dengan sedikit mengangkang Karin berjalan menuju dapur, dan itu membuat Hyu terkekeh.
Tanpa ragu-ragu Hyu mengejar Karin dan langsung memeluk tubuh gadisnya dengan erat, walau berontak berapalah kekuatan Karin untuk menolak serangan cinta dari Hyuga dan terjadilah ronde berikutnya.
*****
Raut kelelahan tampak dari wajah keduanya, mereka kini tengah berada di keramaian sebuah rumah makan legendaris milik mbah Sroso, karena ini jam makan siang, rumah makan itu penuh, hampir setiap bangkunya terisi.
“Mau pesan apa mas, mbak ?” tanya seorang pelayan yang menghampiri mereka dengan ramah, pria itu mengulurkan buku menu dengan sopan, kadang matanya melirik ke arah Karin yang sudah terbiasa makan tempat itu.
“Aku es teh manis saja, makannya seperti biasa ya, nasi lengkap,” ucap Karin disertai dengan senyum manisnya yang membuat pelayan pria itu sedikit tersipu.
“Saya teh panas, makannya samain saja,” timpal Hyu segera, jujur ia risih dengan sikap ramah Karin pada orang-orang, yang bisa saja mengundang salah paham.
“Jangan suka senyum kesembarang orang,“ ucap Hyu cepat, setelah pelayan itu beranjak dari meja mereka.
“Orang yang mana ?”
“Itu pelayan tadi. ““Itukan tetangga kita, masa’ kak Hyuga gak pernah lihat ?”
“Masasih ?”
“Iya."
“Dasar tukang bohong,” Hyu menarik hidung Karin hingga gadis itu mengaduh kesakitan, entah kenapa ia merasa lebih akrab sekarang dan Karin pun sudah mulai terbuka padanya, ya selain adegan buka-bukaan kemarin malam dan tadi pagi.
Setelah pulang keduanya duduk di beranda belakang menikmati hembusan angin, maklumlah siang ini udara sangat panas jadi mereka berdua memilih bersantai sambil memandangi tumbuhan-tumbuhan obat yang ditanam Karin.
“Besok kamu ikut aku pulang,” celetuk Hyuga tiba-tiba, tak terasa sudah lebih dari seminggu dia disana, dan rasanya Ia tak ingin mengakhiri kebersamaan mereka.
“Apa ?”
“Kita pulang sama-sama ke Jakarta,” tegas Hyu.
Karin terdiam lalu memandang wajah Hyuga dalam, ia bingung harus berkata apa. Seperti biasa wajah Hyu serius tak ingin dibantah.
“Aku anggap diam mu itu setuju. Tak usah bawa banyak barang, nanti kita beli di sana, kalau kalian tak bisa tinggal satu atap, kamu bisa tinggal di kontrakan dulu sembari aku carikan rumah,” ucap Hyuga lagi.
Karin menelan salivanya, dengan sedikit canggung ia beralih duduk di samping Hyuga, melepaskan gunting ditangannya yang tadi digunakan untuk menyiangi daun serai yang sudah melebat.
“Kak... aku ....”
“Aku tak tahu perjanjian apa yang kamu dan Agatha buat, tapi yang jelas kamu sudah jadi istriku sekarang dan tolong patuhlah sebagai seorang istri,” potong Hyuga.
Deg, kalimat Hyuga begitu terasa menyentak hingga Karin tak bisa membalas, tampaknya pria itupun tak ingin mendengar penjelasannya. Lama Karin terdiam menunggu otaknya mencerna kalimat menuntut pria disampingnya ini.
“Kak, maaf, tapi aku tak bisa, ada banyak alasan kenapa aku harus tinggal di tempat ini dan lagi aku tak mau mengganggu kehidupan rumah tangga kalian, aku tak ingin menjadi benalu.”
“Lalu yang kamu lakukan ini apa, jual diri ?”
“Apa ?”
Karin tersentak, kepalanya terasa membeku mendengar kalimat kasar Hyuga, Dia diam tertunduk, hatinya sakit. Ia tak pernah berpikir sejauh ini, ketika menyanggupi permintaan Agatha. “Jual diri ? benarkah aku jual diri ? lalu dengan apa pria ini membayarku, aku dapat apa? selain keperawananku yang hilang,” batin Karin bergejolak, Ia marah pada laki-laki di depannya ini, juga pada Agatha, yang mungkin tak menjelaskan apa-apa pada Hyuga. Sesaat perasaan bencinya menyeruak.
“Aku menikah denganmu agar kalian punya anak.“ ucap Karin dengan penuh penekanan, ia mengangkat kepalanya lalu menatap tajam pada Hyuga. Sungguh Ia tak menyangka, Hyuga akan berpikir seperti itu tentang dirinya.
“Lalu, apa yang kamu dapatkan ? aku menawarkanmu untuk ikut bersamaku sebagai istri dan persetan dengan kontrak bodoh itu. Jangan pikirkan tentang Agatha, aku akan menjelaskan padanya nanti,” jelas Hyu dengan mimik serius dan tak ingin dibantah.
“Kak Hyu ingin menjadikan aku pelakor ?”
Hyuga POV
Aku menatap tajam pada perempuan disampingku ini, pelakor katanya, hah, aku tak tahu apa yang ada diotak perempuan-perempuan itu saat membuat perjanjian. Mau bagaimanapun, kini Karin memang sudah berada di tengah-tengah kehidupan rumah tanggaku dan Agatha.
“Lalu mau kalian apa ? menjadikanku pria jahat, yang menghamili, mengambil anak, lalu meninggalkanmu, begitu ?”
Karin terdiam mendengar kalimatku yang kubuat setajam mungkin, dari raut wajahnya aku tahu dia marah, karena wanita ini sulit menyembunyikan ekspresinya. Dia diam tanpa kata, wajahnya cemberut, tak lama ada seseorang yang mengetuk pintu.
Dia bergerak secepat mungkin, tampak sekali dia jengah padaku, padahal kami sering bertengkar, tapi entah mengapa hatiku terasa sakit kali ini. Dia menolakku setelah membuat hatiku goyah, mendorongku pergi saat aku merasa betah bersamanya.
“Mau kemana ?” tanyaku ketika melihat dia dengan cepat berkemas dengan ‘tas dukun’ ajaibnya itu.
Ia sempat melirikku dengan wajah masam, “Ada yang kena luka tembak, mereka memintaku mengeluarkan pelurunya.“
“Luka tembak ? Karin jangan bercanda, memangnya kamu dokter ?”
“Memangnya aku tampak sedang melawak,” jawabnya ketus.
“Tunggu, aku ikut.”
Dengan cepat aku meraiih jaket yang tergantung di dinding, mengejarnya dan meraih tangannya. Aku tau dia marah, tapi aku tetap menggenggam tangan kecilnya, “Tolong katakan, siapa sebenarnya kamu Karin ?” lirihku dalam hati.
Bersambung //////
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 4Karin terdiam melihat Juardi, preman pasar yang biasa mengganggunya tergeletak di bangsal dengan kaki berdarah, wajah kasarnya meringis, kadang ia memegang betisnya yang mungkin terasa kebas.“Kenapa sampai kena tembak bang ?” tanya Karin sambil meletakan tas lalu mengeluarkan peralatan seperti kapas, gunting dan pisau, ia pun meminta yang ada di sana untuk menyiapkan air panas.“Dia menyelundupkan senjata dan obat dari perbatasan,” kata Roy Don, pria berbaju loreng yang gesit membantu Karin. Selain dokter Dio yang bertanggung jawab di camp ini, Roy Don juga jago dalam urusan mengobati hanya saja dia tak semahir Karin dalam memainkan jarum dan pisau.“Sudah ganti profesi jadi penjahat sekarang kamu bang ?” ucap Karin dengan senyum mengejek dan dibalas tatapan tajam dari Juardi“Jangan banyak omong kamu, cepetan kelua
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 5Malam mulai melarut, Garda tampak sedang menikmati suasana desa yang cukup hening, ia membawa mobil menelusuri jalan perkampungan yang didominasi dengan pemandangan hutan dan sawah.Ini sudah lewat beberapa hari setelah pertemuannya dengan Karin, ia masih mengingat dengan jelas bagaimana gadis itu menyentaknya dengan kalimat pedas nan menusuk bahkan menginjak kakinya dengan keras.“Ckiiiit,” suara klakson dan rem beradu ditengah malam, untung Garda masih bisa mengontrol kendaraannya, ia terkejut karena hampir saja ia menabrak seseorang. Mata sang komandan melotot ketika melihat siapa yang hampir ditabraknya, seorang wanita yang wajahnya basah dengan napas tersengal-sengal.“Baru saja dipikirin eh orangnya nongol,” batin Garda, pria itu turun dengan cepat dari mobil bahkan membanting dengan kuat pintu mobilnya.&ldq
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 6Garda melangkahkan kakinya dengan gontai masuk ke camp, semalaman ia tak bisa tidur, mungkin karena tak terbiasa dengan tempatnya atau masih tak habis pikir bagaimana seorang perempuan bisa dengan tenang meletakan “sesuatu” di dapurnya dan baunya sangat menyengat.Mereka menguburkannya subuh tadi dan Garda langsung kembali untuk mencari dokter Dio sesuai dengan anjuran gadis aneh itu. ”Salah, bukan gadis karena perempuan itu telah bersuami,” gumam Garda sendiri.“Wah mimpi apa semalam sampai pagi-pagi begini komandan datang kemari ?” ujar dokter Dio yang masih menggunakan pakaian biasa. Pria itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Garda masuk. Dio pun sempat melirik sekilas pada luka di wajah dan tangan Garda.“Aku mau periksa ini,” ujar Garda sambil menunjukan luka di tangan dan kakinya,“Heem, digigit anjing ya, anjing-anjing di s
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 7Garda POVAku melihat tangannya bergetar setelah menatap tanda di tubuh pria itu, apa dia tahu arti dari tanda itu, bisa jadi dugaanku benar kalau itu bukan sekedar tato biasa.“Mau pulang sekarang ?” bisikku padanya dan ia segera mengangguk, wajahnya tampak sedikit suram, tapi sebelum kami benar-benar beranjak dari sana, ia sempat memberikan ramuan obatan pada ibu tua disana.”Ini untuk mengurangi rasa sakit dan demamnya, baiknya dibawa ke dokter saja.” Setidaknya itu yang kudengar dan setelah itu Karin menutupi wajahnya dengan tisu,disepanjang jalan pun ia hanya diam, memang biasanya diam juga tapi ini hampir tak terdengar suaranya.“Kamu kenapa, sakit ?”Lagi-lagi hanya gelengan yang kudapat, entah apa yang ada di otaku sehingga aku meraih tangannya, maksudnya mau men
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 8Karin dan Garda saling pandang ketika senjata laras panjang itu mengarah pada mereka, Karin berjalan pelan mengambil posisi di belakang Garda sambil mengangkat kedua tangannya.“Apa secepat ini mereka menemukanku. TIDAK, aku tidak boleh lemah, ini tidak akan berakhir begitu saja, ayo bertahan Karin.” Gadis itu mencoba menyemangati dirinya walau tubuhnya terus bergetar hebat. Ia sudah menduga keputusannya ini beresiko maka dari itu ia sudah menghubungi Agatha untuk menjemputnya besok, tapi nyatanya orang-orang itu bergerak lebih dulu.Garda melemparkan senapannya ke arah pria berpakaian serba hitam itu,otaknya terus berpikir bagaimana bisa lolos dari empat orang bersenjata ini.“Apa mau kalian ?” tanya Garda masih dengan pandangan menelisik.“Gadis itu, serahkan dia pada kami.““Dia hanya gadis biasa, untuk apa
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 9Karin PoVSetelah sekian lama akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, rasanya merdeka karena tak harus mencicipi masakan yang rasanya hambar dengan tangan tertusuk jarum, itu menyiksa.Aku di kota sekarang, setelah kejadian itu esoknya kak Hyu langsung memindahkanku ke rumah sakit, untuk keamanan tukasnya dan tentunya untuk perawatan lebih intensif bagi calon bayi kami.Apa ? Calon bayi ? Hmm terdengar membahagiakan, akhirnya aku bisa memberikan kabar bahagia ini untuk Agatha dan Hyuga tapi nyatanya tak semudah itu, takkan ada yang bisa tidur nyenyak malam ini, karena berita kedatangan ayah jenderal .“Lalu kapan pesawatnya sampai ?” ucapku dengan mulut penuh, entah kenapa rasa roti srikaya ini jadi berkali lipat enaknya dibanding semua makanan yang kucicipi hari ini.“Besok pagi, lalu gimana ini Karin, kayaknya papa baka
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 10“Plaak..” Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Hyuga, Agatha langsung berteriak histeris dan menghampiri suaminya itu. Air mata yang tertahan dari tadi akhirnya tumpah, ia tertunduk bersimpuh dibawah kaki ayahnya.“Bukan salah Hyuga , papa ... aku… aku yang memintanya melakukan itu,” ucap Agatha sambil terisak, tak ada yang berani buka suara, semuanya diam dalam kebisuan masing-masing. Wajah marah itu beralih pada Agatha.“Bila kau meminta dia untuk mencabut nyawa adikmu ini, apa ia akan melakukannya juga, kemana akal sehatnya ? ” teriak Jenderal kesal.“Papa maaf,” tangis Agatha semakin menjadi.Karin yang sedari tadi terdiam menghampiri ayahnya, tubuh pria tua itu sampai bergetar karena menahan amarah.“Kalau ada yang bisa disalahkan atas semua ini, maka ini salah Karin aya
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 11Garda PoVRasanya ikut menemani bapak dan ibu ke acara aqiqahan cucu pak Jenderal tidak buruk juga, walaupun ibu satu ini tak hentinya mengenalkanku pada koleganya yang memiliki anak gadis, tapi tanpa kusangka aku bisa melihat wanita itu disini.Rasanya dugaanku benar, karena aku merasa tak asing dengan menantu pak jenderal , itu pria yang sama yang kulihat bersama Karin di desa waktu itu.“Wah ... ternyata benaran kamu, bahkan dari radius tiga meter aku dapat mengenali gadis bodoh ini,” sapaku pada Karin yang duduk sendiri di taman belakang, agaknya kehadiranku mengejutkannya karena mata sipitnya langsung mempelototiku.“Wah Kapten ternyata, makin cakep saja sekarang,” ucapnya dengan senyum bergulanya itu.“Jangan menggodaku, itu tak kan berpengaruh.”Entah kenapa senyuman yang sem
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 49 Karin sudah menundukkan tiga orang dengan pelurunya. Meninggalkan seorang lagi yang kini sedang mengacungkan samurai panjang di depannya. Siapa dia? Karin merasa mengenalnya, dia sampai memicingkan mata, karena gestur pria ini sangat mirip dengan pria yang ditemuinya semalam, Yamaguchi. Tapi apa mungkin? Karin lalu melirik pada Aron, mungkin pria itu harus menjalani perawatan rumah sakit lagi, ada luka tebasan di tangannya dan itu pasti sakit sekali. Dan, jangan tanya tentang keadaan Leo, karena lelaki itu sekarang dalam posisi mati segan hidup tak mau. Dia terkulai lemas di tanah dengan sekucur tubuh penuh sayatan, ditambah lagi bekas luka tembak yang terus mengalirkan darah. Mengerikan. “Hmm, akhirnya aku benar-benar melihatmu,” suara itu langsung menyadarkan Karin. Pria di depannya buka suara. “Kehormatan bagiku, Tuan Yamaguchi?”
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 48“Utari?”“Maaf kak, siapapun akan mengambil tawaran yang lebih baik.” Kalimat Utari membuat Karin menaikan sudut bibirnya. Matanya sontak melirik pada Leo, pria yang mengajaknya bekerjasama yang berbuntut kesialan seperti ini.Hmm, tapi Karin juga tak memungkiri bahwa kalimat Utari itu benar. Dia juga sekarang sedang mempertimbangkan tawaran mana yang lebih baik.Ikut bersama Garda dan dikejar sebagai penjahat atau berlindung di ketiak Aron.“Aku akan belajar denganmu soal ini,” kata Karin menjawab Utari.“Bagus, sekarang serahkan wanita itu pada kami,” ucap pria dengan tangan terhunus Samurai. “Dia pikir ini jaman apa, masih mondar mandir bawa senjata,” gumam Karin sambil menghela napas. Lalu matanya beralih pada Garda yang sudah mangambil ancang-acang akan memulai serangan.Selang b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 47Karin berada di rumah Utari sekarang, tak jauh dari tempat yang disebut gerombolan kecil itu markas. Setelah berdebat panjang lebar, ketemulah titik terang, bahkan Karin akan berada dalam pengawasan Utari.Mereka sepakat menolak mengantar Karin pulang karena takut gadis itu ingkar.Karin duduk terdiam, mengamati Utari yang dari tadi bolak balik ke kamar lalu keluar lagi. Ada saja barang yang disodorkannya.Mulai dari pakaian ganti hingga kudapan ringan untuk sarapan, ah tapi tadi Karin sudah makan subuh jadi dia tak begitu lapar.“Tak usah repot-repot Utari, aku juga sudah makan tadi,” kata Karin tak enak hati. Bukan apa-apa, jika dilihat dari rumahnya, anak ini bukan dari kalangan menengah ke atas. Bisa saja kue-kue yang diberikan diambil dari kue yang harusnya mereka jual pagi ini.“Bukan aku kak, emak yang suruh. Kakakkan t
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 46Yun termenung, dia masih menunggu Leo siuman usai operasi pengangkatan peluru. Mungkin sekitar 15 menit lagi, kata dokter yang merawatnya.Tapi, 15 belas menit yang ditawarkan terasa lama, bahkan sekarang hari sudah menjelang subuh.“Akhirnya,” kata Yun saat meihat tubuh Leo begerak. Tak lama mata pria tinggi besar itu perlahan terbuka. Yun tahu, sekuat apa pertahanan tubuh orang kepercayaan Aron ini, tak mungkin sampai mati kalau hanya terkena satu peluru saja.“Cepat beri petunjuk dimana terakhir kau meninggalkan Kayra?” tanya Yun terburu. Ya, dia harus bergegas, sebelum Michael Lee tahu perkara ini.Walau Yun tahu pria tua itu masih berjuang melawan rasa sakit mendera akibat luka-luka yang diterima, pasca insiden dengan Garda tempo hari.Leo memandang tajam pada Yun, lalu memberikan alamat dimana dia terpisah terakhir denga
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 45 Darah bercucuran di lantai, Karin memandang ke arah tangannya yang menggenggam pistol. “Bukan, bukan aku, yang menembak,” gumamnya dalam hati, karena dia memang tak menarik pelatuknya. Walau begitu, Karin kembali disadarkan dengan erangan kesakitan dari Tn. Yamaguchi yang memegang pundaknya. Benar, puluru itu dari arah belakang. Karin memandang dengan seksama, tak lama sosok Leo keluar dari balik sebuah pintu rahasia yang ada di bagian yang tertutup rapi dengan wallpaper. Mungkin itu yang menyebabkannya orang-orang termasuk dirinya tak sadar akan kehadiran orang kepercayaan Aron itu. Leo berjalan dengan tatapan tajam, Tn. Yamaguchi memutar badannya sambil melihat orang yang menembakinya dengan timah panas. “Seharusnya aku tahu akan begini, anjing tetaplah anjing,” kata pria bermata sipit itu pada Leo. Bahasa Inggrisnya terdengar belepotan kali ini, b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 44Karin sudah bersiap dengan balutan mini dres ketat berwarna hitam, bibirnya berwarna merah terang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia tampak menonjol malam ini. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju mobil fort hitam yang sudah menunggunya dari tadi.“Bagaimana?” Karin tersenyum menggoda. Leo sampai menghela napas untuk menetralisir degupan jantungnya yang terasa kuat.“Seksi,” kata Leo singkat sambil membukakan pintu mobil. Karin baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan yang mengubah penampilannya 180 derajat.Rambutnya panjang terurai, tubuhnya terekspos dengan jelas lekuk-lekuknya bahkan bagian dada terasa sangat vulgar, hingga membuatnya risih sendiri.Gadis itu melirik pada Leo yang sesekali mencuri pandang padanya yang duduk di kursi belakang. Dia sadar tampilannya begitu menggoda, tapi ini dilakukan semata-mata
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 43Yun dan Putri kini duduk berhadapan, sekarang mereka berada di sebuah cafe yang tak terlalu ramai. Walau begitu cafe ini sepertinya diperuntukan bagi kaum kelas atas, tampak dari tampilan orang-orang yang datang.Yun menatap Putri, gadis ini memakai mini dress berwarna merah jambu, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Dari caranya berdandan, benar-benar tak seperti orang buta.“Dengan siapa kamu datang?” tanya Yun penuh selidik.“Pengawalku, dia duduk di pojokan, katanya.”“Oh,” kata Yun singkat sambil melihat ke arah pojokan. Ada dua orang wanita yang sedang mengobrol, apa itu? pikir Yun, karena tak ada lagi pojokan yang terisi selain di sana.“Lalu tujuanmu mengajak bertemu apa? cepatlah, aku sedang tak punya waktu sekarang.” Yun menyeruput kopi hitam yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Menarik napas sejenak, menunggu j
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 42Karin menatap Yun dengan seksama, dia (Yun) sedang mengangkat senjata untuk siapa? Karin tak pernah bisa menebak isi hati orang-orang ini.Baik Yun, Leo atau Garda sekalipun, punya maksud masing-masing atas dirinya, lalu dia harus bagaimana? Karin gusar.Tangan Garda kini menggenggam erat tangannya, seketika jantung Karin berdetak kencang. Perasaan bodoh yang selama ini ingin dibuangnya, kembali lagi. Dia, masih memendam rasa pada pria ini.Entah itu suka atau benci, tapi Karin masih peduli.“Kapten pergilah.”“Aku tak mau.”“Aku mohon, aku akan menemuimu nanti.”Garda menoleh pada Karin, ditatapnya mata gadis itu yang memandangnya dengan penuh pengharapan.Pergi sekarang? apa kesempatan ini akan kembali lagi? batin Garda beradu dengan logikanya. Sepersekian detik dia disadarkan dengan su
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 41Karin membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa kaku dan sakit. Ini hari kedua dia tak sadarkan diri.“Eh,” gumamnya pelan saat melihat sosok yang tak asing sedang duduk di samping tempat tidurnya. Sesaat lelaki tinggi tegap itu tak sadar sedang diperhatikan. Dia masih sibuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja selesai diseduh. “Kenapa ada di sini?” Karin mengatakannya agak keras, dia berharap pria itu mendengarnya.“Kamu sudah sadar?”“Hmm.” Pria itu terlihat kaget namun senang, tergambar jelas dari ekspresi wajahnya. Dia meletakkan bukunya, dan tak lagi sibuk menyeruput kopi hitam itu.Dia fokus pada Karin yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit, diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya erat.“Apa masih sakit?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya.