Terjerat Pesona Anak Mafia
Chapter 5
Malam mulai melarut, Garda tampak sedang menikmati suasana desa yang cukup hening, ia membawa mobil menelusuri jalan perkampungan yang didominasi dengan pemandangan hutan dan sawah.
Ini sudah lewat beberapa hari setelah pertemuannya dengan Karin, ia masih mengingat dengan jelas bagaimana gadis itu menyentaknya dengan kalimat pedas nan menusuk bahkan menginjak kakinya dengan keras.
“Ckiiiit,” suara klakson dan rem beradu ditengah malam, untung Garda masih bisa mengontrol kendaraannya, ia terkejut karena hampir saja ia menabrak seseorang. Mata sang komandan melotot ketika melihat siapa yang hampir ditabraknya, seorang wanita yang wajahnya basah dengan napas tersengal-sengal.
“Baru saja dipikirin eh orangnya nongol,” batin Garda, pria itu turun dengan cepat dari mobil bahkan membanting dengan kuat pintu mobilnya.
“Hei, kamu gila ya, lari-lari tengah malam begini !”
“Wuaa, pangeran penyelamatku,” teriak Karin dengan keras, dia berlari ke arah Garda dan langsung mengambil posisi di belakang pria itu.
“Pangeran penyelamat apanya, eh aku belum selesai ya bikin perhitungan dengan kamu !”
“Wuah, komandan pendendam sekali, oke-oke tapi tolongin dulu. Itu … itu …”
“Itu apaan ?” Garda melihat ke arah yang ditunjuk oleh Karin. Dua ekor anjing mengerang garang dengan matanya yang merah, karena malam yang pekat mata itu terlihat seperti tatapan serigala ganas.
“Astagfirullah, kenapa kamu bisa berurusan dengan yang beginian,” ucap Garda sambil mengambil ancang-ancang untuk melawan dua makhluk mengerikan itu.
“Mereka mengejar ini,” tunjuk Karin pada sebuah kantong plastik ditangannya, tercium aroma amis yang kental dari sana, seperti bau darah.
“Itu ?” belum sempat Garda berkata lagi, dua makhluk buas itu sudah menyerangnya, gonggongan makhluk itu seperti ingin melalap habis tubuh mangsanya.
“Agrh,” teriak Garda ketika gigi runcing itu berhasil menyobek kulit tangannya, seketika darah mengucur yang membuat anjing-anjing itu semakin menggila.
“Komandan cepat naik,” pekik Karin yang sudah menyalakan mobil, entah kapan gadis itu sudah berada disana, untung kuncinya ditinggal hingga Karin langsung bisa mengemudikan mobil itu.
Setelah bergumul dengan kedua makhluk buas itu, Garda dapat melepaskan diri, dengan terpincang ia dapat menaikkan sebelah kakinya ke mobil, namun sayangnya anjing yang berwana hitan pekat itu berhasil menggapai kaki kanannya.
“Jalankan mobilnya.”
“Ha ?”
“Cepat !”
Karin menginjak gas dan melajukan mobil itu dengan cepat, membuat hewan-hewan liar itu melepaskan gigitannya, walaupun sempat terseret akhirnya Garda dapat naik dengan sempurna ke mobil itu.
“Wah, komandan hebat banget kayak difilm action.”
“Hmm.” Garda hanya tersenyum tipis, ini kesialan berikutnya setelah terakhir kali ia bertemu dengan gadis ini.
“Kita ke rumah aku dulu ya, kayaknya komandan harus disuntik, takut kena rabies.”
Tanpa jawaban pasti, Karin mengemudikan mobil ke arah rumahnya yang tak jauh dari tempat itu, dengan terburu gadis itu membuka pintu, “Pak Komandan cepetan, ntar mereka ngejar gimana,” dengan terpincang Garda turun dan langsung masuk ke dalam.
“brak,” pintu ditutup dan Karin langsung menghembuskan napas lega.
”Selamat, selamat,” ucapnya sambil mengurut dada, sementara Garda memperhatikannya dengan seksama.
“Aku kira kamu buru-buru karena khawatir sama lukaku.“
“Ah ? oh, iya ya, bentar pak komandan, tarik napas dulu ini,” tak lama Karin pergi ke dapur dan kembali lagi dengan membawa tanah untuk membasuh luka-luka di tubuh pria ini.
“Sebaiknya mandi dan basuh lukanya dulu, pakai ini,” menyodorkan tanah yang dibawanya, handuk serta kaos ganti.
Garda berjalan menuju ke arah kamar mandi yang ditunjukkan Karin sementara gadis itu juga membersihkan diri di dapur sambil menyiapkan ramuan obat-obatan untuk menetralisir luka gigitan anjing di kaki dan tangan pria yang menolongnya barusan.
Sepuluh menit Garda sudah duduk di sofa usang di tengah rumah, matanya memandang sekeliling ruangan yang tertata rapi karena memang tak banyak barang di sana. Sekilas ia melirik ke arah jam dinding, membuatnya mendengus karena ini sudah lewat dari tengah malam bahkan menjelang subuh. Tak lama tangannya meraih sebuah buku yang tergeletak di atas meja.
“Novel ? ternyata ia suka yang beginian,” Garda nyengir sambil membolak balik halamannya dan tanpa sengaja ia melihat selembar foto di tengah halaman buku itu.
“Sudah selesai, aku suntik ini dulu ya,” ucap Karin tiba-tiba yang membuat Garda secepat kilat menutup buku itu dan meletakannya ke tempat semula.
Karin menyuntikan obat pada Garda, lalu memberi salep luka di tangan, kaki dan wajah pria itu. Aroma harum magnolia tercium dari tubuh perempuan berparas manis itu ketika mereka berdekatan, tanpa sadar Garda terus memperhatikan wajah gadis yang kini sudah beralih mengobati wajahnya.
“Hei, kenapa memandangiku seperti itu, jangan bilang kamu jatuh cinta padaku komandan.”
“Kamu tinggal sendiri ?” ucap Garda tanpa memperdulikan perkataan Karin barusan.
“Iya, jangan berniat mesum pada wanita bersuami tuan,”
“Ah, kamu ini, oh ya suamimu mana? istrinya berkeliaran tengah malam kok dibiarkan.”“Berkeliaran, memangnya aku guk-guk. Dia lagi ke kota,” jawab Karin sambil menggerutu sembari membalut luka di tangan Garda.
“Sudah selesai, pak komandan bisa pulang sekarang,” ucap Karin lagi sambil tersenyum.
“Hmm.” Garda berdiri dan berjalan “Oh ya, tapi dimana kantong plastik tadi, aku mau melihat isinya.”
“Itu di dapur, tapi sebaiknya komandan jangan lihat.”
“Aku mau tahu isinya, apa itu sampai-sampai makhluk-makhluk itu mengejarnya.”
“Eh jangan.”
Karin terus menghalangi Garda untuk melihat isi kantong plastik itu tapi semakin dilarang justru Garda semakin penasaran dengan isinya.
“Wuek … wuek ...”
“Kan sudah kubilang jangan lihat.”
“Wuek, itu … itu apa ?”
Karin segera menjauhkan kantongnya dari Garda dan memberikan air putih pada pria itu, nampaknya bau menusuk itu mengocok habis perutnya.
“Itu orok bayi, sepertinya sudah mulai berbau.“
“Apa ?”
“Janin.”
“Ha ? kau dapat dari mana ? Jangan-jangan itu milikmu.”
“Wuah, sembarang bicara, tadi ada mobil yang membuangnya di pinggir jalan.“
“Lalu kamu mau apa ? cari orang yang membuang bayi itu ?”“Aku gak sesenggang itu Dan, aku cuma mau menguburkannya dengan layak.”
Garda terdiam sambil memandangi Karin yang tertunduk.
”Ya sudahlah, aku disini malam ini, nanti subuh aku akan membantumu menguburnya.”
“Apa ?”
“Aku mau menginap disini, kamu budek,”
“Komandan mau menginap di rumah perempuan yang suaminya sedang tak ada di rumah ? tapi terserahlah sebentar lagi juga sudah subuh.”
“Kamu jangan berpikir macam-macam,” terang Garda karena merasa tak enak hati.
“Iya, iya.”
Karin berjalan masuk ke kamarnya lalu melempar selimut dan ke sofa lalu menutup pintu kamarnya dengan rapat.
*****
Sudah hampir seminggu Hyuga meninggalkan desa itu, setelah pergi meninggalkan Karin dengan suasana canggung kini pria itu tampak gusar. Hari-harinya diisi dengan perasaan bersalah telah meninggalkan Karin sendiri di sana.
“Bagaimana kalau Karin hamil, aku tak bisa membayangkan dia tinggal sendirian di tempat itu.” Hyuga mendecah sambil bergumam, beberapa kali pria itu menarik rambutnya ke belakang. Ia menelpon tapi sepertinya tidak tersambung. “Bagaimana ia bisa bertahan, sinyal aja susah.”
Hyuga bangun dari duduknya, berjalan keluar menuju mobil hitam mengkilap miliknya, dipacunya kuda besi itu dengan kencang membelah jalanan ibukota yang cukup padat. Rumah mewah dengan desain minimalis menjadi pemberhentian pria berperawakan tampan itu, dia berjalan cepat, masuk menemui sang istri yang kebetulan sedang duduk di depan meja makan.
“Aga aku ingin bicara ?”
“Mau bahas Karin lagi ?”
“Ga, aku kan sudah ceritakan kondisi di sana dan kamu pun sudah lihat langsung waktu itu, lalu bagaimana kita bisa meninggalkannya sendirian.“
“Mas, bukan kamu aja yang cemas, aku pun sudah berulang kali bilang sama anak itu untuk pindah, tapi kamu tahukan gadis itu keras kepala, dan lagi dia memang tak bisa pindah seenaknya dari tempat itu, kalau papa tahu …” Agatha diam tak meneruskan kalimatnya, wanita itu memandang gusar ke arah suaminya yang terlihat sedang gundah hatinya. Sejenak Agatha merasa menyesal karena meminta suaminya menikah lagi, membuat hati pria itu menjadi terbelah, tak lagi miliknya seorang.
Agatha dan Hyu saling pandang lalu Hyu memilih beranjak karena tak ingin berdebat dengan Agatha, kala kepalanya dipenuh dengan Karin. Bagaimanapun ia tahu istrinya itu tengah dilanda cemburu tiap kali ia menyinggung nama gadis itu.
“Oh Tuhan, tolonglah hamba,” gumam pria itu dalam hati, kini ia memilih duduk sendiri di taman belakang, teringat kembali pertengkarannya dengan Karin terakhir kali.
“Dia memang galak kalau siang, tapi kalau malam, ah.” gumamnya dalam hati sambil tersenyum sendiri mengenang istri kecilnya.//// bersambung
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 6Garda melangkahkan kakinya dengan gontai masuk ke camp, semalaman ia tak bisa tidur, mungkin karena tak terbiasa dengan tempatnya atau masih tak habis pikir bagaimana seorang perempuan bisa dengan tenang meletakan “sesuatu” di dapurnya dan baunya sangat menyengat.Mereka menguburkannya subuh tadi dan Garda langsung kembali untuk mencari dokter Dio sesuai dengan anjuran gadis aneh itu. ”Salah, bukan gadis karena perempuan itu telah bersuami,” gumam Garda sendiri.“Wah mimpi apa semalam sampai pagi-pagi begini komandan datang kemari ?” ujar dokter Dio yang masih menggunakan pakaian biasa. Pria itu membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Garda masuk. Dio pun sempat melirik sekilas pada luka di wajah dan tangan Garda.“Aku mau periksa ini,” ujar Garda sambil menunjukan luka di tangan dan kakinya,“Heem, digigit anjing ya, anjing-anjing di s
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 7Garda POVAku melihat tangannya bergetar setelah menatap tanda di tubuh pria itu, apa dia tahu arti dari tanda itu, bisa jadi dugaanku benar kalau itu bukan sekedar tato biasa.“Mau pulang sekarang ?” bisikku padanya dan ia segera mengangguk, wajahnya tampak sedikit suram, tapi sebelum kami benar-benar beranjak dari sana, ia sempat memberikan ramuan obatan pada ibu tua disana.”Ini untuk mengurangi rasa sakit dan demamnya, baiknya dibawa ke dokter saja.” Setidaknya itu yang kudengar dan setelah itu Karin menutupi wajahnya dengan tisu,disepanjang jalan pun ia hanya diam, memang biasanya diam juga tapi ini hampir tak terdengar suaranya.“Kamu kenapa, sakit ?”Lagi-lagi hanya gelengan yang kudapat, entah apa yang ada di otaku sehingga aku meraih tangannya, maksudnya mau men
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 8Karin dan Garda saling pandang ketika senjata laras panjang itu mengarah pada mereka, Karin berjalan pelan mengambil posisi di belakang Garda sambil mengangkat kedua tangannya.“Apa secepat ini mereka menemukanku. TIDAK, aku tidak boleh lemah, ini tidak akan berakhir begitu saja, ayo bertahan Karin.” Gadis itu mencoba menyemangati dirinya walau tubuhnya terus bergetar hebat. Ia sudah menduga keputusannya ini beresiko maka dari itu ia sudah menghubungi Agatha untuk menjemputnya besok, tapi nyatanya orang-orang itu bergerak lebih dulu.Garda melemparkan senapannya ke arah pria berpakaian serba hitam itu,otaknya terus berpikir bagaimana bisa lolos dari empat orang bersenjata ini.“Apa mau kalian ?” tanya Garda masih dengan pandangan menelisik.“Gadis itu, serahkan dia pada kami.““Dia hanya gadis biasa, untuk apa
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 9Karin PoVSetelah sekian lama akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, rasanya merdeka karena tak harus mencicipi masakan yang rasanya hambar dengan tangan tertusuk jarum, itu menyiksa.Aku di kota sekarang, setelah kejadian itu esoknya kak Hyu langsung memindahkanku ke rumah sakit, untuk keamanan tukasnya dan tentunya untuk perawatan lebih intensif bagi calon bayi kami.Apa ? Calon bayi ? Hmm terdengar membahagiakan, akhirnya aku bisa memberikan kabar bahagia ini untuk Agatha dan Hyuga tapi nyatanya tak semudah itu, takkan ada yang bisa tidur nyenyak malam ini, karena berita kedatangan ayah jenderal .“Lalu kapan pesawatnya sampai ?” ucapku dengan mulut penuh, entah kenapa rasa roti srikaya ini jadi berkali lipat enaknya dibanding semua makanan yang kucicipi hari ini.“Besok pagi, lalu gimana ini Karin, kayaknya papa baka
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 10“Plaak..” Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Hyuga, Agatha langsung berteriak histeris dan menghampiri suaminya itu. Air mata yang tertahan dari tadi akhirnya tumpah, ia tertunduk bersimpuh dibawah kaki ayahnya.“Bukan salah Hyuga , papa ... aku… aku yang memintanya melakukan itu,” ucap Agatha sambil terisak, tak ada yang berani buka suara, semuanya diam dalam kebisuan masing-masing. Wajah marah itu beralih pada Agatha.“Bila kau meminta dia untuk mencabut nyawa adikmu ini, apa ia akan melakukannya juga, kemana akal sehatnya ? ” teriak Jenderal kesal.“Papa maaf,” tangis Agatha semakin menjadi.Karin yang sedari tadi terdiam menghampiri ayahnya, tubuh pria tua itu sampai bergetar karena menahan amarah.“Kalau ada yang bisa disalahkan atas semua ini, maka ini salah Karin aya
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 11Garda PoVRasanya ikut menemani bapak dan ibu ke acara aqiqahan cucu pak Jenderal tidak buruk juga, walaupun ibu satu ini tak hentinya mengenalkanku pada koleganya yang memiliki anak gadis, tapi tanpa kusangka aku bisa melihat wanita itu disini.Rasanya dugaanku benar, karena aku merasa tak asing dengan menantu pak jenderal , itu pria yang sama yang kulihat bersama Karin di desa waktu itu.“Wah ... ternyata benaran kamu, bahkan dari radius tiga meter aku dapat mengenali gadis bodoh ini,” sapaku pada Karin yang duduk sendiri di taman belakang, agaknya kehadiranku mengejutkannya karena mata sipitnya langsung mempelototiku.“Wah Kapten ternyata, makin cakep saja sekarang,” ucapnya dengan senyum bergulanya itu.“Jangan menggodaku, itu tak kan berpengaruh.”Entah kenapa senyuman yang sem
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 12Karin tersenyum melihat wajah Garda yang masih terlihat kesal, dia lupa kalau tadi minta dibelikan makanan "Padahal tadikan maksudnya cuma becanda, eh dibawain beneran,” batin Karin.”Beneran ni gak mau makan ?” tanya Karin dengan mulut penuh.“Gak, sudah kenyang.”“Oh, makan apa ? makan hati ya, hahaha.”Garda diam tak menghiraukan celotehan Karin, ia lebih fokus melihat berita di TV sambil menyeruput teh hangat yang diseduhnya sendiri. Terkadang matanya melirik ke arah perempuan yang masih sibuk dengan sepiring kwetiaw panas dan semangkuk bakso tanpa mi.“Beneran itu mau dihabisin sendiri ?”“Ya habisnya pak kapten gak mau makan, kan mubajir kalau dibuang.”“Gak usah dihabisin kalau gak mampu, nanti perut kamu sakit.”“Cie, perhatian bange
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 13Matahari sudah tampak meninggi ketika Karin menggeliatkan tubuhnya, kedua matanya terasa masih lengket minta dimanjakan di atas tempat tidur. Suara ketukan pintu yang mendayu-dayu seakan tak mampu memerintah otaknya untuk segera bangun.“Siapa sih, pagi-pagi begini,” dengan malas akhirnya ia terpaksa beranjak dari tempat tidur karena pintunya terus diketuk dari luar.“Ya Ampun pak kapten ini masih pagi, ngapain ...” Kalimat Karin terhenti ketika pintunya terbuka, ia hampir menutup pintunya kembali jika saja Hyuga tak mendorongnya dari luar.“Maaf mengecewakanmu,” ucap Hyuga dengan ekspresi tak senang karena Karin mengira dirinya Garda. Karin tersenyum walau itu tampak dipaksakan, sebenarnya gadis itu enggan menyuruhnya masuk tapi Hyuga sudah masuk duluan tanpa permisi.“Duduk dulu, aku mau mandi sebentar,&rdqu
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 49 Karin sudah menundukkan tiga orang dengan pelurunya. Meninggalkan seorang lagi yang kini sedang mengacungkan samurai panjang di depannya. Siapa dia? Karin merasa mengenalnya, dia sampai memicingkan mata, karena gestur pria ini sangat mirip dengan pria yang ditemuinya semalam, Yamaguchi. Tapi apa mungkin? Karin lalu melirik pada Aron, mungkin pria itu harus menjalani perawatan rumah sakit lagi, ada luka tebasan di tangannya dan itu pasti sakit sekali. Dan, jangan tanya tentang keadaan Leo, karena lelaki itu sekarang dalam posisi mati segan hidup tak mau. Dia terkulai lemas di tanah dengan sekucur tubuh penuh sayatan, ditambah lagi bekas luka tembak yang terus mengalirkan darah. Mengerikan. “Hmm, akhirnya aku benar-benar melihatmu,” suara itu langsung menyadarkan Karin. Pria di depannya buka suara. “Kehormatan bagiku, Tuan Yamaguchi?”
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 48“Utari?”“Maaf kak, siapapun akan mengambil tawaran yang lebih baik.” Kalimat Utari membuat Karin menaikan sudut bibirnya. Matanya sontak melirik pada Leo, pria yang mengajaknya bekerjasama yang berbuntut kesialan seperti ini.Hmm, tapi Karin juga tak memungkiri bahwa kalimat Utari itu benar. Dia juga sekarang sedang mempertimbangkan tawaran mana yang lebih baik.Ikut bersama Garda dan dikejar sebagai penjahat atau berlindung di ketiak Aron.“Aku akan belajar denganmu soal ini,” kata Karin menjawab Utari.“Bagus, sekarang serahkan wanita itu pada kami,” ucap pria dengan tangan terhunus Samurai. “Dia pikir ini jaman apa, masih mondar mandir bawa senjata,” gumam Karin sambil menghela napas. Lalu matanya beralih pada Garda yang sudah mangambil ancang-acang akan memulai serangan.Selang b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 47Karin berada di rumah Utari sekarang, tak jauh dari tempat yang disebut gerombolan kecil itu markas. Setelah berdebat panjang lebar, ketemulah titik terang, bahkan Karin akan berada dalam pengawasan Utari.Mereka sepakat menolak mengantar Karin pulang karena takut gadis itu ingkar.Karin duduk terdiam, mengamati Utari yang dari tadi bolak balik ke kamar lalu keluar lagi. Ada saja barang yang disodorkannya.Mulai dari pakaian ganti hingga kudapan ringan untuk sarapan, ah tapi tadi Karin sudah makan subuh jadi dia tak begitu lapar.“Tak usah repot-repot Utari, aku juga sudah makan tadi,” kata Karin tak enak hati. Bukan apa-apa, jika dilihat dari rumahnya, anak ini bukan dari kalangan menengah ke atas. Bisa saja kue-kue yang diberikan diambil dari kue yang harusnya mereka jual pagi ini.“Bukan aku kak, emak yang suruh. Kakakkan t
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 46Yun termenung, dia masih menunggu Leo siuman usai operasi pengangkatan peluru. Mungkin sekitar 15 menit lagi, kata dokter yang merawatnya.Tapi, 15 belas menit yang ditawarkan terasa lama, bahkan sekarang hari sudah menjelang subuh.“Akhirnya,” kata Yun saat meihat tubuh Leo begerak. Tak lama mata pria tinggi besar itu perlahan terbuka. Yun tahu, sekuat apa pertahanan tubuh orang kepercayaan Aron ini, tak mungkin sampai mati kalau hanya terkena satu peluru saja.“Cepat beri petunjuk dimana terakhir kau meninggalkan Kayra?” tanya Yun terburu. Ya, dia harus bergegas, sebelum Michael Lee tahu perkara ini.Walau Yun tahu pria tua itu masih berjuang melawan rasa sakit mendera akibat luka-luka yang diterima, pasca insiden dengan Garda tempo hari.Leo memandang tajam pada Yun, lalu memberikan alamat dimana dia terpisah terakhir denga
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 45 Darah bercucuran di lantai, Karin memandang ke arah tangannya yang menggenggam pistol. “Bukan, bukan aku, yang menembak,” gumamnya dalam hati, karena dia memang tak menarik pelatuknya. Walau begitu, Karin kembali disadarkan dengan erangan kesakitan dari Tn. Yamaguchi yang memegang pundaknya. Benar, puluru itu dari arah belakang. Karin memandang dengan seksama, tak lama sosok Leo keluar dari balik sebuah pintu rahasia yang ada di bagian yang tertutup rapi dengan wallpaper. Mungkin itu yang menyebabkannya orang-orang termasuk dirinya tak sadar akan kehadiran orang kepercayaan Aron itu. Leo berjalan dengan tatapan tajam, Tn. Yamaguchi memutar badannya sambil melihat orang yang menembakinya dengan timah panas. “Seharusnya aku tahu akan begini, anjing tetaplah anjing,” kata pria bermata sipit itu pada Leo. Bahasa Inggrisnya terdengar belepotan kali ini, b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 44Karin sudah bersiap dengan balutan mini dres ketat berwarna hitam, bibirnya berwarna merah terang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia tampak menonjol malam ini. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju mobil fort hitam yang sudah menunggunya dari tadi.“Bagaimana?” Karin tersenyum menggoda. Leo sampai menghela napas untuk menetralisir degupan jantungnya yang terasa kuat.“Seksi,” kata Leo singkat sambil membukakan pintu mobil. Karin baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan yang mengubah penampilannya 180 derajat.Rambutnya panjang terurai, tubuhnya terekspos dengan jelas lekuk-lekuknya bahkan bagian dada terasa sangat vulgar, hingga membuatnya risih sendiri.Gadis itu melirik pada Leo yang sesekali mencuri pandang padanya yang duduk di kursi belakang. Dia sadar tampilannya begitu menggoda, tapi ini dilakukan semata-mata
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 43Yun dan Putri kini duduk berhadapan, sekarang mereka berada di sebuah cafe yang tak terlalu ramai. Walau begitu cafe ini sepertinya diperuntukan bagi kaum kelas atas, tampak dari tampilan orang-orang yang datang.Yun menatap Putri, gadis ini memakai mini dress berwarna merah jambu, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Dari caranya berdandan, benar-benar tak seperti orang buta.“Dengan siapa kamu datang?” tanya Yun penuh selidik.“Pengawalku, dia duduk di pojokan, katanya.”“Oh,” kata Yun singkat sambil melihat ke arah pojokan. Ada dua orang wanita yang sedang mengobrol, apa itu? pikir Yun, karena tak ada lagi pojokan yang terisi selain di sana.“Lalu tujuanmu mengajak bertemu apa? cepatlah, aku sedang tak punya waktu sekarang.” Yun menyeruput kopi hitam yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Menarik napas sejenak, menunggu j
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 42Karin menatap Yun dengan seksama, dia (Yun) sedang mengangkat senjata untuk siapa? Karin tak pernah bisa menebak isi hati orang-orang ini.Baik Yun, Leo atau Garda sekalipun, punya maksud masing-masing atas dirinya, lalu dia harus bagaimana? Karin gusar.Tangan Garda kini menggenggam erat tangannya, seketika jantung Karin berdetak kencang. Perasaan bodoh yang selama ini ingin dibuangnya, kembali lagi. Dia, masih memendam rasa pada pria ini.Entah itu suka atau benci, tapi Karin masih peduli.“Kapten pergilah.”“Aku tak mau.”“Aku mohon, aku akan menemuimu nanti.”Garda menoleh pada Karin, ditatapnya mata gadis itu yang memandangnya dengan penuh pengharapan.Pergi sekarang? apa kesempatan ini akan kembali lagi? batin Garda beradu dengan logikanya. Sepersekian detik dia disadarkan dengan su
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 41Karin membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa kaku dan sakit. Ini hari kedua dia tak sadarkan diri.“Eh,” gumamnya pelan saat melihat sosok yang tak asing sedang duduk di samping tempat tidurnya. Sesaat lelaki tinggi tegap itu tak sadar sedang diperhatikan. Dia masih sibuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja selesai diseduh. “Kenapa ada di sini?” Karin mengatakannya agak keras, dia berharap pria itu mendengarnya.“Kamu sudah sadar?”“Hmm.” Pria itu terlihat kaget namun senang, tergambar jelas dari ekspresi wajahnya. Dia meletakkan bukunya, dan tak lagi sibuk menyeruput kopi hitam itu.Dia fokus pada Karin yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit, diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya erat.“Apa masih sakit?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya.