Terjerat Pesona Anak Mafia
Chapter 8
Karin dan Garda saling pandang ketika senjata laras panjang itu mengarah pada mereka, Karin berjalan pelan mengambil posisi di belakang Garda sambil mengangkat kedua tangannya.
“Apa secepat ini mereka menemukanku. TIDAK, aku tidak boleh lemah, ini tidak akan berakhir begitu saja, ayo bertahan Karin.” Gadis itu mencoba menyemangati dirinya walau tubuhnya terus bergetar hebat. Ia sudah menduga keputusannya ini beresiko maka dari itu ia sudah menghubungi Agatha untuk menjemputnya besok, tapi nyatanya orang-orang itu bergerak lebih dulu.
Garda melemparkan senapannya ke arah pria berpakaian serba hitam itu,otaknya terus berpikir bagaimana bisa lolos dari empat orang bersenjata ini.
“Apa mau kalian ?” tanya Garda masih dengan pandangan menelisik.
“Gadis itu, serahkan dia pada kami.“
“Dia hanya gadis biasa, untuk apa kalian menyenderanya.”
“Kami butuh penyaluran kapten, hahahaha.” ucap seseorang yang bertubuh pendek tapi kekar membuat Garda mendecih kesal. Ia sempat menoleh ke belakang, melihat Karin yang tertunduk gemetaran. Memang salahnya melibatkan Karin dalam situasi berbahaya ini.
“Coba kau buka maskernya bro, ia tampak menggemaskan, hahaha,” ucap pria bertubuh kekar lain pada rekannya. Mendengar itu Karin semakin ketakutan, ia merapatkan tubuhnya ke punggung Garda. Sementara seorang pria mulai mencoba maju mendekatinya.
“Jangan macam-macam,” teriak Garda.
Secepat kilat tendangan Garda mengenai tangan pria yang maju tadi, senapannya jatuh ke tanah dan langsung disambar oleh sang Kapten.
“Jangan macam-macam kapten, kami akan menembakmu.”
“DUAR,” Sebuah tembakan melesat dan mengenai bahu kiri Garda, darah segar bercucuran membasahi tanah tempatnya berpijak,
“Heem, segitu saja kemampuan menembakmu ? “ ucap Garda sembari maju lalu melepaskan pukulannya tepat ke wajah pria yang menembaknya. “Buag … bag ... bug … bag.”
Baku hantam terjadi, empat lawan satu, bahkan beberapa kali terdengar tembakan di udara, darah bercucuran entah milik siapa. Garda juga sempat melepaskan tembakan yang tepat mengenai kaki pria kekar pendek yang ingin meraih tubuh Karin.
Pria itu tersungkur sayangnya ia sempat menarik kaki Karin yang membuat gadis itu jatuh terhuyung,
“Hahaha,” tawa keras menggema di hutan semak itu, sang kapten yang sudah kehabisan tenaga terduduk dengan todongan senjata di kepalanya, wajahnya babak belur, dari bahunya darah terus mengalir dengan napas terengah melihat Karin sedang tersudut.
“Jangan, jangan dekati aku.” Pekik gadis itu, tapi bukannya mundur lelaki pincang itu terus maju dan ‘Srettt...’ ia berhasil menarik masker yang menutupi wajah Karin.
“Wah....hahaha,” lagi-lagi tawa menggema, walau tatapan tajam dialamatkan pada mereka tapi tak menutupi kecantikan gadis berparas manis itu. Wajah putihnya sangat menggoda walaupun sedang marah.
Lelaki kekar mencoba menjamah wajah mungil itu tapi belum sempat tangannya sampai, Karin memukul dan meludah wajah pria itu.
“Beraninya kau ... Plakkkk.” Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Karin, muncul darah disusut bibirnya.
“Brengsek, jangan memukulnya, kalian biadab,” teriak Garda.
“Ia layak mendapatkan itu,” bisik pria bertato, dia menarik rambut Garda ke belakang sambil terbahak.
Karin masih memegang pipinya kala pria kasar bertingkah lagi, dengan sangarnya pria itu menginjak tangan kiri Karin yang bertumpu di tanah, jerit Karin menggema, pria itu baru berhenti hingga terdengar suara “Kreek” dari jari yang ditekan dengan boots miliknya.
Karin menatap nanar, matanya membulat besar seakan ingin membunuh, tangannya sakit, namun hatinya lebih pilu, dia tak menyangka akan menggunakan kode ini untuk selamat.
“XXX 0001 alpa,” ucap Karin lirih membuat pria itu terkejut. Repleks senjata di tanganya terlepas, mata pria kekar itu terbelalak sembari melihat ke arah teman-temannya yang lain, lalu ia mundur secara teratur.
“Buang senjata dan angkat tangan kalian,” tiba-tiba terdengar suara lantang dan muncullah lima orang tentara berseragam menodongkan senjata ke arah gerombolan pria jahat itu. Dengan cepat Garda menendang pria di belakangnya dan membuat pria itu jatuh terhuyung.
Terjadi baku hantam antara pasukan dengan para pria bertopeng dan akhirnya mereka menyerah karena ketuanya berhasil diringkus duluan.
“Kariiin.” Garda mengangkat tubuh lemah itu dari tanah, tangan gadis itu masih bergetar hebat, Garda menatap wajahnya yang sudah pucat pasi menahan sakit.
“Tahan sebentar,” terlihat anggukan pelan dari Karin membuat Garda tak kuasa menahan perih dihatinya, ini salahnya membuat gadis ini terluka. Beribu penyesalan karena tak dapat melindungi makhluk lemah ini. Garda mendekap erat tubuh mungil itu, dia berlari membawa Karin menuju mobil dimana seorang anggotanya sudah siap untuk mengemudikan kendaraan itu.
“Maaf, maafkan aku,” sesalnya lagi.
****
Senja berganti malam, dingin menyeruak karena hujan tiba-tiba turun membasahi camp yang dikelilingi rimbunnya hutan belantara. Dingin malam ini, mengalahkan kibasan kipas angin yang biasa dinyalakan full untuk mengusur hawa panas dan nyamuk. Garda tak memperdulikan lukanya yang baru selesai dijahit oleh Dio, pikirannya masih tertuju pada Karin yang sedang di rawat di ruang yang tak jauh dari sana.
“Bagaimana keadaannya ?”
“Ada beberapa bagian jarinya yang patah dan ...”
“Dan ?”
“Sepertinya anak itu mempunya trauma mendalam, kurasa kondisi psikisnya lebih mengkhawatirkan daripada luka fisiknya, terlebih Karin sedang hamil saat ini.”
“Hamil ? dia ....”
“Kalau perkiraanku tidak salah mungkin sekitar 2 atau 3 minggu.”
Garda menghembus napas kasar, bagaimana bisa terjadi, bahkan untuk melindungi seorang wanita saja ia tak mampu. Garda mengepal tangannya kuat, hatinya sakit sekali mungkin karena perasaan bersalah dan penyataan Dio barusan.
“Dimana dia sekarang ?”
“Dikamar sebelah ruanganku, tapi sebaiknya kau tak kesana.”
Garda tak memperdulikan perkataan sang dokter bahkan sebelum kalimat itu selesai, ia sudah beranjak dari sana. Secepat kilat ia ingin menemui Karin untuk minta maaf dan memperjelas sesuatu. Namun langkah terhenti di depan ruangan yang terbuka sedikit pintunya, tiba-tiba kakinya terasa berat untuk masuk, saat melihat ada pria lain duduk di sana sambil memegang tangan Karin.
****
Karin membuka matanya, awalnya ia terkejut ketika melihat siapa yang duduk sambil memegang tangannya, namun seketika terbesit rasa lega di hatinya. ”Terima kasih Tuhan, semuanya berakhir,” gumamnya dalam hati.
Senyum Karin mengembang sambil membalas genggaman Hyu yang duduk di sampingnya, pria itu sedikit terkejut karena sedari tadi ia hanya tertunduk sambil berdoa.
“Eh, sudah sadar ?”
“Emm, kapan kak Hyu datang?”
“Sejam yang lalu, masih sakit ?”
“Iyaaa, tangan yang ini gak bisa gerak,” tutur Karin sambil melirik ke tangan kirinya yang berbalut perban.
Hyu mencium tangan Karin yang digenggamnya,”Sementara pakai yang ini dulu ya,” ucapnya lirih sambil memasukan jarinya disela-sela jemari tangan kanan Karin.
Karin menutup matanya, sepintas teringat kejadian yang menimpanya sore tadi dan ia yakin jari-jarinya patah. Entah kenapa perasaannya jadi tak menentu, tak lama terdengar isakan tangis dari bibirnya.
“Karin... kamu kenapa ?” tanya Hyu yang sedikit panik karena Karin tiba-tiba menangis
“Hmm...” Gadis itu hanya menggeleng tapi air matanya tetap keluar.
“Lalu kenapa menangis ?” tanya Hyu semakin bingung,
“Itu... “
“Itu apa ?” Hyu mencoba menenangkan gadis itu, ia membelai rambut Karin sambil menyeka air matanya.
“Itu … kalau nanti mau buang air, ngebersihinnya gimana ?huuhuhu.”
“ Ha ? hahaha”
“Kenapa ketawa ?”
“Gak kok,”
“Itu apa ?’
“Nggak.” ///// bersambung
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 9Karin PoVSetelah sekian lama akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit, rasanya merdeka karena tak harus mencicipi masakan yang rasanya hambar dengan tangan tertusuk jarum, itu menyiksa.Aku di kota sekarang, setelah kejadian itu esoknya kak Hyu langsung memindahkanku ke rumah sakit, untuk keamanan tukasnya dan tentunya untuk perawatan lebih intensif bagi calon bayi kami.Apa ? Calon bayi ? Hmm terdengar membahagiakan, akhirnya aku bisa memberikan kabar bahagia ini untuk Agatha dan Hyuga tapi nyatanya tak semudah itu, takkan ada yang bisa tidur nyenyak malam ini, karena berita kedatangan ayah jenderal .“Lalu kapan pesawatnya sampai ?” ucapku dengan mulut penuh, entah kenapa rasa roti srikaya ini jadi berkali lipat enaknya dibanding semua makanan yang kucicipi hari ini.“Besok pagi, lalu gimana ini Karin, kayaknya papa baka
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 10“Plaak..” Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Hyuga, Agatha langsung berteriak histeris dan menghampiri suaminya itu. Air mata yang tertahan dari tadi akhirnya tumpah, ia tertunduk bersimpuh dibawah kaki ayahnya.“Bukan salah Hyuga , papa ... aku… aku yang memintanya melakukan itu,” ucap Agatha sambil terisak, tak ada yang berani buka suara, semuanya diam dalam kebisuan masing-masing. Wajah marah itu beralih pada Agatha.“Bila kau meminta dia untuk mencabut nyawa adikmu ini, apa ia akan melakukannya juga, kemana akal sehatnya ? ” teriak Jenderal kesal.“Papa maaf,” tangis Agatha semakin menjadi.Karin yang sedari tadi terdiam menghampiri ayahnya, tubuh pria tua itu sampai bergetar karena menahan amarah.“Kalau ada yang bisa disalahkan atas semua ini, maka ini salah Karin aya
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 11Garda PoVRasanya ikut menemani bapak dan ibu ke acara aqiqahan cucu pak Jenderal tidak buruk juga, walaupun ibu satu ini tak hentinya mengenalkanku pada koleganya yang memiliki anak gadis, tapi tanpa kusangka aku bisa melihat wanita itu disini.Rasanya dugaanku benar, karena aku merasa tak asing dengan menantu pak jenderal , itu pria yang sama yang kulihat bersama Karin di desa waktu itu.“Wah ... ternyata benaran kamu, bahkan dari radius tiga meter aku dapat mengenali gadis bodoh ini,” sapaku pada Karin yang duduk sendiri di taman belakang, agaknya kehadiranku mengejutkannya karena mata sipitnya langsung mempelototiku.“Wah Kapten ternyata, makin cakep saja sekarang,” ucapnya dengan senyum bergulanya itu.“Jangan menggodaku, itu tak kan berpengaruh.”Entah kenapa senyuman yang sem
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 12Karin tersenyum melihat wajah Garda yang masih terlihat kesal, dia lupa kalau tadi minta dibelikan makanan "Padahal tadikan maksudnya cuma becanda, eh dibawain beneran,” batin Karin.”Beneran ni gak mau makan ?” tanya Karin dengan mulut penuh.“Gak, sudah kenyang.”“Oh, makan apa ? makan hati ya, hahaha.”Garda diam tak menghiraukan celotehan Karin, ia lebih fokus melihat berita di TV sambil menyeruput teh hangat yang diseduhnya sendiri. Terkadang matanya melirik ke arah perempuan yang masih sibuk dengan sepiring kwetiaw panas dan semangkuk bakso tanpa mi.“Beneran itu mau dihabisin sendiri ?”“Ya habisnya pak kapten gak mau makan, kan mubajir kalau dibuang.”“Gak usah dihabisin kalau gak mampu, nanti perut kamu sakit.”“Cie, perhatian bange
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 13Matahari sudah tampak meninggi ketika Karin menggeliatkan tubuhnya, kedua matanya terasa masih lengket minta dimanjakan di atas tempat tidur. Suara ketukan pintu yang mendayu-dayu seakan tak mampu memerintah otaknya untuk segera bangun.“Siapa sih, pagi-pagi begini,” dengan malas akhirnya ia terpaksa beranjak dari tempat tidur karena pintunya terus diketuk dari luar.“Ya Ampun pak kapten ini masih pagi, ngapain ...” Kalimat Karin terhenti ketika pintunya terbuka, ia hampir menutup pintunya kembali jika saja Hyuga tak mendorongnya dari luar.“Maaf mengecewakanmu,” ucap Hyuga dengan ekspresi tak senang karena Karin mengira dirinya Garda. Karin tersenyum walau itu tampak dipaksakan, sebenarnya gadis itu enggan menyuruhnya masuk tapi Hyuga sudah masuk duluan tanpa permisi.“Duduk dulu, aku mau mandi sebentar,&rdqu
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 14Wajah Karin mendadak cemberut saat tahu ayahnya menjadikan Garda sebagai pengawal pribadinya, ia merasa ayahnya terlalu berlebihan belum lagi sekarang ia harus tinggal di apartemen Rendra.Karin mengendap-endap menjauh dari keramaian pesta padahal tadinya ia menikmati pesta ulang tahun sepupunya itu tapi seketika moodnya hancur berantakan.“Aduh , kok jadi begini sih, aku kan bukan anak presiden, kenapa harus pakai pengawal pribadi. Ayah terlalu berlebihan,” gerutu Karin sambil duduk di depan kolam renang. Ia memercikan air ke tengah kolam sambil menenggelamkan kakinya, dinginnya air sedikit banyak menyejukan hatinya.“Pelan-pelan sayang.”“Tahan sebentar sayang, kamu cantik sekali malam ini.”“Akh...akh...”Karin memicingkan matanya, telinganya seperti radar yang sedang mencari asal suara
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 15Garda PoVSudah tiga hari setelah kejadian ‘itu’ Karin masih dingin padaku, jangankan bicara ditanya saja kadang tak menjawab. Bibirku pun masih bengkak, selain terkena pukulan preman jalanan yang entah dari mana asalnya itu, Karin juga menggigit bibirku.Kadang aku mengutuk diriku sendiri, kenapa aku tiba-tiba ingin menciumnya malam itu, bukan ingin tapi memang sudah kulakukan dan itu sangat mendebarkan. Bibirnya terasa hangat dan lembut.“Jahat.” Cuma kata itu yang dilontarkannya padaku sebelum menutup pintu malam itu. Kata yang cukup membuatku tersadar bahwa yang kuperbuat itu salah. Hanya dengan alasan terkesima, aku menciumnya, tanpa status, tanpa kejelasan bahkan tanpa alasan.Aku salah, lalu bagaimana caraku meminta maaf, dia itu wanita yang masih mempunyai ikatan dengan pria lain. Betapa
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 16Karin PoVSekarang sudah sore, matahari pun seakan ingin menutup diri, sama sepertiku mencoba menutup lukaku hari ini. Hanya berharap esok akan lebih baik, aku yang memutuskan untuk melakukan kontrak itu, maka aku pulalah yang merasakan akibatnya, bukan orang lain. Makanya ada benarnya, jika orang bilang, jangan memulai sesuatu kalau nantinya akan menyesal.Setidaknya, aku pernah merasakan bahagia, aku pernah tersenyum dengan pria itu bahkan pernah bersyukur bahwa dia ada bersamaku, hanya saja jodoh ini hanya sampai di sini.“Sedang melamun?” tanya Garda membuyarkan pikiranku. Dia tersenyum tipis sambil duduk di sampingku. Aku melihat matanya selalu hangat walaupun aku tak ingin menyalahartikannya. Ada banyak alasan orang perhatian pada kita, bukan melulu suka, bisa saja hanya kasihan. Dan itu yang ku
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 49 Karin sudah menundukkan tiga orang dengan pelurunya. Meninggalkan seorang lagi yang kini sedang mengacungkan samurai panjang di depannya. Siapa dia? Karin merasa mengenalnya, dia sampai memicingkan mata, karena gestur pria ini sangat mirip dengan pria yang ditemuinya semalam, Yamaguchi. Tapi apa mungkin? Karin lalu melirik pada Aron, mungkin pria itu harus menjalani perawatan rumah sakit lagi, ada luka tebasan di tangannya dan itu pasti sakit sekali. Dan, jangan tanya tentang keadaan Leo, karena lelaki itu sekarang dalam posisi mati segan hidup tak mau. Dia terkulai lemas di tanah dengan sekucur tubuh penuh sayatan, ditambah lagi bekas luka tembak yang terus mengalirkan darah. Mengerikan. “Hmm, akhirnya aku benar-benar melihatmu,” suara itu langsung menyadarkan Karin. Pria di depannya buka suara. “Kehormatan bagiku, Tuan Yamaguchi?”
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 48“Utari?”“Maaf kak, siapapun akan mengambil tawaran yang lebih baik.” Kalimat Utari membuat Karin menaikan sudut bibirnya. Matanya sontak melirik pada Leo, pria yang mengajaknya bekerjasama yang berbuntut kesialan seperti ini.Hmm, tapi Karin juga tak memungkiri bahwa kalimat Utari itu benar. Dia juga sekarang sedang mempertimbangkan tawaran mana yang lebih baik.Ikut bersama Garda dan dikejar sebagai penjahat atau berlindung di ketiak Aron.“Aku akan belajar denganmu soal ini,” kata Karin menjawab Utari.“Bagus, sekarang serahkan wanita itu pada kami,” ucap pria dengan tangan terhunus Samurai. “Dia pikir ini jaman apa, masih mondar mandir bawa senjata,” gumam Karin sambil menghela napas. Lalu matanya beralih pada Garda yang sudah mangambil ancang-acang akan memulai serangan.Selang b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 47Karin berada di rumah Utari sekarang, tak jauh dari tempat yang disebut gerombolan kecil itu markas. Setelah berdebat panjang lebar, ketemulah titik terang, bahkan Karin akan berada dalam pengawasan Utari.Mereka sepakat menolak mengantar Karin pulang karena takut gadis itu ingkar.Karin duduk terdiam, mengamati Utari yang dari tadi bolak balik ke kamar lalu keluar lagi. Ada saja barang yang disodorkannya.Mulai dari pakaian ganti hingga kudapan ringan untuk sarapan, ah tapi tadi Karin sudah makan subuh jadi dia tak begitu lapar.“Tak usah repot-repot Utari, aku juga sudah makan tadi,” kata Karin tak enak hati. Bukan apa-apa, jika dilihat dari rumahnya, anak ini bukan dari kalangan menengah ke atas. Bisa saja kue-kue yang diberikan diambil dari kue yang harusnya mereka jual pagi ini.“Bukan aku kak, emak yang suruh. Kakakkan t
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 46Yun termenung, dia masih menunggu Leo siuman usai operasi pengangkatan peluru. Mungkin sekitar 15 menit lagi, kata dokter yang merawatnya.Tapi, 15 belas menit yang ditawarkan terasa lama, bahkan sekarang hari sudah menjelang subuh.“Akhirnya,” kata Yun saat meihat tubuh Leo begerak. Tak lama mata pria tinggi besar itu perlahan terbuka. Yun tahu, sekuat apa pertahanan tubuh orang kepercayaan Aron ini, tak mungkin sampai mati kalau hanya terkena satu peluru saja.“Cepat beri petunjuk dimana terakhir kau meninggalkan Kayra?” tanya Yun terburu. Ya, dia harus bergegas, sebelum Michael Lee tahu perkara ini.Walau Yun tahu pria tua itu masih berjuang melawan rasa sakit mendera akibat luka-luka yang diterima, pasca insiden dengan Garda tempo hari.Leo memandang tajam pada Yun, lalu memberikan alamat dimana dia terpisah terakhir denga
Terjerat Pesona Anak Mafia Chapter 45 Darah bercucuran di lantai, Karin memandang ke arah tangannya yang menggenggam pistol. “Bukan, bukan aku, yang menembak,” gumamnya dalam hati, karena dia memang tak menarik pelatuknya. Walau begitu, Karin kembali disadarkan dengan erangan kesakitan dari Tn. Yamaguchi yang memegang pundaknya. Benar, puluru itu dari arah belakang. Karin memandang dengan seksama, tak lama sosok Leo keluar dari balik sebuah pintu rahasia yang ada di bagian yang tertutup rapi dengan wallpaper. Mungkin itu yang menyebabkannya orang-orang termasuk dirinya tak sadar akan kehadiran orang kepercayaan Aron itu. Leo berjalan dengan tatapan tajam, Tn. Yamaguchi memutar badannya sambil melihat orang yang menembakinya dengan timah panas. “Seharusnya aku tahu akan begini, anjing tetaplah anjing,” kata pria bermata sipit itu pada Leo. Bahasa Inggrisnya terdengar belepotan kali ini, b
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 44Karin sudah bersiap dengan balutan mini dres ketat berwarna hitam, bibirnya berwarna merah terang kontras dengan kulitnya yang putih. Dia tampak menonjol malam ini. Gadis itu berjalan dengan anggun menuju mobil fort hitam yang sudah menunggunya dari tadi.“Bagaimana?” Karin tersenyum menggoda. Leo sampai menghela napas untuk menetralisir degupan jantungnya yang terasa kuat.“Seksi,” kata Leo singkat sambil membukakan pintu mobil. Karin baru saja keluar dari sebuah salon kecantikan yang mengubah penampilannya 180 derajat.Rambutnya panjang terurai, tubuhnya terekspos dengan jelas lekuk-lekuknya bahkan bagian dada terasa sangat vulgar, hingga membuatnya risih sendiri.Gadis itu melirik pada Leo yang sesekali mencuri pandang padanya yang duduk di kursi belakang. Dia sadar tampilannya begitu menggoda, tapi ini dilakukan semata-mata
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 43Yun dan Putri kini duduk berhadapan, sekarang mereka berada di sebuah cafe yang tak terlalu ramai. Walau begitu cafe ini sepertinya diperuntukan bagi kaum kelas atas, tampak dari tampilan orang-orang yang datang.Yun menatap Putri, gadis ini memakai mini dress berwarna merah jambu, kontras dengan warna kulitnya yang putih pucat. Dari caranya berdandan, benar-benar tak seperti orang buta.“Dengan siapa kamu datang?” tanya Yun penuh selidik.“Pengawalku, dia duduk di pojokan, katanya.”“Oh,” kata Yun singkat sambil melihat ke arah pojokan. Ada dua orang wanita yang sedang mengobrol, apa itu? pikir Yun, karena tak ada lagi pojokan yang terisi selain di sana.“Lalu tujuanmu mengajak bertemu apa? cepatlah, aku sedang tak punya waktu sekarang.” Yun menyeruput kopi hitam yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Menarik napas sejenak, menunggu j
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 42Karin menatap Yun dengan seksama, dia (Yun) sedang mengangkat senjata untuk siapa? Karin tak pernah bisa menebak isi hati orang-orang ini.Baik Yun, Leo atau Garda sekalipun, punya maksud masing-masing atas dirinya, lalu dia harus bagaimana? Karin gusar.Tangan Garda kini menggenggam erat tangannya, seketika jantung Karin berdetak kencang. Perasaan bodoh yang selama ini ingin dibuangnya, kembali lagi. Dia, masih memendam rasa pada pria ini.Entah itu suka atau benci, tapi Karin masih peduli.“Kapten pergilah.”“Aku tak mau.”“Aku mohon, aku akan menemuimu nanti.”Garda menoleh pada Karin, ditatapnya mata gadis itu yang memandangnya dengan penuh pengharapan.Pergi sekarang? apa kesempatan ini akan kembali lagi? batin Garda beradu dengan logikanya. Sepersekian detik dia disadarkan dengan su
Terjerat Pesona Anak MafiaChapter 41Karin membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa kaku dan sakit. Ini hari kedua dia tak sadarkan diri.“Eh,” gumamnya pelan saat melihat sosok yang tak asing sedang duduk di samping tempat tidurnya. Sesaat lelaki tinggi tegap itu tak sadar sedang diperhatikan. Dia masih sibuk dengan secangkir kopi hangat yang baru saja selesai diseduh. “Kenapa ada di sini?” Karin mengatakannya agak keras, dia berharap pria itu mendengarnya.“Kamu sudah sadar?”“Hmm.” Pria itu terlihat kaget namun senang, tergambar jelas dari ekspresi wajahnya. Dia meletakkan bukunya, dan tak lagi sibuk menyeruput kopi hitam itu.Dia fokus pada Karin yang terkulai lemas di ranjang rumah sakit, diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya erat.“Apa masih sakit?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya.