Saat ini Lysia sedang memijat sendiri kakinya yang terasa pegal. Selama seharian penuh, Lysia terus saja mencuci dan menjemur serta menyetrika pakaian. Hidup sendiri tanpa ada yang menemani membuat Lysia mau tidak mau harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun kehamilannya sudah semakin bertambah besar. "Kaki-kaki ini mulai membengkak, rasanya pegal sekali," gumam Lysia pelan. Lalu, dia pun mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit itu. "Nak, maaf ya selama ini bunda selalu buat kamu kelelahan. Bunda tidak ada pilihan lain agar bisa memenuhi kebutuhan hidup kita. Bunda harap kamu baik-baik saja ya sayang di dalam sana," ucap Lysia tulus terhadap perutnya sendiri. "Sampai saat ini bunda terus bersembunyi agar tidak ditemukan oleh ayahmu. Apakah mungkin ayahmu sudah tidak mencari keberadaan bunda lagi?" gumam Lysia penasaran.Lysia selalu diam di dalam rumah dan hanya keluar untuk menjemur pakaian. Sesekali dia juga berkeliling di komplek ini untuk mencari orderan
Lysia mengerutkan kening. Dia tidak nyaman dengan ucapan Bu Prita dengan kata menggantikan menantunya. "Bu, saya tidak bisa pergi," tolak Lysia. Bu Prita langsung menggenggam tangan Lysia dengan erat. "Lysia, tolonglah selamatkan martabat keluarga kami. Kalau sampai semua orang tahu kalau kami datang tanpa menantu. Maka mereka akan berpikir yang tidak-tidak. Mereka akan berpikir kalau hubungan keluarga kami kurang harmonis. Walaupun kenyataannya seperti itu, tapi kami tidak ingin publik mengetahuinya. Itu bisa menjadi ancaman untuk proyek suamiku," mohon Bu Prita. Lysia kehabisan kata-kata, dia tahu sepak terjang keluarga kelas atas di Larkspur. Jika ada orang yang sedang merintis usaha, juga jika ada orang yang tidak disukai. Maka mereka akan mencari titik selemah apapun, dan membuat bencana. Bu Prita dengan cepat langsung saja menyodorkan sebuah tas berisikan pakaian mewah yang baru mereka beli untuk Lysia. "Cepatlah bersiap, Lysia. Ini pakailah, kau akan terlihat cantik jika
Tatapan semua orang tertuju ke arah Lysia. Mereka melihat begitu anggun dan cantiknya dia. Mengenakan dress malam yang berwarna merah, semakin menonjolkan warna kulitnya yang putih berseri. Ditambah tonjolan perutnya yang sedang mengandung, malah membuat kesan menggemaskan di mata semua orang. "Beruntung sekali pria yang menjadi suaminya." Beberapa pria terpana serta merasa iri terhadap orang yang menjadi suami dari Lysia. Disisi lain juga para wanita menganga melihat kecantikan itu. Kenapa dia terlihat begitu bersinar? Mungkinkah karena kehamilannya itu bisa membuat aura wajah seorang wanita menjadi semakin terpancar? Yandi dengan cepat langsung saja menggenggam tangan Lysia. Dia ingin agar terlihat seperti pria yang gagah yang akan terus menjadi pelindung sang Dewi. Lysia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan oleh Yandi. Bagaimana pun mereka tidak saling mengenal, dan Lysia bukanlah siapa-siapa Yandi. Dia berada disini hanya untuk memenuhi permintaan Bu Prita sebagai pel
Lysia mencoba untuk melepaskan tubuh Garry yang menghimpit tubuhnya. “Garry, tolong jangan seperti ini. Aku bukan siapa-siapa kamu, mulai sekarang jangan pernah untuk mencari aku,” ucap Lysia pasrah. Dia harus bersikap seperti ini agar Garry tidak terus berharap terhadapnya. Lysia tahu kalau Garry memang masih terus setia untuk mengejarnya. Garry menggenggam erat tangan Lysia dengan tatapan yang sendu, “Lysia, aku mencintaimu. Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi seperti ini? Tolong jangan terus menghindari aku,” mohon Garry. “Apakah itu anak Ivander, Lysia?” tanya Garry. Bahkan dia rela untuk menjadi ayah sambung anak yang dikandung Lysia. Jika Lysia mau bersama dengannya. “Iya, jadi tolong jangan pernah dekati aku,” jawab Lysia. “Kalau begitu, kenapa kamu pergi bersama keluarga lain? Siapa mereka?” tanya Garry dengan sendu. “Dia ….” Lysia membuang muka, lalu dia pun mencoba untuk menjelaskan kepada Garry. “Dia adalah keluarga baik-baik yang mau mengajakku kemari,” jawab
Ivander menendang orang yang mendekatinya dan hendak berlari untuk kabur. Dia bahkan sampai berguling dan terus menghindar karena tembakan demi tembakan terus di luncurkan ke arahnya. “Menyerahlah Ivander! Kau tidak akan bisa melawan kami!” Namun, Ivander tetap berlari dan saat ini sedang bersembunyi di belakang mobil yang berjejer di parkiran tersebut. Nafas Ivander terengah, lalu dia mengambil sebuah ponsel yang ada di dalam sakunya. “Kalau dilihat dengan baik, maka aku sudah mengetahui siapa yang berani mengusikku,” geram Ivander. Ivander baru menyadari lambang naga berapi yang dipakai di punggung pakaian hitam mereka. Dia adalah gangster terkuat di Sharklig. Namun, yang Ivander tidak mengerti adalah, kenapa mereka berani mengusik Ivander sekarang? Karena dulu mereka bahkan selalu berlutut jika berhadapan dengannya. Mungkin mereka mengira kalau Ivander lemah dan benar-benar diasingkan dari kelompok Marvori serta dikeluarkan dari keluarga Brxian Dxel. Sehingga mereka sampai me
Lysia membeku, dia bahkan merasa sulit untuk berkedip. Orang itu … orang itu benar-benar ada didepannya sekarang. Garry tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Rumor mengatakan bahwa Ivander sedang berada di dalam pengasingan. Kenapa secara kebetulan dia tiba-tiba saja ada dihadapannya kini. Ivander belum memperhatikan ke arah depan. Dia masih membersihkan diri yang dipenuhi oleh dedaunan dan debu yang menempel di bajunya. Begitu dia melihat ke depan, betapa terkejutnya dia ketika melihat Lysia dengan tampilan yang berbeda. Ivander tercengang melihat wanita yang selama ini membuat dia menderita ada di hadapannya. Sungguh ini adalah kebahagian yang tidak bisa untuk dilukiskan.“Lysia …,” ucap Ivander teriris perih. Lysia terlihat begitu cantik dengan balutan dress merah menyala yang dihiasi oleh blink-blink indah. Perutnya terlihat buncit dan menggemaskan. Namun, yang lebih membuat Ivander kecewa adalah Garry yang saat ini sedang memeluk Lysia dengan kedua tangannya. Ivander rasany
“Irfan, mengapa kamu melakukan itu terhadap suamiku?” desak Lysia. Saat ini mereka berdua berada di rumah Lysia yang dulu dibelikan oleh Irfan.“Kenapa kamu terlihat begitu cemas? Bukankah kamu sangat membencinya? Bukankah dia yang selalu membuatmu menderita?” balas Irfan. Irfan tidak habis pikir dengan apa yang Lysia lakukan. Dia terlihat panik melihat kondisi Ivander, Irfan tidak habis pikir mengapa Lysia seperti itu. Seharusnya Lysia berterima kasih terhadapnya karena sudah menyelamatkannya dari Ivander. “Karena kamu tidak perlu sampai membunuhnya seperti itu,” ucap Lysia gemetar. Entah mengapa dia tidak tega dan tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Irfan. Seharusnya Irfan tidak perlu untuk menembak Ivander. “Kamu seharusnya bersyukur kepadaku, Lysia. Kalau aku tidak melakukan itu, maka kamu tidak akan bisa lari. Dia akan menangkapmu nanti,” jawab Irfan. Lysia terdiam dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia sungguh mencemaskan kondisi Ivander. Walaupun Ivander selalu be
“Ivan, kenapa bisa kamu tertembak seperti ini? Andai kami tidak menemukan kamu. Maka mungkin kamu tidak bisa tertolong,” ucap Kylie. Ivander masih saja terdiam. Di dalam pikirannya hanya ada Lysia saja, Ivander ingin bersujud di depan Lysia untuk meminta maaf. Bahkan Ivander tidak akan memaksa Lysia untuk bersama dengannya jika memang Lysia tidak menginginkan itu. Perasaannya sekarang sudah dikuasai penuh oleh Lysia. Sehingga Ivander hanya ingin mendapatkan permintaan maafnya itu sudah lebih dari cukup. “Yang Ivan lihat hanyalah Lysia, Ma. Dia terlihat cantik malam itu dengan perut buncitnya yang terlihat menggemaskan,” terang Ivander. Lalu, dia pun melirik ke arah Irfan yang sedang memainkan ponselnya. Hatinya tambah terluka karena rupanya Irfanlah yang ingin membunuhnya.Sebelum Ivander kehilangan kesadaran, Ivander sempat melihat kebelakang sekilas dan melihat Irfanlah yang sudah menembaknya dengan senjata api. Ivander tidak ingin mengungkapkan kebenaran itu terhadap Kylie dan