Lysia langsung menutup pintu dan kembali ke dalam kamarnya. Dia mengurung diri di dalam dan menangis tersendu-sendu. "Ivander monster! Brengseknya dia bajingan." Lysia jijik dengan pria seperti Ivander dan berharap bisa lari dari keadaan ini suatu saat nanti. Di kamar sebelah ….Ivander langsung mendorong tubuh Cecilia saat berhasil melakukan pelepasan. "Sudah cukup, sekarang kau bantu aku untuk mandi!" suruh Ivander. Cecilia tersenyum, dia bahagia karena bisa terus bersama dengan Ivander dan melayaninya walaupun pria yang dia suka ini sudah menikah. Akan tetapi, rupanya Ivander benar-benar tidak melupakannya."Sayang, aku akan melakukan apapun untukmu," jawab Cecilia dan langsung memapah Ivander untuk berjalan ke dalam kamar mandi. Namun, tiba-tiba saja ponsel Cecilia berdering. Dia pun berhenti sejenak dan meminta izin kepada Ivander untuk mengangkat ponselnya yang berdering. "Honey, ada panggilan mendadak. Aku akan mengangkatnya dulu," jelas Cecilia. Ivander mengangguk dan
Suasana di meja makan begitu mencengkam. Ivander berada di kursi pemimpin, sedangkan Lysia di sampingnya. Juga Cecilie berada di sisi yang lainnya. "Honey, aku akan menyuapimu," ucap Cecilia. Ivander diam saja melihat reaksi Lysia yang hanya diam dan tidak merespon apapun ketikan Cecilia mengatakan hal itu. Bi Surti berdiri di belakang Cecilia dan berharap kalau Lysia akan bersuara dan menawarkan diri untuk menyuapi suaminya karena sedang terluka. "Cecilia, pergilah!" usir Ivander, dia mulai bosan dengan Cecilia. Cecilia merasa kesal dan malu, kenapa Ivander harus mengusirnya dihadapan Lysia? Yang berarti hal itu membuktikan bahwa Ivander memilih wanita itu. Sungguh Cecilia rasanya ingin menusukan pisau yang ada di atas piringnya kepada Lysia yang berwajah datar. Bi Surti tersenyum ketika mendengar itu dan berharap Ivander bisa membuka hati kepada Lysia. Lysia pun mulai menyendok makanan dan hal itu malah membuatnya dibentak oleh Ivander. "Kau … kau tidak boleh makan sebelum s
Lysia tertidur dengan pulas, dia memimpikan orang tuanya dan melihatnya dengan air mata. Terlihat bahwa orang tuanya menangis dan ingin mengungkapkan sesuatu. Namun, mereka langsung menghilang begitu saja. "Papa … Mama." Lysia berteriak untuk memanggil kedua orang tuanya. Bahkan teriakannya itu sampai membangunkan dirinya sendiri. Lysia terduduk dan langsung memeluk lututnya yang mulai bergetar. Dia sungguh merindukan orang tuanya yang telah tiada itu. Namun, tiba-tiba saja Lysia melihat Ivander yang langsung membuka pintu dengan kasar. Brak!!! Lysia terkejut dan melihatnya dengan takut. Pria itu terlihat tidak baik-baik saja. Ivander melangkah dengan gagah, tatapannya lurus dan tajam memandangi wajah Lysia yang polos tanpa make-up. Namun, terlihat begitu bersinar dan membangkitkan gairah dalam diri Ivander. "Lysia," ucap Ivander langsung saja membuka jas yang melekat di tubuhnya. Dia tidak sabar untuk melakukannya lagi. Lysia mencoba untuk menghindar dan akan langsung beranj
"Garry … aku baik-baik saja," saut Lysia pelan, dia pun kembali memilih sayuran yang ada dihadapannya. Lysia mencoba untuk menahan diri dan sungguh tidak akan membiarkan dia menangis di hadapan Garry."Lysia, aku sungguh ingin bertemu denganmu. Aku tidak ingin kamu menghilang lagi, tolong berikan nomor ponselmu," pinta Garry. Garry tidak akan membiarkan Lysia menghilang lagi, sudah cukup dia kehilangan Lysia waktu itu dan sampai gila gara-garanya. Sekarang dia harus mendapatkan Lysia. Lysia sungguh ingin memeluk pria yang ada di hadapannya ini. Garry saat ini sedang mengenakan baju kaos santai dan jeans, dia terlihat begitu menawan layaknya anak muda jaman sekarang.Lysia bingung, dia tidak memiliki ponsel. Andai dia punya, dia akan memberikannya. "Garry, aku … aku tidak punya ponsel," balas Lysia. Garry tidak begitu terkejut, dia tahu kalau keluarga Willsom itu sudah bangkrut. Jadi, mungkin gadis ini memang sedang sangat kekurangan dalam masalah finansial, maka dari itu Garry san
Ivander terdiam dan langsung pergi meninggalkan Lysia sendiri. Sedangkan Lysia menangis, dia memperhatikan setiap luka yang ada di tubuhnya sampai mengeluarkan cairan berwarna merah."Sungguh kejam sekali dirimu, Ivan. Andai aku bisa pergi sekarang juga aku ingin kabur dari tempat yang seperti neraka ini," gumam Lysia. Dia beranjak dan mencari kotak pengobatan, dia pun menuangkan obat merah ke sebuah kapas dan langsung mengobatinya sendiri. ***Garry begitu kesal dengan kejadian yang sudah terjadi di supermarket tadi. Dia geram kenapa ada pria yang membawa Lysia pergi dan mengaku sebagai suaminya. Kapan Lysia menikah?Saat ini dia sedang berada di rumah Arini, untuk menceritakan kejadian tadi. Arini datang membawa nampan berisikan air minum, "Garry, pasti akan ada kesempatan lain, oke. Kamu jangan terus marah-marah seperti itu," saran Arini. Garry mendengus, "aku sungguh tidak menyangka kalau Lysia sudah menikah. Kapan dia menikah dengan pria itu dan mengapa dia melakukan itu tanp
Wajah Ivander begitu masam, begitu tidak enak dilihat. Dia mempunyai ego yang tinggi dan tidak mungkin mau untuk meminta maaf. Dia pun langsung saja duduk di samping Kylie dan membawa piring untuknya makan. Kylie menatap Ivander tajam, dia yakin kalau sang putra tidak mau meminta maaf. Sedangkan Lysia, dia pun hanya bisa diam dan melanjutkan makan malamnya tanpa harus memperdulikan Ivander. "Ivan, jadi sekarang kau sudah berani membantah Mama?" tanya Kylie. Ivander berdecak sebal, "tapi, Ma. Dia yang salah. Dia berani berduaan dengan pria itu," jelas Ivander. "Jadi kau cemburu hah?" tanya Kylie ingin sang putra mengatakan perasaannya. "Ma … tidak seperti itu," sargah Ivander bingung hendak menjelaskan. "Apa salahnya kamu cemburu terhadap istrimu sendiri? Mama malah suka akan hal itu," jelas Kylie. Ivander membuang muka, andai mamanya tahu kalau pernikahan ini tidak akan berjalan lama. Sungguh Ivander tidak mau menjadi budak cinta dan akan tergila-gila oleh cinta seperti Praki.
Kylie mendorong pintu kamar Ivander dan rupanya Lysia dan Ivander masih saling mendekap dan tertidur pulas. Ini adalah waktunya untuk Kylie pergi, tapi rasanya dia tidak ingin mengganggu mereka berdua yang terlihat begitu dekat. "Semoga saja hubungan kalian menjadi lebih kuat," gumam Kylie, lalu menutup pintunya rapat-rapat dan memutuskan untuk langsung pergi ke bandara sendiri.***Ivander membuka mata, lalu tubuhnya merasakan kehangatan di samping Lysia. Rupanya saat ini Lysia sedang mendekapnya dengan erat. Ivander pun menyimpan telapak tangannya di pipi mulus itu. Lalu, menatapnya dengan intens. "Perasaan nyaman apakah ini?" gumam Ivander pelan, dia begitu merasa aneh dengan perasaan nyaman yang terjadi terhadap dirinya. Sebelumnya dia tidak pernah tidur dengan wanita seperti ini. Setiap setelah bercint* Ivander selalu langsung pergi meninggalkan pasangannya. Sekarang terlihat Lysia yang hendak membuka mata, Ivander pun langsung saja membuang muka dan beranjak duduk. Lysia m
Degh!!! Pertahanan Lysia goyah. Dia tidak bisa sampai seperti ini, sudah tidak sanggup untuk menahannya lagi. Untuk apa suaminya itu memanggil wanita lain, sementara barusan saja mereka sudah melakukan hubungan itu. Bahkan Ivander melakukannya dengan kasar dan menyiksa. Wanita seksi itu berdecak, dia melihat penampilan Lysia yang berantakan dengan rambut yang diikat acak dan wajah yang memar serta tangan yang merah-merah. "Dimana Tuan Ivander?" tanyanya, membuat Lysia tidak sanggup lagi membendung air mata. "Pergilah kau dari sini, aku tidak akan membiarkan kau menemui Ivander!" bentak Lysia. Lysia pun mencoba untuk menyeret wanita seksi itu agar pergi. Namun, wanita itu menolak dan malah memberontak. "Tuan Ivander sudah membayar, jadi saya tidak akan pergi sebelum menyelesaikan pekerjaan!" Jelasnya semakin menjadi-jadi. Lysia merasa panas, kenapa Ivander terus-menerus menyakitinya? Selain Cecilia, pria itu sampai menyewa wanita lain. Kenapa itu semua dilakukannya? Rasanya Lysi