"Bu, ini sudah malam. Aku dan Dimas mau pulang dulu."Begitu melihat jam, ternyata sudah hampir jam 10 malam.Sebenarnya, Amel masih sangat merindukan ibunya. Sebelumnya, Amel dan ibunya sering mengobrol secara diam-diam di bawah selimut. Namun, sekarang Amel sudah menikah. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan Dimas.Meskipun Lili merasa sangat berat hati, dia juga tahu jika putrinya itu sudah menikah dan sudah menjadi milik suaminya. Lili tidak boleh menghalangi kebahagiaan putrinya.Beberapa hari ini, Gibran harus pergi ke luar kota untuk memberikan kuliah dan baru kembali dalam beberapa hari. Lili pun tinggal sendirian di rumah dan merasa sangat kesepian.Lili memberi nasihat dengan lembut, "Baiklah, hati-hati di jalan. Sering-seringlah pulang ke rumah. Ayah dan Ibu sangat merindukan kalian.""Ya, aku mengerti."Amel dan Dimas berpamitan kepada Lili, kemudian bersiap untuk pulang.Dalam perjalanan pulang, Amel tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas. "Malam ini jauh lebih
"Dimas, aku sudah mandi. Cepatlah mandi."Amel keluar dengan mengenakan pakaian tidur dan rambut yang masih basah. Saat ini, dia sedang mengeringkannya dengan handuk.Dimas menyimpan ponselnya, lalu berkata sambil tersenyum pada Amel, "Aku akan segera mandi."Hanya saja, Amel yang barusan keluar dari kamar mandi tampak seperti apel yang dicuci dengan air, segar dan lezat.Dia membuat orang tidak bisa menahan diri untuk mencicipinya.Dimas menunduk untuk melirik sesuatu di bawahnya yang tidak mau menurut. Tampak kilatan bahaya di matanya. Namun, Dimas menyembunyikan emosinya dengan baik.Tubuh Dimas jelas menginginkan Amel. Namun, sepertinya Amel tidak paham.Dimas berjalan mendekat. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengambil handuk dari tangan Amel dan berkata dengan lembut, "Biar kubantu mengeringkan rambutmu. Rambutmu terlalu panjang, sampai-sampai membasahi pakaian tidurmu.""Ah, nggak ... nggak usah."Keintiman yang mendadak membuat Amel merasa agak kurang nyaman.Namun, Dim
Dimas mengalihkan pandangannya dan berkata, "Yunita bilang, dia ingin memberikan hadiah pernikahan untuk kita. Tapi, barang-barang lainnya terlalu mahal. Dia baru saja mulai bekerja dan nggak punya banyak uang. Bagaimana kalau aku bilang padanya untuk membelikan kita pakaian tidur saja?""Ah, apa ini pantas? Barang seperti itu mendingan nggak usah saja."Dimas merendahkan suaranya, "Kalau begitu, aku hanya bisa menyuruhnya memilih kosmetik. Dia sangat ingin memberikannya padamu. Sebagai anggota keluarga di Kota Nataya ini, setelah menikah, kita belum sempat bertemu dengan orang tua. Kita berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hadiah dari Yunita ini mewakili pengakuan Keluarga Cahyadi kepada kamu. Kalau kamu nggak mau menerimanya, aku rasa Yunita pasti akan sangat sedih."Raut wajah Dimas yang tampak begitu menyedihkan, meluluhkan hati Amel.Selain itu, Dimas sudah mengatakan jika hadiah dari Yunita mewakili sikap Keluarga Cahyadi. Jika Amel terus menolaknya, dia justru malah akan
"Uhuk, uhuk." Tiba-tiba, Dimas batuk dengan keras.Amel bergegas memberikan segelas air dan menepuk punggung Dimas dengan pelan, "Ada apa? Apa kamu masuk angin?"Dimas menerima gelas dan meminum airnya, kemudian berkata, "Bukan, aku hanya sedikit terkejut. Aku akan mengenalkan kalian kalau ada kesempatan lain."Amel tersenyum dan mengangguk, "Baiklah. Kita memang harus mentraktirnya makan karena dia sudah membantu kita.""Ya," jawab Dimas. Namun, dia sedang memikirkan cara untuk mengatasi hal tersebut dalam hatinya."Apa yang sedang kamu tulis?""Rencana pembukaan toko, aku berencana ...."Sebelum sempat selesai bicara, tiba-tiba Amel mendapatkan panggilan video WhatsApp.Begitu dilihat, ternyata orang yang menelepon adalah Lidya."Huh, ternyata dia masih ingat padaku, kupikir dia sudah lupa pada teman baiknya ini." Meski berkata demikian, Amel tetap menyunggingkan senyuman.Bagaimanapun juga, Amel sudah menikah, jadi dia juga sangat senang melihat teman baiknya punya pacar.Amel pun m
Loh? Kenapa ini berbeda dengan yang dikatakan Lidya sebelumnya?Sebelumnya, Lidya berkata bahwa Markus adalah pria tampan yang tinggi dan punya otot perut, selain itu juga pandai bicara.Padahal belum lama, tapi Lidya sudah memanggilnya dari si tampan menjadi pria itu?Awalnya, Amel mengira bahwa pacar Lidya adalah orang yang dijodohkan dengannya terakhir kali."Aduh, jangan bahas soal dia lagi. Senin nanti aku harus bagaimana? Aku sudah menyetujui ibuku untuk membawa pacar ke rumah. Dia bahkan bilang ingin mengundang keluargamu untuk datang makan! Benar-benar memusingkan!"Ekspresi Lidya cemberut.Bagaimanapun juga, dia tidak mungkin bisa mencari pacar dalam waktu sesingkat ini.Amel pun melambaikan tangannya sambil berkata, "Aku juga nggak tahu, lebih baik kamu langsung mengaku saja pada Bibi Mirna.""Baiklah, kalau kamu merasa aku bisa hidup dengan lebih baik setelah kartu kreditku dimatikan, bilang saja pada ibuku kalau aku nggak punya pacar."Demi uang, masalah ini harus diatasi.
"Dimas ...."Amel mendorong lengan Dimas dengan pelan, tapi lengan pria itu sama sekali tidak bisa digeser, Dimas juga tidak merespons.Amel tahu bahwa Dimas lumayan bertenaga, tapi dia tidak menyangka bahwa pria yang tidur akan seberat ini.Kalau dipikir lagi, Dimas pasti sangat lelah. Hari ini, Dimas menemaninya ke toko dan ke luar toko untuk melakukan pemeriksaan. Malamnya, Dimas juga menemaninya kembali ke rumahnya untuk dimarahi.Wajar kalau Dimas kelelahan.Namun, bukankah Dimas terlalu cepat tertidur?Selain itu, bukankah ucapan Dimas barusan sangat memalukan?Di tengah kegelapan, wajah Amel sangat merah. Amel mengeluarkan tenaga dan mencoba untuk melepaskan diri dari tubuh Dimas yang seperti besi.Namun, Dimas yang tertidur benar-benar berat."Huh. Sudahlah, aku juga sudah sangat lelah."Amel menghela napas. Dias merasa saat ini mereka terlalu intim. Namun, di satu sisi, Dimas tidak melakukan apa-apa. Di sisi lain, dia merasa bahwa mereka adalah suami istri yang sah, jadi tidak
Amel merasa heran karena belakangan ini dia tidak membeli barang. Apakah mungkin Dimas yang membelinya?"Apakah Anda Bu Amel Santoso?" tanya kurir paket dengan sopan sambil membawa dua buah paket."Eh ... benar, dengan saya sendiri."Kurir paket itu tersenyum sambil berkata, "Halo, ini adalah paket untuk Anda, silakan diterima.""Paketku?" Amel menerima paketnya dengan kebingungan. Dia memeriksa detail paket dan nama penerima, benar bahwa yang tertera adalah namanya sendiri.Namun, dia tidak membeli apa-apa.Setelah melihatnya dengan lebih saksama, nama pengirimnya adalah 'Penggemar Winnie the Pooh'.Nama samaran ini benar-benar luar biasa.Dia tidak mengenali nomor telepon dan nama pengirim, sepertinya nama teman baik dan keluarganya tidak ada yang seperti ini. Jangan-jangan ini nama samaran Dimas?Berpikir sampai sini, Amel merasa agak konyol."Apakah aku boleh tahu apa isi kedua paket ini?"Kurir paket itu menggelengkan kepala, kemudian berkata sambil tersenyum, "Maaf, kami juga ngg
"Ternyata begitu."Amel tiba-tiba menyadari bahwa meski dia tidak mengetahui apa hadiah dari Yunita, bagaimanapun ini adalah bentuk perhatian dari wanita itu. Dia berpikir untuk membuka hadiah tersebut setelah Dimas kembali."Kalau begitu aku akan menyimpannya dulu, lalu baru membukanya setelah kamu kembali.""Oke."Dimas memikirkan janji sepupunya, tapi dia tidak menyangka piama itu akan tiba secepat ini. Saat memikirkan Amel memakainya, Dimas merasakan gelombang kegelisahan.Setelah buru-buru menutup telepon, Dimas berpikir sejenak, lalu berkata pada Irfan, "Selesaikan apa yang aku suruh secepat mungkin. Temui aku malam ini."Irfan bergumam setuju, lalu menyeka keringatnya sebelum mengantarkan kepergian bosnya.Mengenai pencarian toko, Amel melakukannya dengan penuh perhatian. Setelah benar-benar melakukan semua ini, dia baru menyadari bahwa idenya untuk membuka toko masih kurang matang.Meski semua aspek sudah dipertimbangkan dengan cukup matang, Amel baru menyadari betapa sulitnya