Share

Bab 514

Penulis: Lucy
'Gawat sudah, sepertinya bonus bulan ini nggak akan keluar!' gumam Irfan. Dia diam-diam berspekulasi di dalam hatinya, karena dia sudah mengenal temperamen Dimas dengan sangat baik.

Tidak jauh di luar toko makanan penutup Amel, terparkir sebuah mobil hitam.

"Nyonya, apakah kita masih perlu tinggal di sini?" tanya sang sopir dengan ragu.

"Ayo pergi saja," ucap wanita itu sambil mengalihkan pandangannya. Dia sudah merasa cukup puas dengan menantunya ini.

Begitu Dimas masuk ke dalam mobil, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menemukan nomor yang dikenalnya. Tidak lama kemudian, panggilannya segera tersambung.

"Bu, kenapa Ibu nggak bicara dulu kalau datang ke Kota Nataya?" tanya Dimas dengan nada mengeluh.

"Kenapa aku harus mendapat persetujuanmu dulu kalau mau melakukan sesuatu?" tanya Bela sambil mendengus dingin.

"Apa Ibu pergi mencari Amel?" tanya Dimas langsung pada intinya.

"Ya benar. Dasar bocah nakal, kamu benar-benar hebat, ya. Kamu bahkan nggak datang berkunjung setelah menerim
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 515

    "Bukan berarti aku nggak mau pulang. Pertama, beri tahu Ibu kapan kamu berencana memberi cucu untuk kami?" tanya Bela dengan kilatan di matanya.Dimas menggerakkan sudut mulutnya, kemudian menyahut, "Secepat mungkin." Dia menggertakkan giginya."Baiklah, Ayah dan Ibu sudah membuat kesepakatan. Ketika kalian punya anak, kami berdua akan fokus membesarkan anak kalian. Tunggu sampai anak itu agak besar, kami akan membawanya bepergian," ujar Bela yang sudah mulai memikirkan hal-hal indah di masa mendatang."Bu, sekarang bukannya masih terlalu awal untuk memikirkan hal itu?" sahut Dimas. Dia tak bisa menahan diri untuk membuat ibunya menyadari kenyataan."Sama sekali nggak. Ayahmu sudah memesankan tiket pesawat untuk Ibu besok pagi. Ibu akan kembali besok pagi," jawab Bela. Dia menghentikan senyum di wajahnya dan menjadi serius.Dimas tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajahnya, kemudian berkata, "Benarkah? Kalau begitu hati-hati di jalan!""Sepertinya kamu sangat berharap Ibu cepat p

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 516

    Suara klakson yang keras terdengar dari belakang, Amel langsung bergidik ketakutan dan segera menarik diri dari pikirannya. Amel baru menyadari bahwa lampu merah sudah berubah menjadi hijau. Dia pun dengan cepat menyalakan mesin dan bergegas pergi.Ketika kembali ke toko, Clara langsung mendatangi Amel dan berkata, "Kak Amel, hari ini penjualan toko kita cukup lumayan bagus.""Benarkah? Nanti kamu bisa membuat perhitungan untuk melihat makanan mana yang terbaik. Aku akan pergi membeli bahannya besok pagi," ujar Amel dengan sedikit linglung."Oke, nggak masalah. Kak Amel, sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa ada masalah?" tanya Clara dengan hati-hati.Amel menggelengkan kepalanya, kemudian menjawab, "Nggak apa-apa."Begitu selesai berbicara, ponsel Amel tiba-tiba berdering. Dia pun segera menjawabnya."Amel, nanti setelah pulang kerja, kamu dan Dimas pulang ke rumah untuk makan malam, ya!" ujar Lili. Suaranya terdengar sangat bahagia di telepon, tidak lagi tertekan seperti seb

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 517

    "Oh ya, Sayang, tadi pagi ada pelanggan terhormat yang datang ke toko kita," kata Amel sambil berpura-pura bersikap antusias."Pelanggan terhormat? Pelanggan seperti apa?""Dia adalah wanita yang berusia sekitar 40 tahun. Dia mengenakan merek mewah dari ujung kepala sampai ujung kaki. Harga pakaiannya mungkin cukup bagi kita untuk membeli rumah. Dari auranya, sepertinya dia istri orang kaya," kata Amel sambil memperhatikan wajah Dimas.Ekspresi Dimas tidak berubah. Amel merasa makin gelisah dalam hati. Dia sudah mengatakannya sampai sejauh ini. Mustahil jika Dimas tidak tahu siapa yang sedang dia bicarakan."Mungkin karena makanan penutup yang kamu buat sangat lezat. Jadi, bahkan istri orang kaya juga menyukainya," puji Dimas.Pada dasarnya, kue yang dimakan oleh keluarga dengan status sosial yang tinggi adalah kue yang dipesan khusus dari restoran bintang lima atau lebih. Hampir tidak pernah ada dari mereka yang pergi ke toko makanan penutup kecil seperti milik Amel untuk membeli kue.

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 518

    Melihat Lili yang begitu bertekad, semua orang pun akhirnya mengalah."Oke. Karena kamu sudah mengambil keputusan, terserah padamu saja," kata Gibran dengan acuh tak acuh.Setelah makan malam, Amel dan Dimas menemani Lili mengobrol sebentar di sofa, kemudian bersiap untuk pulang."Bu, ini sudah malam. Bukankah Ibu masih harus bekerja besok? Cepatlah istirahat. Kami mau pulang dulu," kata Amel sambil berdiri."Tunggu sebentar, Amel. Setelah mengalami semua ini, aku nggak akan terburu-buru membelikan rumah untuk adikmu. Masih ada 100 juta di kartu ini. Apa kalian berdua mau mengambilnya?"Lili selalu merasa bersalah di dalam hati. Ditambah lagi, uang 600 juta itu bisa dia dapatkan kembali karena bantuan Dimas. Itu sebabnya Lili ingin memberikan 100 juta kepada Dimas dan Amel."Bu, kami nggak menginginkan uang ini. Simpan saja untuk Ayah dan Ibu." Sebelum Amel bisa mengatakan apa pun, Dimas sudah terlebih dahulu mendorong kembali kartu ATM itu."Kalian ambil saja uang ini. Terimalah agar

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 519

    "Lili, sepertinya Lidya sedang pacaran." Mirna merendahkan suaranya dan berkata dengan ekspresi misterius di wajahnya."Benarkah? Bagaimana kamu bisa tahu? Apa Lidya yang memberitahumu?"Mirna menggelengkan kepalanya. "Beberapa hari yang lalu, aku nggak sengaja mendengar Lidya sedang mengobrol dengan pria itu di telepon. Kedengarannya mereka berdua sedang menjalin hubungan.""Sulit untuk menyimpulkan hal semacam itu. Kenapa kamu nggak tanya saja sama Lidya? Kalau dia benar-benar lagi pacaran, suruh dia membawa pacarnya itu ke rumah untuk bertemu dengan kita. Jadi, kita juga bisa menilainya."Lili tidak akan pernah menyangka jika kekasih Lidya itu adalah putra kesayangannya sendiri."Hari ini hari Sabtu. Lidya nggak kerja. Aku berencana pergi ke rumahnya untuk membawakannya beberapa sosis, sekalian mengorek-ngorek informasi darinya."Setelah mengantar Lili pulang, tanpa mampir dahulu ke rumah Lili, Mirna langsung pergi ke rumah Lidya.Sementara itu, Lidya yang sedang berada di rumah dan

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 520

    Mirna berdiri di ambang pintu kamar tidur dan melihat sekeliling. Kemudian, dia menoleh dengan marah, menatap Lidya, lalu bertanya, "Apa kalian berdua tinggal bersama?"Di dalam lubuk hatinya, jantung Lidya berdegap kencang tak karuan. Dia begitu gugup, hingga tidak tahu harus berkata apa."Bibi Mirna, Bibi salah paham. Kami nggak tinggal bersama. Aku baru saja datang hari ini.""Sudahlah. Apa menurut kalian, aku ini bocah kecil yang baru berusia tiga tahun? Coba lihat. Siapa pun yang melihatnya pasti akan tahu kalau kalian berdua tinggal bersama." Mirna menunjuk baju tidur Andi yang ada di atas ranjang.Jika mereka berdua tidak tinggal bersama, kenapa baju tidur Andi bisa muncul di kamar tidur Lidya? Lidya dan Andi langsung tidak bisa berkata-kata.Mirna keluar dari kamar tidur dengan wajah murung, lalu duduk di sofa dengan marah. Suasana di ruang tamu menjadi sangat sunyi. Andi dan Lidya berdiri di depan Mirna dengan kepala tertunduk, layaknya dua anak kecil yang sudah melakukan kesa

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 521

    "Memangnya apa lagi? Apa kalian ingin aku menyembunyikannya bersama kalian, lalu berpura-pura nggak ada yang terjadi ketika aku bertemu Lili?" tanya Mirna. Dia sama sekali tidak mungkin bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa, lalu berinteraksi dengan Lili seperti biasa.Mirna menghubungi nomor Lili tanpa ragu-ragu. Panggilan itu pun segera tersambung."Lili, aku minta maaf padamu. Tolong kamu segera datang ke tempat tinggal Lidya," kata Mirna dengan penuh kesedihan."Mirna, apa yang terjadi? Kamu tunggu, ya. Aku akan segera ke sana. Jangan khawatir." Lili mengira sesuatu telah terjadi pada Lidya. Dia pun buru-buru menutup telepon.Lili khawatir masalah ini akan membutuhkan banyak bantuan, jadi dia mengirim pesan kepada Amel dalam perjalanan."Cepat datang ke rumah Lidya. Sepertinya telah terjadi sesuatu. Aku juga sedang dalam perjalanan ke sana."Dimas baru saja menjemput Amel, lalu berkendara pulang saat Amel mendapat pesan itu."Sayang, cepat pergi ke rumah Lidya. Sepertinya sudah t

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 522

    Lili menyerahkan selembar tisu pada Mirna dengan cemberut. Mirna menyeka air mata di wajahnya, lalu berbalik untuk menatap Lidya dengan marah sebelum berkata, "Katakan semua yang sudah kamu lakukan."Lidya menggigit bibirnya, merasa sulit untuk mengatakan tentang hal ini."Bu, sebenarnya aku sudah punya pacar. Aku dan Kak Lidya sedang menjalin hubungan." Andi tidak ingin melihat Lidya berada dalam kesulitan, jadi dia berbicara terlebih dahulu. Kemudian, dia memeluk Lidya erat-erat, memberi isyarat agar wanita itu jangan gugup.Lidya merasa hatinya tersentuh. Meskipun Andi masih muda, pria itu selalu menjaganya dengan penuh perhatian.Lili melihat keduanya menggenggam tangan satu sama lain. Otaknya berputar cepat, tapi untuk sejenak dia tidak bisa bereaksi terhadap apa yang sedang terjadi.Sementara itu, Amel terbelalak. Dia menatap keduanya dengan tatapan tidak percaya dan rahang yang terbuka lebar."Kalian ... kalian pacaran?" tanya Amel dengan suara bergetar. Dia menegaskan semuanya

Bab terbaru

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 541

    Lidya sudah terbiasa bebas dan tidak ingin terlalu cepat terikat oleh pernikahan."Baiklah, kita berdua nggak perlu terburu-buru. Orang tuamu dan orang tuaku mungkin sudah nggak sabar untuk menyuruh kita menikah karena ingin segera punya cucu," kata Andi dengan nada bercanda."Kalau Amel nggak menceraikan Dimas, dia mungkin harus mengikuti Dimas kembali ke Kota Ambara. Akan sulit untuk bertemu dengannya lagi di masa depan," sahut Lidya dengan sedih ketika memikirkan hal ini.Andi memeluk bahu Lidya dengan hangat sambil berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu merindukan kakakku, kita bisa mengunjunginya kapan saja. Lagi pula, sekarang masih ada aku yang menemanimu, 'kan?"Lidya menghela napas, lalu menjawab, "Bagaimana kamu bisa dibandingkan dengan kakakmu."Di sisi lain, Dimas mengambil sup penghilang rasa mabuk yang sudah dimasak, lalu dengan hati-hati menyuapkannya kepada Amel. Setelah sibuk selama setengah malam, dia baru tertidur di samping Amel dengan mengantuk.Sinar matahari pagi me

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 540

    Pada saat ini, Amel sudah tersungkur di atas meja, sementara Lidya terbelalak saat melihat Dimas melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah ke arah mereka. Lidya pun mengguncang bahu Amel dengan lembut sambil berkata, "Amel, Dimas ada di sini.""Dimas? Dia itu penipu besar. Aku nggak akan pernah peduli lagi padanya," ucap Amel dengan tidak jelas sambil memeluk botol bir.Dimas mengerutkan kening saat mendengar kata-kata Amel. Melihat Amel dalam keadaan mabuk seperti itu, Dimas merasakan sakit di dalam hatinya."Amel, aku akan mengantarmu pulang," kata Dimas dengan lembut. Amel memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya, lalu menatap Dimas yang ada di depannya. Dimas tampak tersenyum kepadanya."Aku nggak akan pulang." Amel menegaskan setiap kata yang diucapkannya. Dia masih marah karena Dimas sudah menipunya."Ka ... kalau begitu, aku serahkan Amel kepadamu. Aku pergi dulu." Melihat suasananya tidak terlalu bagus, Lidya pun bersiap untuk menyelinap pergi. Identitas Dimas sebagai dir

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 539

    Amel ragu-ragu untuk beberapa saat, sebelumnya akhirnya perlahan-lahan berkata, "Sejujurnya, aku benar-benar nggak rela berpisah dari Dimas. Sejak kami menikah sampai sekarang, dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik. Dimas adalah contoh sempurna dari suami yang baik."Semalam saat berbaring di tempat tidur, yang terlintas di benak Amel hanyalah kebaikan Dimas kepada dirinya. Amel pun menjadi tidak begitu marah lagi."Hatiku masih sangat kacau sekarang." Amel menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal."Jangan khawatir. Semua pasti akan ada jalan keluarnya," bujuk Lidya sambil menepuk bahu Amel dengan lembut."Bagaimana kalau kita minum bersama malam ini, untuk menenangkan suasana hati?" usul Lidya saat melihat Amel tampak bingung dan gelisah.Sebelumnya, Amel pasti akan menolaknya. Namun, sekarang Amel langsung menyetujuinya tanpa ragu. "Oke."Dimas menghabiskan sepanjang pagi di rumah sakit. Kondisi Nenek Salma juga sudah stabil. "Ayah, Ibu, Nenek, masih ada beberapa hal yang harus

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 538

    "Tentu saja, Kak Amel. Aku benar-benar ingin terus bekerja di sini," kata Clara dengan tegas. Dia sudah memantapkan hati untuk tetap bekerja pada Amel."Oke." Raut wajah Amel langsung menunjukkan perasaan lega.Dimas memesan penerbangan paling awal dan bergegas pulang malam itu juga. Sesampainya di rumah sakit, Salma sudah beristirahat di bangsal."Ayah, Ibu, aku datang.""Akhirnya kamu datang juga. Nenekmu terus menyebut-nyebut namamu sepanjang malam tadi," tegur Bela.Dimas berjalan menghampiri ranjang Salma dengan perasaan bersalah. Tiba-tiba saja Dimas menyadari jika neneknya benar-benar sudah sangat tua. Entah sejak kapan, rambut neneknya sudah memutih semua.Untuk sementara waktu ini, Dimas tidak memenuhi kewajibannya sebagai cucu. Dimas juga gagal membina hubungan asmaranya. Tiba-tiba saja, Dimas merasa agak sedih dan kecewa karenanya.Salma perlahan-lahan membuka matanya. Melihat Dimas, raut wajahnya tampak agak emosional."Aku sudah pulang, Nek." Dimas menggenggam erat tangan

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 537

    Amel memandangi punggung kepergian Dimas. Dia merasa agak kehilangan di dalam hati. Namun, melihat Dimas yang tampak begitu cemas, Amel merasa pasti ada suatu masalah yang sangat penting.Lantaran suasana hatinya sedang buruk, Amel tidak punya keinginan untuk mengurus toko makanan penutup miliknya. Dia memutuskan untuk sementara waktu membiarkan Clara membantunya mengawasi toko. Keesokan harinya, Amel bangun pagi-pagi sekali, lalu pergi ke toko untuk memberi penjelasan pada Clara."Tenang saja, Pak Irfan. Aku pasti akan membantu Bu Amel menjaga toko dengan baik. Aku yakin Pak Dimas dan Bu Amel pasti akan baikan nanti."Begitu memasuki pintu, Amel mendengar suara Clara. Amel pun mengerutkan kening. Dia bertanya-tanya kenapa Clara berkata seperti itu.Memikirkan kembali sikap Clara terhadap Dimas dan fakta bahwa Clara yang merupakan seorang ahli pembuat makanan penutup top, tapi bersedia merendahkan diri untuk bekerja di toko makanan penutup kecil miliknya ini, Amel pun sepertinya sudah

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 536

    Amel sangat sadar diri dan tahu bahwa dia tidak layak untuk pria di depannya ini. Mungkin sekarang Dimas memiliki perasaan padanya, tetapi jika kesenjangan antara keduanya mulai ditemukan di masa depan, kemungkinan besar cinta mereka akan perlahan-lahan kandas.Dimas cukup baik, orang-orang di sekitar Dimas juga sangat baik. Amel hanya seorang wanita biasa, benar-benar tidak bisa berjalan berdampingan dengan pria itu.Saat mendengar kata cerai, Dimas langsung terbelalak kaget, lalu berkata, "Aku nggak bisa. Amel, jangan cerai, ya? Nggak peduli siapa aku, cintaku padamu nggak akan pernah berubah."Dimas menjelaskan dengan tegas kepada Amel alasan kenapa dia menyembunyikan identitasnya, tetapi Amel tampaknya tetap bertekad untuk menceraikannya."Dimas, beri aku waktu untuk menenangkan diri dulu," jawab Amel, lalu menutup pintunya lagi.Lili menepuk bahu Dimas sambil berkata, "Beri dia waktu. Bagaimanapun, ini bukan masalah sepele. Dia perlu waktu untuk menerimanya."Dimas mengangguk frus

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 535

    "Kami nggak bisa menerima permintaan maaf dari seorang direktur," sahut Gibran dengan kesal.Dimas mengerutkan keningnya dan kembali menjelaskan "Ayah, Ibu, aku benar-benar nggak bermaksud menyembunyikan identitasku.""Kalau begitu, beri tahu aku kenapa kamu menyembunyikan identitasmu?" sahut Lili dengan nada dingin.Saat menghadapi Dimas, Lili masih mengalah dan ingin memberi Dimas kesempatan untuk menjelaskan. Bagaimanapun, dia masih bisa memercayai karakter Dimas.Mereka juga dapat melihat bahwa Dimas tidak memperlakukan putri mereka hanya untuk bermain-main saja."Orang yang bertanggung jawab atas cabang Grup Angkasa adalah kerabat jauh Keluarga Cahyadi. Ketika aku meninjau dana pada akhir tahun lalu, aku menemukan ada celah keuangan yang besar. Aku menyelidikinya secara pribadi dan menemukan kalau dia telah menggelapkan dana publik. Dia sering mengabaikan tugasnya dan membeli properti dalam jumlah besar. Tapi karena kurangnya bukti, aku dan asistenku menyembunyikan identitas kami

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 534

    Sebagai seorang profesor, Gibran tidak pernah memperhatikan ketenaran dan kekayaan selama bertahun-tahun. Meskipun identitas asli Dimas adalah direktur Grup Angkasa, menurutnya juga tidak ada yang istimewa dengan itu."Kenapa Dimas menyembunyikan identitasnya? Mungkinkah dia sengaja melakukannya pada kita karena takut kita menginginkan uangnya?" sahut Lili dengan nada kecewa.Lili selalu merasa bahwa Dimas lumayan baik. Dia bahkan menganggap Dimas seperti putranya sendiri."Amel, karena kamu sudah memikirkannya dan memutuskan untuk menceraikannya, Ayah akan mendukung keputusanmu. Keluarga Santoso nggak peduli apakah dia direktur atau bukan," ucap Gibran. Pria itu adalah orang pertama yang mengungkapkan sikapnya."Ibu juga mendukungmu. Hal yang paling penting bagi pasangan untuk hidup bersama adalah kejujuran. Dia bahkan nggak bisa melakukan integritas paling dasar. Meskipun Keluarga Cahyadi kaya, Amel juga nggak bisa menikmatinya. Jadi, lebih baik lupakan saja," ujar Lili dengan nada k

  • Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder   Bab 533

    "Aku ingin menceraikannya. Dia adalah seorang direktur Grup Angkasa, sementara aku cuma gadis biasa. Kami nggak berasal dari dunia yang sama dan nggak akan mendapatkan hasil apa pun di masa depan," tukas Amel. Ketika mengatakan itu, Amel merasa sakit yang menyesakkan datang dari hatinya.Ketika mendengar itu, Lidya langsung mengerutkan dahinya. Dia bisa melihat betapa Amel sangat mencintai Dimas."Huh ...." Lidya menghela napas panjang."Aku nggak pernah mengira bahwa hal dramatis yang ditampilkan di TV akan terjadi padaku," ujar Amel. Dia merasa sangat kecewa dengan Dimas ketika mengingat kembali berapa banyak kebohongan yang sudah dibuat pria ini untuk menipunya sejak mereka menikah."Ya, ini sudah keterlaluan. Kupikir hal semacam ini hanya ada di TV, tapi nggak disangka hal ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata," sahut Lidya dengan emosi.Setelah suasana hati Amel sedikit stabil, Lidya mengantarnya pulang ke rumah Keluarga Santoso.Saat ini, Mirna sedang berbicara dengan Lili,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status