"Nenekku sudah sangat tua. Aku sangat takut dia akan makan berlebihan.""Nenek memang sudah tua, tapi dia nggak bodoh. Dia nggak akan memakan semuanya sekaligus. Kamu tenang saja. Semua ini direkomendasikan oleh temanku yang adalah seorang dokter. Ini pasti aman," kata Lidya sambil menepuk dadanya untuk menjamin."Sudah, sudah, cepat masuk ke mobil. Aku harus mengantarkan sarapan untuk orang tuaku.""Apa mereka masih di rumah sakit? Bagaimana dengan adikmu?""Andi seharusnya masih di sana juga." Begitu mendengar perkataan Amel, Lidya langsung menunjukkan ekspresi aneh.Lidya mengangkat kepalanya, lalu melihat dengan tatapan penuh gosip Dimas. Dia pun segera menoleh ke samping dengan perasaan bersalah.Ketika tiba di rumah sakit, Lidya masuk ke bangsal dengan cepat sambil membawa segala macam suplemen yang dia beli."Nenek, aku datang untuk menjengukmu!"Saat mendengar suara itu, Andi melihat ke arah pintu. Keduanya saling pandang, lalu segera membuang muka. Lidya langsung mengabaikan A
"Bibi Lili, Amel, aku ada janji dengan pacarku untuk makan malam di rumahnya hari ini, jadi aku nggak bisa menemani kalian." Lidya merasa tidak nyaman di sini, jadi dia mencari alasan untuk pergi."Lidya, aku baru saja mendengar ibumu bilang kalau kamu sudah mendapatkan pacar. Kalau ada waktu, bawalah dia menemui kami. Kudengar dia adalah anak yang baik." Lili juga ingin bertemu dengan pacar Lidya dan melihat apakah pria itu benar-benar pria yang baik atau bukan."Bibi, kalau hubungan kami sudah stabil, aku pasti akan membawanya menemui kalian."Andi yang baru saja kembali dari mengambil hasil pemeriksaan, sampai di depan pintu bangsal. Dia kebetulan mendengar percakapan mereka dan merasa bahwa hatinya seperti disayat oleh pisau. Untuk menghindari situasi yang canggung, dia memilih untuk tidak kembali ke dalam bangsal."Bibi Lili, Amel, aku pergi dulu. Aku akan datang menemui Nenek saat aku ada waktu besok," kata Lidya sambil melambai pada semuanya, lalu pergi."Andi sudah pergi cukup
"Benar. Tolong perkenalkan dirimu dulu agar aku bisa lebih mengenalmu.""Baiklah. Namaku Sarah Winata, umurku 22 tahun. Aku belajar cara membuat makanan penutup di sekolah memasak dan baru saja lulus beberapa waktu lalu, saat ini aku sedang dalam tahap magang dan mencari pekerjaan." Sarah membuat perkenalan diri singkat."Karena kamu kebetulan sudah datang ke sini hari ini, kenapa kamu nggak mencoba membuat makanan penutup? Kalau ternyata hasilnya enak, kamu bisa bekerja di toko kami." Kata-kata saja tidak akan menunjukkan keterampilan yang sebenarnya. Amel sudah siap untuk melihat bagaimana Sarah membuat makanan penutup."Baiklah, kalau begitu aku akan membuat kue mangga yang sedang populer akhir-akhir ini," setuju Sarah dengan senang hati.Amel membawakan Sarah satu set pakaian steril yang perlu dipakai saat memasuki dapur, lalu mereka berdua masuk ke dapur bersama.Sarah mulai membuat kue dengan terampil. Sementara itu, Amel berdiri di samping untuk mengamatinya dengan cermat.Setel
"Pak Dimas, kalau begitu selanjutnya kita diam saja?""Ya, jangan khawatirkan dia untuk saat ini. Aku ingin lihat trik seperti apa yang bisa dia lakukan dalam situasi ini.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Dimas pergi ke toko untuk menjemput Amel. Begitu dia memarkir mobil, Amel berjalan keluar sambil membawa tas kecil berisi makanan penutup."Sayang, aku membawakanmu makanan penutup yang lezat. Ini adalah produk baru yang sangat populer akhir-akhir ini." Amel duduk di kursi penumpang, lalu mengangkat tas di tangannya seperti anak kecil dengan gembira."Terima kasih, Sayang.""Sama-sama. Ayo cepat kita pulang. Setelah membuat makan malam, kita harus mengirimkannya untuk Ibu dan yang lainnya," desak Amel."Baiklah, aku akan mengantarmu ke supermarket untuk membeli bahan makanan lebih dulu. Kita nggak punya apa-apa di kulkas.""Kita pergi ke supermarket dekat rumah saja. Meski harganya agak mahal, tapi bisa menghemat banyak waktu. Omong-omong, tokoku sudah mempekerjakan orang baru har
Amel memikirkan kata-kata Dimas sejenak, lalu merasa bahwa sepertinya apa yang dikatakan Dimas masuk akal."Kalau begitu, kita tunggu sebentar lagi. Aku mungkin terlalu impulsif tentang membeli rumah." Amel menyetujui usulan Dimas.Dimas memarkir mobil di pintu masuk supermarket, lalu masuk sambil bergandengan tangan dengan Amel."Sayang, mari kita membagi tugas. Kamu pergi ke bagian daging untuk membeli seekor ayam, sekilo daging sapi dan juga beberapa tulang besar buat memasak sup untuk Nenek. Aku akan membeli sayuran.""Baiklah, kalau begitu kita berdua bertemu lagi di sini setelah selesai belanja."Amel mengangguk, lalu mendorong keranjang belanjaan ke area sayur-sayuran. Mungkin karena dia datang setelah jam kerja, sayurannya tidak terlalu segar. Jadi, dia hanya membeli sedikit.Setelah memilih sayuran, Amel tiba-tiba teringat bahwa bumbu di rumah sudah hampir habis. Dia pun mendorong kereta belanja, lalu pergi ke tempat bumbu-bumbu. Tiba-tiba, seorang wanita berjalan dengan cepat
"Kamu berani melapor ke polisi, ya? Kalau kamu nggak mau bayar, kamu nggak akan bisa pergi hari ini," ancam pria itu dengan arogan.Amel mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin main-main dengan pasangan itu lagi. Jadi, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi. Namun, pria bertubuh besar itu segera maju untuk mencoba mengambil ponselnya.Sebelum Amel sempat bereaksi, sesosok tubuh tinggi melindunginya di belakang.Dimas menatap pria itu dengan tatapan dingin, lalu bertanya, "Apa mengancam seorang wanita bisa disebut tindakan seorang pria?""Cih, siapa kamu? Ini bukan urusanmu. Cepat pergi dari sini," kata pria itu sebelum meludahi Dimas."Tentu saja ini urusanku kalau kamu menindas istriku. Apa ini yang kamu sebut tindakan seorang pria?""Oh, ternyata kamu suaminya. Kamu datang tepat waktu. Dia sudah merusak bajuku. Kalian harus memberi kompensasi padaku hari ini." Melihat apa yang terjadi di depannya, wanita itu langsung melangkah maju sambil menunjuk lubang besar di bajunya.D
"Tutup mulutmu, memangnya kamu nggak malu? Ayo pergi denganku," sahut pria itu seraya meraih lengan wanita itu dan segera meninggalkan tempat itu. Jika kasus ini benar-benar dibawa ke kantor polisi, pasangan itu tidak akan mendapat manfaat apa pun, jadi sebaiknya mereka pergi saja."Sayang, aku minta maaf, aku datang terlambat. Kamu pasti dibuat terkejut oleh mereka," ucap Dimas sambil berbalik dan mengelus kepala Amel untuk menenangkan wanita itu dengan lembut.Amel mengangkat sudut mulutnya sambil berkata, "Nggak apa-apa. Untungnya, kamu datang tepat waktu.""Seharusnya kamu langsung meneleponku dan nggak perlu bicara omong kosong dengan mereka. Sayang, kamu sudah membeli semuanya. Ayo kita pulang," ajak Dimas seraya memasukkan daging yang dibeli Amel ke dalam keranjang belanjaan.Setelah berbelanja dan membayar tagihannya, Dimas segera membawa semua barang dan berjalan menuju pintu."Berikan kantong kecil itu padaku. Kamu akan kesulitan kalau membawa banyak barang, itu terlalu berat
"Semua ini berkat bantuanmu, kalau suatu hari kamu membutuhkan bantuan, silakan beri tahu aku kapan saja," kata Dimas. Dia mengucapkan terima kasih dengan tulus pada Liana."Baiklah, kita sudah berteman selama bertahun-tahun, nggak usah terlalu sungkan. Aku pergi dulu," pamit Liana sambil melambaikan tangannya pada Dimas, lalu segera meninggalkan rumah sakit.Dimas tinggal di rumah sakit sebentar, kemudian bersiap untuk pulang karena Amel masih menunggunya pulang untuk makan malam.Begitu keluar dari lobi rumah sakit, Dimas menyadari bahwa di luar sepertinya sedang gerimis. Dia pun berjalan cepat menuju mobil, kemudian membuka pintu dan segera masuk.Untungnya hujannya tidak terlalu deras. Dalam perjalanan pulang, Dimas melihat ada seorang penjual bunga di jalan yang hendak pulang dan bersiap menutup kiosnya. Dimas segera memarkir mobilnya di pinggir jalan, kemudian keluar menembus hujan untuk membeli sebuket bunga segar.Saat melihat buket bunga yang diletakkan di kursi penumpang, Dim