Amel memikirkan kata-kata Dimas sejenak, lalu merasa bahwa sepertinya apa yang dikatakan Dimas masuk akal."Kalau begitu, kita tunggu sebentar lagi. Aku mungkin terlalu impulsif tentang membeli rumah." Amel menyetujui usulan Dimas.Dimas memarkir mobil di pintu masuk supermarket, lalu masuk sambil bergandengan tangan dengan Amel."Sayang, mari kita membagi tugas. Kamu pergi ke bagian daging untuk membeli seekor ayam, sekilo daging sapi dan juga beberapa tulang besar buat memasak sup untuk Nenek. Aku akan membeli sayuran.""Baiklah, kalau begitu kita berdua bertemu lagi di sini setelah selesai belanja."Amel mengangguk, lalu mendorong keranjang belanjaan ke area sayur-sayuran. Mungkin karena dia datang setelah jam kerja, sayurannya tidak terlalu segar. Jadi, dia hanya membeli sedikit.Setelah memilih sayuran, Amel tiba-tiba teringat bahwa bumbu di rumah sudah hampir habis. Dia pun mendorong kereta belanja, lalu pergi ke tempat bumbu-bumbu. Tiba-tiba, seorang wanita berjalan dengan cepat
"Kamu berani melapor ke polisi, ya? Kalau kamu nggak mau bayar, kamu nggak akan bisa pergi hari ini," ancam pria itu dengan arogan.Amel mengerutkan keningnya. Dia tidak ingin main-main dengan pasangan itu lagi. Jadi, dia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi. Namun, pria bertubuh besar itu segera maju untuk mencoba mengambil ponselnya.Sebelum Amel sempat bereaksi, sesosok tubuh tinggi melindunginya di belakang.Dimas menatap pria itu dengan tatapan dingin, lalu bertanya, "Apa mengancam seorang wanita bisa disebut tindakan seorang pria?""Cih, siapa kamu? Ini bukan urusanmu. Cepat pergi dari sini," kata pria itu sebelum meludahi Dimas."Tentu saja ini urusanku kalau kamu menindas istriku. Apa ini yang kamu sebut tindakan seorang pria?""Oh, ternyata kamu suaminya. Kamu datang tepat waktu. Dia sudah merusak bajuku. Kalian harus memberi kompensasi padaku hari ini." Melihat apa yang terjadi di depannya, wanita itu langsung melangkah maju sambil menunjuk lubang besar di bajunya.D
"Tutup mulutmu, memangnya kamu nggak malu? Ayo pergi denganku," sahut pria itu seraya meraih lengan wanita itu dan segera meninggalkan tempat itu. Jika kasus ini benar-benar dibawa ke kantor polisi, pasangan itu tidak akan mendapat manfaat apa pun, jadi sebaiknya mereka pergi saja."Sayang, aku minta maaf, aku datang terlambat. Kamu pasti dibuat terkejut oleh mereka," ucap Dimas sambil berbalik dan mengelus kepala Amel untuk menenangkan wanita itu dengan lembut.Amel mengangkat sudut mulutnya sambil berkata, "Nggak apa-apa. Untungnya, kamu datang tepat waktu.""Seharusnya kamu langsung meneleponku dan nggak perlu bicara omong kosong dengan mereka. Sayang, kamu sudah membeli semuanya. Ayo kita pulang," ajak Dimas seraya memasukkan daging yang dibeli Amel ke dalam keranjang belanjaan.Setelah berbelanja dan membayar tagihannya, Dimas segera membawa semua barang dan berjalan menuju pintu."Berikan kantong kecil itu padaku. Kamu akan kesulitan kalau membawa banyak barang, itu terlalu berat
"Semua ini berkat bantuanmu, kalau suatu hari kamu membutuhkan bantuan, silakan beri tahu aku kapan saja," kata Dimas. Dia mengucapkan terima kasih dengan tulus pada Liana."Baiklah, kita sudah berteman selama bertahun-tahun, nggak usah terlalu sungkan. Aku pergi dulu," pamit Liana sambil melambaikan tangannya pada Dimas, lalu segera meninggalkan rumah sakit.Dimas tinggal di rumah sakit sebentar, kemudian bersiap untuk pulang karena Amel masih menunggunya pulang untuk makan malam.Begitu keluar dari lobi rumah sakit, Dimas menyadari bahwa di luar sepertinya sedang gerimis. Dia pun berjalan cepat menuju mobil, kemudian membuka pintu dan segera masuk.Untungnya hujannya tidak terlalu deras. Dalam perjalanan pulang, Dimas melihat ada seorang penjual bunga di jalan yang hendak pulang dan bersiap menutup kiosnya. Dimas segera memarkir mobilnya di pinggir jalan, kemudian keluar menembus hujan untuk membeli sebuket bunga segar.Saat melihat buket bunga yang diletakkan di kursi penumpang, Dim
Suara dering ponsel yang keras tiba-tiba berbunyi, Lidya sontak menengok dan melirik ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Bima.Lidya ragu-ragu sejenak sebelum menjawab, "Ada apa? Apakah ada masalah?""Lidya, setelah orang tuaku mengetahui hubungan kita, mereka ingin mengundang orang tuamu untuk makan malam bersama. Aku khawatir kamu nggak bersedia, jadi aku mau meminta pendapatmu terlebih dahulu.""Kalau begitu, ayo kita makan bersama. Dengan hubungan kita saat ini, cepat atau lambat pasti akan datang juga," jawab Lidya dengan nada putus asa."Baiklah, kalau begitu aku akan memberi tahu orang tuaku dan meminta mereka untuk mereservasi restoran.""Oke," ucap Lidya, kemudian menutup panggilan telepon itu dengan cepat.Meski keduanya kini sudah menjadi sepasang kekasih, mereka tidak ada bedanya dengan orang asing.Lidya berbalik, kemudian menelepon Mirna dan berkata, "Bu, Bima bilang kalau orang tuanya ingin mengundang kalian makan bersama.""Baguslah, ayahmu dan Ibu memang sudah
Amel segera mengganti pakaiannya, kemudian pergi ke toko dengan sepeda listriknya. Begitu memasuki pintu, Amel melihat Sarah sedang duduk di meja depan sambil bermain ponsel. Amel pun langsung mengerutkan keningnya. Sekarang masih jam kerja, apalagi hari ini adalah hari pertama Sarah mulai bekerja, tapi gadis itu malah asyik bermain ponsel."Kak Amel, coba lihat. Menurutku, kita bisa mencoba makanan penutup roti isi pasta kacang bersalju ini. Kulihat ini sangat populer di internet," kata Sarah saat mendengar suara di pintu dan melihat bahwa ternyata benar Amel yang datang. Gadis itu tidak menunggu Amel bicara dan segera menyodorkan ponselnya untuk menunjukkan video tutorial pada Amel."Sarah, kamu mungkin masih nggak tahu banyak tentang toko kami. Setiap makanan penutup di toko ini diluncurkan setelah pertimbangan dengan cermat. Kalau pelanggan nggak terlalu menyukainya, bukankah kita hanya akan membuang-buang tenaga?" sahut Amel. Dia tidak jadi menyalahkan Sarah begitu melihat bahwa t
"Nggak apa-apa, kamu baru masuk kerja, wajar kalau kamu nggak mengenalku," balas Lidya. Setelah berbicara, Lidya duduk di bangku sambil membawa kue mousse stroberi."Clara, di mana Amel?" tanya Lidya setelah makan kue mousse stroberinya dan masih tidak menemukan sosok Amel."Kak Amel masih pergi mengantarkan kue ke pelanggan di dekat sini.""Bagaimana bisnis di toko akhir-akhir ini?""Cukup bagus. Omset kali ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.""Lidya, kamu datang ke sini pagi-pagi sekali. Apakah kamu sudah makan siang?" sahut Amel yang baru kembali dari mengantarkan kue. Ketika memasuki toko, dia melihat Lidya sudah duduk di dalam."Aku sudah makan makanan ringan. Amel, kamu masih ada urusan atau nggak? Kalau nggak ada, ayo kita pergi.""Oke, tunggu sebentar, aku bereskan barang-barangku dulu," kata Amel. Setelah berkata demikian, Amel segera mengemasi tasnya sebelum pergi bersama Lidya."Bagaimana hubunganmu dengan tuan muda dari Keluarga Yanuar itu?""Lumayan bagus, dia cuk
"Lidya, coba lihat! Gaun merah itu sangat cocok denganmu," ucap Amel setelah melirik ke sebuah gaun panjang bertali merah di etalase toko.Lidya memiliki kepribadian yang berani dan lincah, jadi sangat cocok memakai gaun merah bertali itu."Modelnya memang kelihatan sangat bagus, ayo coba kita masuk," ajak Lidya yang langsung menyukai gaun itu dalam sekilas.Begitu mereka memasuki toko, pegawai toko langsung memperhatikan mereka dari ujung kepala sampai ujung kaki. Melihat itu, Amel tiba-tiba merasa kurang nyaman.Dia selalu benci perasaan dinilai orang."Permisi, kalian sedang mencari apa?" tanya pegawai toko itu dengan nada kaku, kemudian melangkah maju dengan wajah datar."Gaun merah bertali di etalase kalian itu kelihatan bagus. Tolong ambilkan, ya. Aku ingin mencobanya," sahut Lidya sambil menunjuk gaun merah tersebut.Pegawai toko itu mengerutkan keningnya samar, kemudian berkata, "Maaf Kak, hanya satu itu yang tersisa di toko kami. Kalau kamu yakin ingin membelinya, aku akan mel