Setiap menit dan detik yang berlalu saat menunggu di luar sangatlah menyiksa mereka. Mereka sangat berharap pintu operasi akan dibuka secepatnya, tetapi mereka juga takut hasilnya tidak memuaskan.Operasi berlangsung dari pagi sampai malam. Namun, mereka tetap berada di luar ruang operasi tanpa berani meninggalkan tempat barang sejenak saja.Akhirnya, pintu ruang operasi terbuka. Liana melepas masker dengan senyuman di wajahnya, kemudian berkata, "Kalian nggak perlu khawatir, operasi pasien sukses."Liana menjelaskan dengan sedikit lelah.Mendengar itu, Amel memeluk Liana dengan penuh semangat sambil berkata, "Terima kasih, terima kasih. Dokter Liana, kamu sudah menyelamatkan nenekku.""Kak, cepat lepaskan. Kamu bisa membuat Dokter Liana kehabisan napas," sahut Andi yang merasa khawatir dan tidak lupa untuk mengeluh.Amel pun melepaskan tangannya karena malu, kemudian meminta maaf, "Maaf, aku terlalu bersemangat."Setelah operasinya berhasil, kekhawatiran di hati mereka langsung sirna
Amel mengangguk perlahan."Sayang, istirahatlah. Aku akan membereskan rumah. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dan nggak punya banyak waktu untuk melakukan pekerjaan rumah," kata Amel. Dia berdiri di ruang tamu seraya melihat sekeliling, kemudian dia merasakan bahwa rumahnya sedikit berantakan."Sayang, ini nggak terlalu berantakan. Sebaiknya kamu ikut beristirahat sebentar denganku. Kita harus kembali melihat Ayah dan Ibu besok," saran Dimas. Kemudian, dia meraih tangan Amel dan berjalan menuju kamar tidur.Namun, Amel menggelengkan kepalanya dan menolak, "Aku sudah tidur di rumah sakit, sekarang aku nggak mengantuk sama sekali. Daripada membuang waktu berbaring di tempat tidur, lebih baik aku membereskan rumah. Jangan khawatirkan aku, cepat mandi dan tidurlah."Amel berkata sambil mengangkat sudut bibirnya."Baiklah kalau begitu, aku mandi dulu," balas Dimas pada akhirnya. Dia tidak bisa memaksa Amel dan mau tidak mau pergi mandi.Amel menyingsingkan lengan bajunya dan mulai bekerja.
"Awalnya aku dan Dimas berencana pergi ke tempatmu untuk memindahkan barang-barang Andi, tapi tiba-tiba kami menerima telepon dari ibuku kalau Nenek sakit dan dirawat di rumah sakit, jadi kami nggak jadi pergi.""Bukankah beberapa waktu lalu Nenek masih menari di alun-alun bersama dengan ibu kita? Kenapa tiba-tiba jatuh sakit? Apa yang terjadi?" tanya Lidya dengan cemas."Penyakit jantung Nenek lumayan serius. Dia menjalani operasi sore ini. Orang tuaku dan Andi sedang menjaganya di rumah sakit," jawab Amel jujur."Berati kondisinya sangat serius sampai harus menjalani operasi. Kenapa aku nggak dengar dari ibuku?""Mungkin ibuku belum memberi tahu Bibi Mirna.""Nenek baru saja menyelesaikan operasinya hari ini, jadi biarkan dia istirahat dulu. Aku dan Ibu akan mengunjunginya besok.""Baiklah, ayo kita pergi ke sana bersama besok.""Amel, kalian pasti capek setelah sekian lama berjaga di rumah sakit. Kalau begitu, aku nggak akan berlama-lama di sini. Kalian berdua harus istirahat dengan
Karena alasan sopan santun, Lidya turun menemui Bima. Setelah turun, dia berjalan ke arah Bima dengan percaya diri.Bima segera mengeluarkan sebuah kotak kecil yang indah dari sakunya sambil berkata, "Buka dan lihatlah kamu menyukainya atau nggak."Bima menyunggingkan sebuah senyuman di wajahnya, cahaya dari lampu jalan menyinari dirinya, memberi kesan yang sangat nyaman padanya."Terima kasih atas hadiah kecilnya," ucap Lidya. Setelah menerima hadiah itu, dia tidak segera membukanya. Menerima hadiah dari Bima tidak membuat Lidya merasa senang, justru dia merasa makin terbebani."Bima, sebenarnya kita hanya pasangan kontrak, kamu nggak perlu bersusah payah seperti ini," ucap Lidya setelah mengumpulkan keberanian untuk mengingatkan Bima.Lidya berharap Bima bisa selalu mengingat bahwa mereka hanyalah pasangan kontrak. Dia juga berharap Bima tidak akan terjerumus ke dalam hubungan ini."Lidya, apa yang aku lakukan sekarang adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh seorang pacar. Ka
"Nenekku sudah sangat tua. Aku sangat takut dia akan makan berlebihan.""Nenek memang sudah tua, tapi dia nggak bodoh. Dia nggak akan memakan semuanya sekaligus. Kamu tenang saja. Semua ini direkomendasikan oleh temanku yang adalah seorang dokter. Ini pasti aman," kata Lidya sambil menepuk dadanya untuk menjamin."Sudah, sudah, cepat masuk ke mobil. Aku harus mengantarkan sarapan untuk orang tuaku.""Apa mereka masih di rumah sakit? Bagaimana dengan adikmu?""Andi seharusnya masih di sana juga." Begitu mendengar perkataan Amel, Lidya langsung menunjukkan ekspresi aneh.Lidya mengangkat kepalanya, lalu melihat dengan tatapan penuh gosip Dimas. Dia pun segera menoleh ke samping dengan perasaan bersalah.Ketika tiba di rumah sakit, Lidya masuk ke bangsal dengan cepat sambil membawa segala macam suplemen yang dia beli."Nenek, aku datang untuk menjengukmu!"Saat mendengar suara itu, Andi melihat ke arah pintu. Keduanya saling pandang, lalu segera membuang muka. Lidya langsung mengabaikan A
"Bibi Lili, Amel, aku ada janji dengan pacarku untuk makan malam di rumahnya hari ini, jadi aku nggak bisa menemani kalian." Lidya merasa tidak nyaman di sini, jadi dia mencari alasan untuk pergi."Lidya, aku baru saja mendengar ibumu bilang kalau kamu sudah mendapatkan pacar. Kalau ada waktu, bawalah dia menemui kami. Kudengar dia adalah anak yang baik." Lili juga ingin bertemu dengan pacar Lidya dan melihat apakah pria itu benar-benar pria yang baik atau bukan."Bibi, kalau hubungan kami sudah stabil, aku pasti akan membawanya menemui kalian."Andi yang baru saja kembali dari mengambil hasil pemeriksaan, sampai di depan pintu bangsal. Dia kebetulan mendengar percakapan mereka dan merasa bahwa hatinya seperti disayat oleh pisau. Untuk menghindari situasi yang canggung, dia memilih untuk tidak kembali ke dalam bangsal."Bibi Lili, Amel, aku pergi dulu. Aku akan datang menemui Nenek saat aku ada waktu besok," kata Lidya sambil melambai pada semuanya, lalu pergi."Andi sudah pergi cukup
"Benar. Tolong perkenalkan dirimu dulu agar aku bisa lebih mengenalmu.""Baiklah. Namaku Sarah Winata, umurku 22 tahun. Aku belajar cara membuat makanan penutup di sekolah memasak dan baru saja lulus beberapa waktu lalu, saat ini aku sedang dalam tahap magang dan mencari pekerjaan." Sarah membuat perkenalan diri singkat."Karena kamu kebetulan sudah datang ke sini hari ini, kenapa kamu nggak mencoba membuat makanan penutup? Kalau ternyata hasilnya enak, kamu bisa bekerja di toko kami." Kata-kata saja tidak akan menunjukkan keterampilan yang sebenarnya. Amel sudah siap untuk melihat bagaimana Sarah membuat makanan penutup."Baiklah, kalau begitu aku akan membuat kue mangga yang sedang populer akhir-akhir ini," setuju Sarah dengan senang hati.Amel membawakan Sarah satu set pakaian steril yang perlu dipakai saat memasuki dapur, lalu mereka berdua masuk ke dapur bersama.Sarah mulai membuat kue dengan terampil. Sementara itu, Amel berdiri di samping untuk mengamatinya dengan cermat.Setel
"Pak Dimas, kalau begitu selanjutnya kita diam saja?""Ya, jangan khawatirkan dia untuk saat ini. Aku ingin lihat trik seperti apa yang bisa dia lakukan dalam situasi ini.""Baiklah."Setelah menutup telepon, Dimas pergi ke toko untuk menjemput Amel. Begitu dia memarkir mobil, Amel berjalan keluar sambil membawa tas kecil berisi makanan penutup."Sayang, aku membawakanmu makanan penutup yang lezat. Ini adalah produk baru yang sangat populer akhir-akhir ini." Amel duduk di kursi penumpang, lalu mengangkat tas di tangannya seperti anak kecil dengan gembira."Terima kasih, Sayang.""Sama-sama. Ayo cepat kita pulang. Setelah membuat makan malam, kita harus mengirimkannya untuk Ibu dan yang lainnya," desak Amel."Baiklah, aku akan mengantarmu ke supermarket untuk membeli bahan makanan lebih dulu. Kita nggak punya apa-apa di kulkas.""Kita pergi ke supermarket dekat rumah saja. Meski harganya agak mahal, tapi bisa menghemat banyak waktu. Omong-omong, tokoku sudah mempekerjakan orang baru har