Home / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Tidak Perlu Berpikir Jauh

Share

Tidak Perlu Berpikir Jauh

last update Last Updated: 2024-12-23 10:58:18

"Dengar, Karl. Dia memang mengkhianatiku, tapi aku harus mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Elena dengan nada lirih, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.

Karl menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Elena dengan senyum mengejek yang penuh makna. "Sekarang jelaskan," katanya, suaranya rendah namun penuh desakan, "apa yang terjadi sebelum kau masuk bar lalu mengajakku bercinta?"

"Atau sebenarnya kau sudah mencari tahu tentang perselingkuhan itu?" sambung Karl.

"Tidak! Aku tidak tahu jika Gio selingkuh," jawab Elena datar.

Ia menelan ludah dengan susah payah. Kata-kata Karl seperti cambuk yang menyentak pikirannya kembali ke momen-momen yang ingin ia lupakan.

Bayangan itu muncul lagi, menghantam relung hatinya dengan kasar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun dadanya terasa sesak.

"Aku... aku membawakan makan siang untuknya," katanya dengan suara bergetar. "Aku pikir itu kejutan kecil yang menyenangkan. Tapi..." Elena berhenti sejenak, suaranya terhenti oleh ingatan yang menyakitkan. Ia menarik napas panjang lagi, seolah mencoba mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan.

"Tiba-tiba suara tawa dan... desahan terdengar di telingaku," lanjutnya, suaranya kini lebih pelan, hampir seperti bisikan. "Wanita itu sedang memeluk Gio. Aku pikir mereka hanya bercanda atau mengobrol biasa... ternyata mereka sedang bercinta."

Karl mengangkat alisnya, matanya penuh ejekan bercampur rasa kasihan. Ia mendengus kecil. "Dan kau masih ingin bertahan padahal pria itu telah mengkhianatimu? Di mana otakmu, Elena? Kau terlalu mencintai suamimu itu, huh?" Nada suaranya menyiratkan kekesalan, namun juga sedikit ketidakpercayaan.

"Siapa yang menyangka Gio akan mengkhianatiku," ucap Elena dengan suara bergetar, "padahal dia sangat mencintaiku sebelum kami memutuskan untuk menikah?"

Karl, yang berdiri di dekat jendela, membuang muka. Tatapannya menerobos kegelapan di luar sana, namun jelas sekali ia tidak ingin menatap langsung kesedihan Elena. "Buktinya, dia malah bercinta dengan wanita itu. Siapa dia? Apa kau mengenalnya?" tanyanya dengan nada dingin, hampir tanpa emosi.

Elena mengangguk pelan, menunduk, seolah malu mengakui kebenaran itu. "Ya," jawabnya lirih. "Aku mengenalnya. Dia adalah sekretaris pribadi Gio."

Karl mendengus kecil, ekspresinya menunjukkan kejengkelan. Sementara itu, Elena melanjutkan dengan suara yang semakin pelan. "Mereka berdua sangat pandai menyimpan rahasia ini. Aku tidak pernah melihat gelagat perselingkuhan mereka."

Elena menghela napas panjang, suaranya terdengar berat ketika ia kembali bicara. "Kami sangat bahagia. Pernikahanku dengannya berjalan dengan damai selama tiga tahun ini. Namun, tiba-tiba saja Gio mengkhianatiku."

Karl masih berdiri di tempatnya, tangan dimasukkan ke saku celana. Ketika ia akhirnya berbicara, nadanya tetap datar, seolah mencoba menjaga jarak dari emosi yang membara di dalam diri Elena. "Aku tidak mengerti tentang pernikahan, karena aku belum mengalaminya."

Elena mengerutkan kening, memandang Karl dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Bagaimana mungkin seorang pria seperti dia—tampan, mapan, dan kaya raya—belum menikah? Sementara usianya sudah kepala tiga.

"Tapi, kau sudah memiliki kekasih, kan?" tanyanya, mencoba menembus dinding dingin yang Karl bangun di sekelilingnya.

Karl mengangkat bahu dengan sikap cuek. "Aku tidak memiliki komitmen untuk menikah," jawabnya singkat. "Wanita yang mendekatiku selama ini hanya memandang fisik dan materi yang kupunya."

Elena tersenyum tipis, meskipun rasa sakit masih jelas terlihat di matanya. Ia menatap Karl dengan pandangan penuh makna, mengenang masa lalu mereka. "Kau masih seperti dulu, Karl," bisiknya pelan.

"Huh?" Karl mengangkat alis, menoleh sedikit ke arah Elena. "Apa yang kau bilang tadi?"

Elena menggeleng pelan seraya menatap sayu wajah Karl. "Aku memang bodoh karena percaya pada Gio selama ini," gumamnya, kembali membahas dirinya lagi. "Tapi aku ingin memastikan... sudah berapa lama mereka bermain di belakangku, Karl. Hanya itu saja."

Karl menatap wajah Elena dengan ekspresi datar, seperti menimbang sesuatu dalam pikirannya. "Aku akan membantumu," ucapnya, suaranya rendah namun tegas.

Ia bersandar sedikit ke kursinya, pandangannya tak lepas dari Elena. "Lagi pula, kita bukan dua orang asing yang baru saja menciptakan kenangan. Kita sudah saling mengenal sejak lima tahun yang lalu."

Elena terdiam, kata-kata Karl bergema dalam benaknya. Lima tahun memang bukan waktu yang singkat, namun entah mengapa, tawaran itu membuatnya ragu. Ia hanya mampu menatap wajah pria di hadapannya, berusaha mencari kejujuran dalam ekspresi yang sering kali sulit ditebak.

"Kau tidak perlu menyebar proposal ini lagi," kata Karl lagi, suaranya memecah keheningan. Ia menatap kertas-kertas di tangan Elena dengan sedikit senyum di sudut bibirnya. "Aku akan membantumu sepenuhnya."

Elena mendongak, matanya bertemu dengan tatapan Karl yang penuh keyakinan. "Tapi, syarat yang kau berikan terlalu berat untukku terima, Karl."

Karl tersenyum samar, lalu melipat tangannya di dada. "Karena pada dasarnya takdir kita seperti itu, Elena," jawabnya singkat. Nada bicaranya tak menunjukkan tanda-tanda keraguan, namun ada sesuatu dalam ucapannya yang membuat Elena merasa ia menyimpan maksud tertentu.

"Tidak perlu berpikir terlalu jauh," lanjut Karl. "Aku menunggu jawabanmu sekarang juga. Mau atau tidak?" ucap Karl dingin.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aruna Nayla
terima aja elena wkwkwk lagian si gio udah khianati kamu toh xixi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menunggu Kabar Perceraianmu

    "A-aku...."Elena masih diliputi keraguan.Namun, Karl tidak memberikan gadis itu banyak waktu untuk berpikir. "Terlalu bodoh jika kau tetap bertahan meski sudah diselingkuhi, Elena." Karl menatap wanita itu dengan senyuman penuh arti. "Lagi pula, apa untungnya mempertahankan suami tidak berguna seperti itu? Apa dia bisa menolongmu ketika kau butuh bantuan seperti ini? Atau... kau masih mengharap dapat anak darinya?"Elena langsung terkesiap. "Tidak." Sisi emosinya kembali bergejolak. "Aku pastikan, aku akan bercerai. Aku juga tidak sudi mengandung anaknya." Elena duduk di kursi dengan tubuh yang sedikit tegang, menatap tangan-tangannya yang saling menggenggam erat di atas meja. Ia sudah menimbang-nimbang cukup lama, bahkan terlalu lama. Keputusannya ini akan mengubah segalanya. Ia mengangkat kepala, menatap Karl yang duduk santai di depannya, wajahnya tetap dingin dan tanpa ekspresi."Jadi, bagaimana keputusanmu, Elena?" Karl menyilangkan tangan di dada, pandangannya tajam namun p

    Last Updated : 2024-12-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pertemuan Menegangkan

    "Dari mana saja kau, Elena? Kenapa kau tidur di luar lagi?" tanya Gio dengan nada yang mencampurkan rasa khawatir dan kesal.Malam itu, Elena baru saja tiba di rumah setelah seharian sibuk. Wajahnya terlihat lelah, namun sikap dinginnya semakin terasa begitu ia melangkah masuk.Elena menoleh pelan, menatap Gio dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikannya. "Meeting dengan klienku," jawabnya tanpa emosi. "Kau pun tahu restoranku sedang di ambang bangkrut."Gio berkacak pinggang, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Sudah kukatakan padamu, Elena. Aku akan membantumu—""Tapi, kapan?" potong Elena cepat, suaranya mengandung nada tajam yang selama ini jarang ia tunjukkan. Wajahnya tetap datar, namun matanya memperlihatkan kekecewaan yang mendalam."Kau hanya menjanjikan, tapi tidak pernah kau lakukan. Harus menunggu restoranku gulung tikar dulu, baru kau akan membantuku?" lanjutnya tanpa memberi Gio kesempatan berbicara.Elena menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan janji-jan

    Last Updated : 2024-12-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Keputusanmu sudah Benar

    “Silakan duduk,” titah Elena, suaranya terdengar datar namun berusaha tetap sopan.Karl menarik kursi di hadapannya dan duduk dengan postur santai. Ia menyilangkan kakinya dengan elegan, lalu menatap Gio dan Elena yang duduk berdampingan. Pandangannya terfokus pada tangan Gio yang melingkar di pinggang Elena.“Kau sangat mencintai istrimu, ya?” tanya Karl dengan nada dingin yang hampir seperti ejekan. “Sampai-sampai kau tidak ingin melepaskan tanganmu di pinggangnya?”Gio menaikkan alis, jelas merasa tersinggung oleh pertanyaan itu. Namun, ia menjaga nadanya tetap tenang. “Tentu saja,” jawabnya pendek, berusaha tidak terpancing.“Oh!” Karl menyunggingkan senyum kecil yang tampak lebih seperti provokasi. “Kedatanganku ke sini hanya untuk satu hal. Mengantarkan kontrak kerja sama dengan restoran Elena.”Gio mengerutkan keningnya, terkejut. “What? Tunggu dulu. Perusahaan sebesar milikmu—The Blue Company—benarkah ingin bekerja sama dengan restoran kecil seperti milik Elena?”Karl mendonga

    Last Updated : 2024-12-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bukan Malam yang Harus Dikenang

    “Kurang ajar! Pria tidak tahu diri. Berani sekali kau mengkhianatiku. Argh!” Elena terus mengoceh dalam keadaan mabuk di sebuah minibar yang ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu tidak terima diselingkuhi oleh sang suami.“Apa yang kau lakukan di sini, Elena?”Wanita itu menoleh pelan setelah mendengar suara dari samping. Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyipitkan mata menatap sosok pria tegap yang duduk di sampingnya. “Apa kau mengenaliku?” la menatap pria itu yang meski samar-samar, terlihat tampan.“Ada apa denganmu, Elena?” tanya pria itu dengan nada datarnya sembari membantu Elena agar duduk dengan tegap.“Aku ….” Elena menghela napas berat. Baru saja ia hendak berdiri, namun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria itu. “Apa kau mau menemaniku malam ini?” tanyanya dengan nada menggoda.Pria yang dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu menggeleng, tak menyik

    Last Updated : 2024-12-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Jadi Partner di Atas Ranjang

    "Ah! Aku memang bodoh. Aku sangat ceroboh!" keluh Elena sembari mengikat rambutnya yang berantakan."Mengapa aku harus bertemu dengannya?" gumam Elena pada dirinya sendiri, suaranya pelan namun penuh penyesalan. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan aku telah menikah."Langkahnya membawa dia ke depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, mencakar awan seperti simbol dari ambisi dan kekuasaan. Gedung itu adalah tujuan pertemuannya hari ini, tempat ia harus bertemu dengan seorang klien penting.Setelah memilih sebuah gaun hitam sederhana yang elegan, Elena menggantinya di ruang ganti dengan tergesa. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, memperbaiki riasan seadanya, dan menyisir rambutnya yang sempat berantakan.Ketika pintu lift terbuka, Elena berjalan cepat menuju ruang rapat. Napasnya sedikit memburu saat ia mendorong pintu dan masuk. "Selamat pagi. Maaf, karena saya datang terlambat—"“Selamat datang, Nona Elena.”Senyum tersungging di wajah Karl—senyum yang tidak hanya s

    Last Updated : 2024-12-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bersedia Melakukan apa pun

    "Apa kau gila?" ucapnya, nadanya meninggi, penuh dengan emosi yang terpendam. Karl mengangkat bahunya dengan santai, lalu mengarahkan matanya kembali pada Elena, tatapannya datar dan tanpa kompromi. "Suamimu yang gila, Elena. Bukan aku," jawabnya singkat, seolah pernyataannya adalah fakta yang tidak perlu diperdebatkan. Elena menarik napas panjang, mencoba menenangkan amarah yang mulai memuncak. "Ya, anggap saja begitu. Suamiku memang gila," katanya akhirnya, suaranya melemah saat rasa lelah meresap ke dalam dirinya. “Tapi, sebagai teman tidurmu … aku rasa kau yang gila, Karl!” ucap Elena dengan raut wajah kesalnya pada pria arogan di hadapannya ini. "Seperti yang kau katakan semalam." Karl mendekat menatap wajah Elena yang tampak tegang. "Kau sangat lihai di atas ranjang, Elena," bisiknya mengingatkan Elena tentang ucapannya semalam. "Dan aku mengakui itu. Selama ini aku tidak pernah menemukan wanita seliar dirimu. Dan aku rasa, kau sangat cocok menjadi teman tidurku."

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Keputusanmu sudah Benar

    “Silakan duduk,” titah Elena, suaranya terdengar datar namun berusaha tetap sopan.Karl menarik kursi di hadapannya dan duduk dengan postur santai. Ia menyilangkan kakinya dengan elegan, lalu menatap Gio dan Elena yang duduk berdampingan. Pandangannya terfokus pada tangan Gio yang melingkar di pinggang Elena.“Kau sangat mencintai istrimu, ya?” tanya Karl dengan nada dingin yang hampir seperti ejekan. “Sampai-sampai kau tidak ingin melepaskan tanganmu di pinggangnya?”Gio menaikkan alis, jelas merasa tersinggung oleh pertanyaan itu. Namun, ia menjaga nadanya tetap tenang. “Tentu saja,” jawabnya pendek, berusaha tidak terpancing.“Oh!” Karl menyunggingkan senyum kecil yang tampak lebih seperti provokasi. “Kedatanganku ke sini hanya untuk satu hal. Mengantarkan kontrak kerja sama dengan restoran Elena.”Gio mengerutkan keningnya, terkejut. “What? Tunggu dulu. Perusahaan sebesar milikmu—The Blue Company—benarkah ingin bekerja sama dengan restoran kecil seperti milik Elena?”Karl mendonga

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pertemuan Menegangkan

    "Dari mana saja kau, Elena? Kenapa kau tidur di luar lagi?" tanya Gio dengan nada yang mencampurkan rasa khawatir dan kesal.Malam itu, Elena baru saja tiba di rumah setelah seharian sibuk. Wajahnya terlihat lelah, namun sikap dinginnya semakin terasa begitu ia melangkah masuk.Elena menoleh pelan, menatap Gio dengan tatapan dingin yang tak bisa disembunyikannya. "Meeting dengan klienku," jawabnya tanpa emosi. "Kau pun tahu restoranku sedang di ambang bangkrut."Gio berkacak pinggang, mencoba menyusun kata-kata yang tepat. "Sudah kukatakan padamu, Elena. Aku akan membantumu—""Tapi, kapan?" potong Elena cepat, suaranya mengandung nada tajam yang selama ini jarang ia tunjukkan. Wajahnya tetap datar, namun matanya memperlihatkan kekecewaan yang mendalam."Kau hanya menjanjikan, tapi tidak pernah kau lakukan. Harus menunggu restoranku gulung tikar dulu, baru kau akan membantuku?" lanjutnya tanpa memberi Gio kesempatan berbicara.Elena menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan janji-jan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menunggu Kabar Perceraianmu

    "A-aku...."Elena masih diliputi keraguan.Namun, Karl tidak memberikan gadis itu banyak waktu untuk berpikir. "Terlalu bodoh jika kau tetap bertahan meski sudah diselingkuhi, Elena." Karl menatap wanita itu dengan senyuman penuh arti. "Lagi pula, apa untungnya mempertahankan suami tidak berguna seperti itu? Apa dia bisa menolongmu ketika kau butuh bantuan seperti ini? Atau... kau masih mengharap dapat anak darinya?"Elena langsung terkesiap. "Tidak." Sisi emosinya kembali bergejolak. "Aku pastikan, aku akan bercerai. Aku juga tidak sudi mengandung anaknya." Elena duduk di kursi dengan tubuh yang sedikit tegang, menatap tangan-tangannya yang saling menggenggam erat di atas meja. Ia sudah menimbang-nimbang cukup lama, bahkan terlalu lama. Keputusannya ini akan mengubah segalanya. Ia mengangkat kepala, menatap Karl yang duduk santai di depannya, wajahnya tetap dingin dan tanpa ekspresi."Jadi, bagaimana keputusanmu, Elena?" Karl menyilangkan tangan di dada, pandangannya tajam namun p

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tidak Perlu Berpikir Jauh

    "Dengar, Karl. Dia memang mengkhianatiku, tapi aku harus mencari tahu lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Elena dengan nada lirih, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri.Karl menyandarkan tubuhnya ke belakang, menatap Elena dengan senyum mengejek yang penuh makna. "Sekarang jelaskan," katanya, suaranya rendah namun penuh desakan, "apa yang terjadi sebelum kau masuk bar lalu mengajakku bercinta?""Atau sebenarnya kau sudah mencari tahu tentang perselingkuhan itu?" sambung Karl. "Tidak! Aku tidak tahu jika Gio selingkuh," jawab Elena datar. Ia menelan ludah dengan susah payah. Kata-kata Karl seperti cambuk yang menyentak pikirannya kembali ke momen-momen yang ingin ia lupakan. Bayangan itu muncul lagi, menghantam relung hatinya dengan kasar. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meskipun dadanya terasa sesak."Aku... aku membawakan makan siang untuknya," katanya dengan suara bergetar. "Aku pikir itu kejutan kecil yang menyenangkan. Tapi..." Elena ber

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bersedia Melakukan apa pun

    "Apa kau gila?" ucapnya, nadanya meninggi, penuh dengan emosi yang terpendam. Karl mengangkat bahunya dengan santai, lalu mengarahkan matanya kembali pada Elena, tatapannya datar dan tanpa kompromi. "Suamimu yang gila, Elena. Bukan aku," jawabnya singkat, seolah pernyataannya adalah fakta yang tidak perlu diperdebatkan. Elena menarik napas panjang, mencoba menenangkan amarah yang mulai memuncak. "Ya, anggap saja begitu. Suamiku memang gila," katanya akhirnya, suaranya melemah saat rasa lelah meresap ke dalam dirinya. “Tapi, sebagai teman tidurmu … aku rasa kau yang gila, Karl!” ucap Elena dengan raut wajah kesalnya pada pria arogan di hadapannya ini. "Seperti yang kau katakan semalam." Karl mendekat menatap wajah Elena yang tampak tegang. "Kau sangat lihai di atas ranjang, Elena," bisiknya mengingatkan Elena tentang ucapannya semalam. "Dan aku mengakui itu. Selama ini aku tidak pernah menemukan wanita seliar dirimu. Dan aku rasa, kau sangat cocok menjadi teman tidurku."

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Jadi Partner di Atas Ranjang

    "Ah! Aku memang bodoh. Aku sangat ceroboh!" keluh Elena sembari mengikat rambutnya yang berantakan."Mengapa aku harus bertemu dengannya?" gumam Elena pada dirinya sendiri, suaranya pelan namun penuh penyesalan. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan aku telah menikah."Langkahnya membawa dia ke depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, mencakar awan seperti simbol dari ambisi dan kekuasaan. Gedung itu adalah tujuan pertemuannya hari ini, tempat ia harus bertemu dengan seorang klien penting.Setelah memilih sebuah gaun hitam sederhana yang elegan, Elena menggantinya di ruang ganti dengan tergesa. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, memperbaiki riasan seadanya, dan menyisir rambutnya yang sempat berantakan.Ketika pintu lift terbuka, Elena berjalan cepat menuju ruang rapat. Napasnya sedikit memburu saat ia mendorong pintu dan masuk. "Selamat pagi. Maaf, karena saya datang terlambat—"“Selamat datang, Nona Elena.”Senyum tersungging di wajah Karl—senyum yang tidak hanya s

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bukan Malam yang Harus Dikenang

    “Kurang ajar! Pria tidak tahu diri. Berani sekali kau mengkhianatiku. Argh!” Elena terus mengoceh dalam keadaan mabuk di sebuah minibar yang ada di hotel bintang lima tersebut. Wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu tidak terima diselingkuhi oleh sang suami.“Apa yang kau lakukan di sini, Elena?”Wanita itu menoleh pelan setelah mendengar suara dari samping. Penglihatannya yang sudah memudar akibat mabuk, sontak menyipitkan mata menatap sosok pria tegap yang duduk di sampingnya. “Apa kau mengenaliku?” la menatap pria itu yang meski samar-samar, terlihat tampan.“Ada apa denganmu, Elena?” tanya pria itu dengan nada datarnya sembari membantu Elena agar duduk dengan tegap.“Aku ….” Elena menghela napas berat. Baru saja ia hendak berdiri, namun, kakinya terasa lemas hingga akhirnya hanya menatap wajah pria itu. “Apa kau mau menemaniku malam ini?” tanyanya dengan nada menggoda.Pria yang dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu mengerutkan keningnya. Ia lalu menggeleng, tak menyik

DMCA.com Protection Status