Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, Kelly merenungkan apa yang ia dan Brandon telah bicarakan. Meski keras kepala, Brandon tetap menunjukkan dirinya akan berubah seperti lelaki yang ia idamkan."Apa kamu bisa ikut masuk ke ruang operasi?" Pertanyaan Brandon membuat Kelly menoleh."Umm... tidak akan boleh, Brad.""Mommy Keyna boleh masuk, 'kan?"Kelly menggeleng. "Mommy kan dokter jantung, sementara kamu akan ditangani doktet ortopedi.""Maksudku, Mommy Keyna bisa mengawasi, 'kan?"Sebenarnya, Kelly tau jawabannya pasti tidak boleh. Tetapi, daripada Brandon mencecarnya dengan banyak pertanyaan, Kelly hanya tersenyum saja.Sampai di rumah sakit, mereka sudah ditunggu seorang suster. Brandon langsung dibawa ke ruang operasi setelah pemeriksaan kesehatan standard.Kelly menunggu di depan ruang operasi. Ia mengirim pesan pada orang tuanya. Mereka membalas sedang dalam perjalanan ke rumah sakit."Princess."Kepala Kelly menoleh ke samping. Kedua orang tuanya bergandengan tangan menghampiri
Kelly merengungi cerita Brandon. Meski bergelimang harta, ternyata Brandon tidak bahagia. Ia tidak pernah merasa mendapat perhatian yang sebenarnya.Kerapkali, Kelly memperhatikan saat Brandon sakit, seluruh keluarga Dalton memberi perhatian dan Brandon tampak canggung. Namun begitu, Brandon berterus-terang ia sangat menyukai perhatian dari Kelly hingga rela sakit.“Nanti Mommy ke sini sehabis praktek. Apa ada yang kamu butuhkan? Kelly bertanya pada Brandon.“Kamu. Aku hanya butuh kamu di sisiku.” Brandon menggenggam erat tangan Kelly.Kelly menggeleng samar sambil menatap wajah Brandon. “Ke mana lelaki sedingin antartika itu pergi?”“Siapa?” Brandon mengerutkan kening tak mengerti.“Dulu, aku menamaimu lelaki dari antartika karena sikapmu yang dingin.” Kelly menyeringai.Kekehan pelan terdengar dari hidung Brandon. “Aku pasti sering sekali membuatmu sakit hati, ya?”“Sudah berlalu. Aku bukan tipe wanita pendendam. Tenang saja.” Kelly menepuk lengan Brandon.Brandon mengecup telapak t
Satu minggu berikutnya, Brandon datang ke mansion William. Kelly mengatakan bahwa sang Daddy bersedia bicara dengannya. Brandon cukup percaya diri, apalagi setelah Kelly berkata Mommy Keyna mendukung mereka.Kelly menyambut Brandon di foyer. Mereka berpelukan dan saling melepas rindu setelah beberapa hari belakangan hanya berkomunikasi melalui telepon."Keluargaku sudah menunggu." Kelly mendongakkan kepalanya menatap wajah Brandon."Keluargamu? Aku pikir aku hanya akan bertemu dengan Tuan William.""Mungkin nanti Daddy akan mengajakmu bicara di ruang kerja."Brandon mengangguk. Mereka berjalan menuju ruang keluarga. Begitu masuk, Brandon tertegun sesaat melihat keluarga Dalton berkumpul lengkap."Selamat datang, Brandon. Bagaimana kakimu?" Keyna lah yang pertama menyambut."Terima kasih, Nyonya. Kakiku baik-baik saja.""Silahkan duduk."Kelly mengarahkan Brandon duduk di dekat kursi orang tuanya. Brandon menunduk santun pada William."Aku khusus datang untuk bicara dengan Anda, Tuan W
Kelly merangkul lengan William. Mereka berjalan menuju ruang keluarga kembali. Kelly sudah dapat melihat wajah Brandon yang tampak tegang.Keyna berdiri menyambut suami dan putrinya. Wanita elegan itu mencium Kelly dan tersenyum pada William.“Brandon,” panggil William.Perlahan, dengan jantung berdebar kencang, Brandon bangkit dari duduknya. Ia menghampiri William dan mengangguk santun. William mengulurkan tangan yang langsung disambut Brandon dengan raut wajah bingung.“Sampai sekarang, aku tidak membenarkan cara keluargamu menjebak putriku. Tetapi, Tuhan berkehendak lain dengan menitipkan benih cinta di hati kalian.”William lalu meraih tangan Kelly dan menyatukannya dengan tangan Brandon. Ia mengamati kedua tangan tersebut bertaut dengan wajah terharu. Lalu, menatap Brandon kembali.“Mulai sekarang, aku titipkan kebahagiaan putriku padamu, Brandon. Kamu menyakitinya sama saja dengan menyakitiku dua kali lipat. Jaga dan sayangi putriku. Jika Princess salah, jangan kamu marahi, tegur
"Apa?"Brandon tidak menjawab. Kepalanya miring dan lebih mendekat ke wajah Kelly. Detik berikutnya, Brandon memagut bibir sang istri.Kelly sungguh tak menyangka Brandon sangat tidak sabaran malam ini. Sentuhan-sentuhan lembut hingga liar di tubuhnya membuat Kelly meremang.Ternyata, ia juga sangat merindukan ini. Kelly berusaha rileks dan membiarkan Brandon menelusuri dan meraba setiap inci tubuhnya. Tubuh Kelly kini bergetar oleh rasa nikmat."Aku sudah lama menginginkan ini, Kelly." Brandon mendesah di sela-sela kegiatannya mencumbu sang istri."A -- Aku sudah siap." Kelly membalas pelan, memberi sinyal agar Brandon menyatukan mereka.Sambutan itu membuat Brandon tersenyum. Penantiannya terbayar. Keduanya mendapat pelepasan hampir bersamaan.Brandon menjatuhkan diri di samping Kelly. Embusan napas yang menderu dari hidung mereka seolah bersahut-sahutan. Lalu Brandon menatap Kelly yang berbaring dengan mata terpejam."Apa kamu merasakan sakit saat pertama kali kita melakukannya?"K
Brandon kembali ke kamar. Kelly langsung duduk bersandar begitu melihat suaminya datang dengan baki di tangan.“Kok lama?” tanya Kelly.“Aku ngobrol sebentar sama Mommy Key di ruang makan.”Sambil menerima gelas berisi air mineral, Kelly mengerutkan kening. “Mommy masih bangun?”“Sepertinya terbangun dan sedang mempelajari berkas.”Kelly mengangguk mengerti. Setelah minum, ia masuk ke dalam pelukan Brandon. Kelly memejamkan matanya menikmati belaian tangan Brandon di punggungnya.“Kita harus tidur. Besok pagi pasti kita ditunggu untuk sarapan bersama.” Kelly menggumam.“Jam berapa biasanya kalian sarapan?”“Jam tujuh.”“Sepertinya, kita masih tidur.” Brandon terkekeh saat melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari.Kepala Kelly mendongak. “Tapi, kita harus ikut sarapan. Mereka tidak akan mulai jika kita tidak datang.”Kelly menjelaskan kebiasaan di keluarga Dalton. Kebersamaan adalah hal penting. Apalagi jika mereka memiliki tamu atau anggota keluarga baru, biasanya sel
Dalam perjalanan menuju penthouse, Kelly dan Brandon membahas pembicaraan mereka dengan Keyna. Brandon hanya beralasan ingin bicara dengan mommy mertuanya, padahal ia ingin Keyna bicara dengan Kelly.“Jadi, kamu tidak tau Mommy Keyna selama ini melakukan penelitian penggunaan plasentamu yang dibekukan untuk pengobatan Daddy William?”Kelly menggeleng. “Aku tau, Mommy selalu bekerja di ruang perpustakaannya sehabis praktek. Tapi tidak pernah bertanya apa yang Mommy lakukan.”“Ya sudah. Sekarang kamu tau. Tenang saja. Akan ada jalannya.” Brandon menenangkan sang istri.Mereka tiba di penthouse dan disambut Donald, Florence, Granny Eliza dan Kak Dheena. Kedatangan Brandon dan Kelly sepertinya sudah dinanti-nanti.“Menantu cantikku.” Florence segera menyambut Kelly dengan pelukan.“Kami turut bahagia.” Donald menepuk bahu sang putra bungsu.Semuanya duduk santai di ruang keluarga. Dengan bahasa tertata, Brandon menceritakan bagaimana akhirnya ia bisa diterima oleh William Dalton. Donald m
"Saat menjalani program kesehatan, Kelly tidak bisa hamil selama satu tahun."Pernyataan dari Daddy Donald membuat Kelly tersentak. Ia dan Brandon saling bertatapan.Melihat kebingungan di wajah putra dan menantunya, Florence lalu menjelaskan. Selama proses pengobatan, darah Kelly sangat dibutuhkan William. Kelly tidak mungkin menjadi pendonor jika dalam keadaan hamil.Donald dan Florence lalu mengajak Brandon dan Kelly bicara secara terpisah. Menurut mereka akan lebih baik sesama wanita dan lelaki bicara masing-masing.Florence mengajak Kelly ke dapur, sementara Donald dan Brandon tetap di ruang keluarga. Florence dengan cekatan menyiapkan bahan-bahan makanan untuk mereka makan siang sambil mengobrol.“Apa kalian memang berencana langsung memiliki momongan?” Florence bertanya sambil memilah sayuran segar.“Terus-terang, kami belum pernah membicarakan hal tersebut, Mom.”Florence mengangguk singkat. “Kamu sendiri bagaimana?”Kelly berpikir sebentar. Ia juga tidak pernah memikirkan ini
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”