"Saat menjalani program kesehatan, Kelly tidak bisa hamil selama satu tahun."Pernyataan dari Daddy Donald membuat Kelly tersentak. Ia dan Brandon saling bertatapan.Melihat kebingungan di wajah putra dan menantunya, Florence lalu menjelaskan. Selama proses pengobatan, darah Kelly sangat dibutuhkan William. Kelly tidak mungkin menjadi pendonor jika dalam keadaan hamil.Donald dan Florence lalu mengajak Brandon dan Kelly bicara secara terpisah. Menurut mereka akan lebih baik sesama wanita dan lelaki bicara masing-masing.Florence mengajak Kelly ke dapur, sementara Donald dan Brandon tetap di ruang keluarga. Florence dengan cekatan menyiapkan bahan-bahan makanan untuk mereka makan siang sambil mengobrol.“Apa kalian memang berencana langsung memiliki momongan?” Florence bertanya sambil memilah sayuran segar.“Terus-terang, kami belum pernah membicarakan hal tersebut, Mom.”Florence mengangguk singkat. “Kamu sendiri bagaimana?”Kelly berpikir sebentar. Ia juga tidak pernah memikirkan ini
“Daddy benar. Jangan sampai kamu keburu hamil – ini jika kamu memutuskan untuk menjadi pendonor darah untuk Daddy William.”Setelah makan siang, Brandon dan Kelly beristirahat di kamar. Mereka membicarakan tentang pengobatan Daddy William dan keputusan untuk menunda momongan.Kelly tentu saja akan menjadi garda depan untuk membantu sang Daddy. Ia mengeratkan pelukannya pada pinggang Brandon untuk membuatnya lebih nyaman.“Nanti aku tanya Kak Cha. Kira-kira kontrasepsi apa yang nyaman. Kak Cha pernah menunda memiliki anak karena masih ada kontrak dengan agensi model.” Kelly menjelaskan.“Apa sekarang kita coba dengan pengaman?” Brandon menggoda istrinya. “Tapi, terus-terang aku tidak suka. Tidak puas.”“Gimana, sih? Kamu yang mengusulkan, kamu juga yang menolak,” protes Kelly.Brandon terkekeh. “Habis mau bagaimana lagi? Kita sedang aktif-aktifnya bercinta. Dulu dua kali saja langsung jadi.”“Aku pernah dengar Mommy bilang, kalau terlalu sering malah nggak jadi.”“Oh ya? Ya sudah, kita
Acara makan malam dua keluarga yang akhirnya berbaikan berlangsung santai. Brandon menyampaikan salam dari Grandpa Albert dan kakak-kakaknya yang tidak dapat hadir. William dan Keyna mengangguk penuh pengertian.“Albert barusan menelepon. Cukup lama.” William bercerita tentang pembicaraannya dengan Albert.Keluarga Dalton yang hadir hanya keluarga inti saja. Brandon bisa bernapas lebih lega karena tidak harus berbasa-basi dengan banyak orang. Sacha dan Dheena tampak langsung akrab.Louis mendekati Brandon. Mantan pembalap formula satu itu menepuk bahu adik iparnya.“Tadinya, aku mau membatalkan kontrak kita.” Louis berterus-terang.Brandon mengangguk dan mengadu. “Ian juga berkata kamu mempersulit kontrak.”“Maaf. Tidak ada yang tidak marah adik kesayangannya diperlakukan tidak baik.”“Aku juga minta maaf.” Spontan, Brandon menunduk pada Louis dan Frederix.Berikutnya, mereka mendiskusikan tentang pesta. Karena Donald dan Florence hanya memiliki sisa cuti selama satu bulan, maka diput
Keyna mengembuskan napas penuh kelegaan saat Donald dan Florence memastikan bahwa Kelly akan baik-baik saja. Mereka hanya meminta Kelly untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum pengobatan dan menjaga kesehatan.William dan Granny Eliza kembali ke ruang keluarga. Mereka berhenti di sebuah dinding yang penuh dengan pigura penghargaan milik Kelly. William lalu bicara pada Bastian untuk melakukan sesuatu.“Kelly rajin sekali mengikuti berbagai pertandingan.” Granny Eliza mengamati satu persatu pigura.“Itu semua kerjaan kakak-kakaknya. Mereka sangat senang Kelly berkompetisi.” William ikut melihat apa yang Granny Eliza perhatikan.Granny Eliza mengangguk-angguk. Pantas saja saat pertama kali bertemu Kelly di perusahaan RichLand, ia sudah sangat tertarik dengan pribadi dan kemampuan Kelly.William dan Granny Eliza bergabung dengan Keyna, Donald dan Florence. Granny Eliza menceritakan kesannya tentang mansion William pada Donald dan Florence. William lalu berkata bahwa mansion ini suda
Kelly mulai banyak mengerti tentang kebiasaan Brandon. Salah satunya, sehabis bercinta, Brandon alan langsung tidur. Sementara, Kelly malah merasa segar bugar.Daripada melamun, Kelly duduk bersandar pada punggung ranjang. Ia membuka laptop dan mulai menyusun daftar undangan pesta pernikahannya. Selesai dengan daftar tamu, Kelly mencoba menggambar desain tema pernikahannya.Saking asyiknya, ia tidak sadar, Brandon terbangun dan memperhatikannya.“Ngapain?” Brandon menggumam dengan suara parau.Cepat, Kelly menoleh ke samping dan menatap sang suami. “Maaf, kamu jadi terbangun. Aku nggak bisa tidur, jadi mengerjakan daftar undangan dan desain tema pesta saja.”Brandon terdengan mengembuskan napas panjang. “Tutup laptopnya.” Brandon memerintah.“Sebentar lagi, ya. Aku juga belum mengantuk.”Tanpa banyak bicara, Brandon merebut laptop di pangkuan Kelly, lalu menutupnya. Kemudian menyelipkan lengannya di bawah tubuh sang istri dan memeluknya.“Tidur!”Kepala Kelly yang berada di ceruk leher
Di ruang praktek Keyna telah berkumpul Kelly dan tiga orang anak William. Tanpa buang waktu, Keyna segera menjelaskan mengapa ia memanggil semuanya dan bermain rahasia pada William.Semua mendengarkan dengan serius. Lalu kesepakatan di dapat. Anak-anak William dari istri pertamanya setuju untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.“Hari ini kalian bisa?” tanya Keyna.Frederix, Sacha dan Louis mengangguk. Keyna segera berkordinasi dengan rumah sakit untuk melakukan pengetesan secepatnya. Sambil menunggu, mereka kembali membicarakan rencana pengobatan William.“Tapi, kurasa Mom Key juga harus memberitahu Daddy. Jangan sampai Daddy tau dari orang lain atau malah curiga lebih dulu.”“Betul. Daddy bakal menolak mentah-mentah.”Kelly mengangguk setuju pada pernyataan Frederix dan Sacha. Sementara Keyna berpikir kapan waktu yang tepat untuk bicara pada William.“Apa tidak sebaiknya setelah pesta pernikahan Kelly saja?” Louis memberikan saran.“Terlalu lama.” Keyna membalas.Sesuai perbincangan d
Pertanyaan Mommy Florence membuat Brandon mengevaluasi diri. Ketika ia menemani Kelly memeriksakan kesehatan, Brandon banyak mencari informasi melalui internet. Ia terlihat sangat serius sampai tidak menyadari seseorang mendekatinya.“Dor!”Brandon tersentak kaget. Ponsel hampir saja tergelincir jatuh dari genggamannya. Cepat, ia menoleh dengan rahang mengetat karena kesal.“Jasmine!” desisnya murka.Bukannya takut, Jasmine malah menyeringai. Wanita itu malah duduk di samping Brandon. Ia menyandarkan tubuh dengan lemas.“Apa kamu membuka lowongan untuk menjadi dokter perusahaan? Dokter pribadi juga boleh. Aku tidak keberatan sama sekali bekerja dua puluh empat jam untuk pasien tampan sepertimu.”Brandon bukan tipe lelaki yang senang digoda seperti itu. Menurutnya candaan itu malah menyebalkan. Lagipula, ia masih sangat kesal Jasmine mengagetkannya.“Aku serius, Brad. Lelah sekali jadi koas. Aku mau kerja di perusahaanmu saja.”Tetap tidak ada tanggapan dari Brandon. Kalau bukan Jasmin
“Kenapa lagi?” Kelly memeluk leher Brandon dari belakang. Lelaki itu baru saja selesai bicara dengan Ian.Brandon menoleh dan tersenyum. Ia menarik tubuh Kelly dan memangkunya. Lelaki itu lalu melumat bibir sang istri dengan lembut.“Ian membuatku pusing.” Brandon mengusap bibir Kelly setelah menciuminya.“Soal pekerjaan?”“Umm... soal pesta.”Kelly mengangkat sedikit alisnya. “Apa ada yang bisa aku bantu? Kasihan Ian mengurusi daftar tamu di sana sendirian.”“Tidak perlu, Babe. Ian sudah punya tim sendiri.”“Lalu, kenapa kamu pusing?” Dengan penuh perhatian, Kelly memijat pelan kepala Brandon.Lelaki itu melirik jam dinding. Tidak ada waktu untuk saling terbuka saat ini. Mereka harus bersiap untuk makan malam dengan keluarga.Diingatkan pada acara keluarga tersebut, Kelly terkejut. Ia tidak menyangka waktu berjalan cepat.“Apa aku terlalu lama membereskan pakaian tadi?” Kelly menatap jam dinding sambil menggeleng samar.“Tak apa, Babe. Ayo, kita mandi saja sekarang.”Bukan Brandon na
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”