Brandon ditidurkan sementara sambil menunggu Daddy Donald dan Mommy Florence datang. Mereka mendapat isin untuk menggunakan teknolgi canggih dalam mengoperasi luka ginjal Brandon.Kelly duduk di samping Brandon yang tertidur. Tangannya menggenggam tangan suami yang biasanya selalu balas menggenggam lebih erat. Namun kali ini, tangan Brandon sangat lemah.“Maaf, ya. Aku baru ingat sekarang kejadiannya.” Kelly mengusap air mata.Setelah duduk dan makan santai di restoran, Agnes bertanya tentang gerai skincare Kelly. Awalnya, Kelly hanya bercerita singkat, namun ternyata Agnes tau banyak tentang produk Kak Sacha hingga Kelly terpancing dan bercerita banyak,Agnes mengaku memiliki kenalan yang bisa mempercepat izin lulus uji internasional. Tentu saja Kelly tertarik. Bahkan dengan sukarela mau diajak Agnes pergi menemui kenalannya tersebut.Di dalam mobil, Agnes berusaha mendapatkan kepercayaan Kelly dengan membeberkan apa saja yang diperlukan untuk mendapatkan izin dengan cepat. Agnes ber
Dengan cekatan, Clark menggunakan pakaian steril dan sarung tangan steril serta mengisi jarum suntik. Saat ingin memasukkan ke dalam infus, tangan Clark dicengkram kencang.“Kelly.” Brandon terdengar menggumam.Segera, Clark meletakkan kembali jarum suntiknya. Lalu membungkuk sedikit agar dapat mendengar ucapan Brandon yang lemah.“Brad.”“Kelly. Bagaimana?”“Kelly baik-baik saja. Tenang lah.”Brandon mengangguk. Kemudian ia meringis hingga mengeluarkan air mata. Tak lama berselang, Daddy Donald dan Mommy Florence masuk dengan pakaian steril.“Kelly.” Brandon kembali mendesah saat melihat kedua orang tuanya.“Kelly di luar bersama yang lain.”“Istrimu baik-baik saja, tapi belum bisa masuk ke sini sampai keadaanmu stabil.”Mommy Florence dan Daddy Donald membalas bergantian. Brandon kembali meringis dan mengerang kesakitan.Clark segera menyuntikkan obat painkiller. Sebelum obat itu bekerja, Brandon terlihat kesakitan.“Panas. Sakit sekali pinggangku.” Brandon menjawab saat Daddy Donal
Kelly menoleh. Marc berdiri di belakangnya dengan pakaian steril. Lelaki muda itu menghampiri ranjang hidrolik.“Kenapa kamu ke sini?”“Mau pamit sama Uncle Rich.” Marc menjawab sambil menatap wajah Brandon. Lalu kembali menatap Kelly. “Auntie tidak mau memberitahu keluarga karena tidak ingin mereka malah fokus padamu?”Tidak ada jawaban dari Kelly. Ia malah cenderung mengacuhkan Marc. Hingga Marc menariknya dan memeluknya erat.“Argh... pengap. Nggak bisa napas, dong.” Kelly berusaha melepaskan diri dari dekapan Marc.Marc terkekeh. Ia lalu tersenyum tulus pada Kelly. Dalam hati mengucapkan kata sayang untuk Auntie Richnya itu.“Kata Uncle Clark, kita tidak boleh berdua di sini.” Secara halus, Marc mengusir Kelly.Tau Marc ingin bicara pada Brandon, Kelly mencebik lalu keluar dari kamar meninggalkan Marc. Lelaki muda itu tersenyum lalu menatap sosok yang berbaring di ranjang.“Uncle, aku pamit, ya. Aku mau beres-beres. Besok pagi, aku tidak akan sempat ke sini lagi.” Marc berucap den
“Mommy, ini sudah dua jam lebih. Kenapa Brandon belum siuman?” Kelly merengek pada Mommy Florence.“Tunggu sebentar, ya. Semua organ menunjang baik, kok. Ginjalnya juga sudah bekerja.” Daddy Donald yang menjawab pertanyaan Kelly.“Kamu tunggu di sini. Bicara lah pada Brandon.” Mommy memberikan kursi untuk Kelly di sisi ranjang.Mommy Florence dan Daddy Donald keluar untuk memberi waktu bagi Kelly berduaan dengan Brandon. Kelly duduk di kursi yang siapkan mommy mertuanya. Tangannya mencbit-cubit kecil lengan Brandon.“Brad, bangun, dong.” Kelly memberengut. “Aku marah ya, kalau kamu nggak bangun.”Tetap tidak ada pergerakan. Brandon tetap menutup mata dengan napas teratur. Kelly mendengus kasar.Seperti kebiasaan Kelly jika sedang gusar, ia berjanaln mondar-mandir di depan ranjang hidrolik. Sesekali melirik Brandon yang tidak juga terjaga.Kembali duduk di kursi, Kelly menekan nomer di ponselnya. Ia langsung menjawab saat teleponnya terbalas.“Ed.” Kelly menyapa manja.“Iya, Brandon be
Brandon bersikeras Kelly tidak boleh pergi sendirian. Meskipun ke kamar mandi. Akhirnya Kelly menunggu Jasmine untuk menemaninya.“Brandon pasti trauma kamu menghilang.” Jasmine berkata saat menunggu Kelly. “Kamu maklumi saja.”Kelly keluar dari kamar mandi dan mencuci tangan. “Setelah pulang liburan, kamu banyak berubah. Biasanya jika keadaan begini kamu akan mengatakan Brandon lebay.”Kepala Jasmine menggeleng tegas. “Tidak untuk kasus ini. Agnes itu gila. Jelas-jelas percobaan pembunuhan.”Sambil berjalan kembali ke ruang isolasi, Kelly dan Jasmine mengobrol. Jasmine bilang ia dan Edzard tidak bisa berlama-lama di negara ini. Kelly mengerti jadwal para sahabatnya padat dengan praktek dan kuliah.“Aku ingin cepat-cepat selesai kuliah.”“Bagus. Jadi, kalau aku hamil, kamu bisa menjadi dokterku.”Cepat, Jasmine menoleh. “Kamu hamil?”“Belum.”Jasmine mendesah. Kuliahnya baru akan selesai satu tahun lagi. Jika Kelly hamil sekarang. sudah pasti sahabat ini tidak bisa menjadi pasiennya.
Hari ini ruang perawatan VIP sangat ramai. Brandon baru saja bersandar di punggung ranjang saat Mommy Keyna dan Daddy William masuk."Brandon." Mommy Keyna langsung memeluk Brandon hati-hati.Seketika Brandon tau dari mana asal keramaian tersebut. Pasti keluarga Dalton telah datang."Mom, Dad." Brandon mengangguk santun.Mommy Keyna tetap memeluk Brandon, lalu berbisik, "Terima kasih kamu menyelamatkan Kelly, menantu tampan.""Seratus kali terjadi pun, aku akan melakukan hal yang sama untuk Kelly, Mom."Keyna melepas pelukannya. Mata wanita yang melahirkan Kelly itu sembab. Brandon menduga sepanjang perjalanan, Mommy Keyna menangis."Bagaimana keadaanmu sekarang, Brad?" Daddy William bertanya serius."Sudah tidak sakit, Dad.""Kamu masih minum anti nyeri?""Mommy Florence bilang iya sampai tiga hari."Daddy William mengangguk. Sama seperti Mommy Keyna, lelaki itu mengucapkan terima kasih karena Brandon melindungi Kelly."Meski Daddy juga sedikit kesal karena kamu tidak langsung member
“Taruhannya apa?”Kelly berpikir sejenak. “Aku belum memikirkannya.”“Ya, sudah. Anggap saja kamu menang.” Brandon terkekeh.“Akh... nggak seru main sama kamu.” Kelly malah mencebik.Mereka lalu membicarakan hal-hal randon. Mulai pekerjaan, desain mansion, pengawal Kelly, kedatangan keluarga Dalton hingga rujuknya Kak Dheena dan Clark yang saat ini terlihat semakin mesra.Namun, tidak ada pembicaraan tentang kehamilan dan anak. Brandon hanya mengikuti alur topik dari Kelly. Ia sangat tau kehamilan mungkin masih menjadi obrolan yang sensitif bagi sang istri.“Brad.”“Hem.”“Aku cerita sama Mommy Keyna kalau aku sudah terlambat menstruasi.”“Mommy pasti senang.”“Tidak, biasa saja. Cuma senyum sambil usap-usap kepalaku.”“Mommy tidak ingin kamu jadi terbebani, Babe. Tidak masalah bagi kami kamu hamil atau tidak saat ini.”Kelly menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Ia bilang Mommy Keyna akan membawakan alat tes besok.“Aku jadi gugup.”“Kenapa? Kamu belum mau hamil?”“Bukan ituu.”
Frederix, Sacha dan Louis jadi ikut-ikutan gelisah. Daddy William baru saja memberitahu mereka bahwa Kelly sedang mencoba alat tes kehamilan. Pantas saja Mommy Keyna sangat gusar.Louis meminta izin sang daddy untuk menenangkan ibu sambungnya. William tersenyum dan mengangguk. Ia sendiri pasrah saja ikut merasakan Kenapa yang sama.Lengan Louis melingkari bahu Keyna. Lelaki itu mengajak Keyna duduk agak jauh dari keluarga hingga memungkinkan untuk bicara tanpa terdengar.“Apa ini lebih menyeramkan daripada berada di ruang operasi?” Louis bertanya dengan nada bercanda.“Tidak juga. Hanya saja adikmu menularkan kegalauannya.”“Bisa-bisanya mahluk cantik yang menggemaskan itu akhir-akhir ini membuat kita jantungan.”Louis menggeleng. Sejak bayi hingga sebelum berangkat ke luar negeri untuk bekerja, Kelly hampir tidak pernah membuat keluarga susah. Prilaku manisnya malah membuat keluarga tidak bisa move on kalau Kelly telah dewasa.Lalu, Kelly berkeras ingin berkarir di luar negeri. Kejut
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”