"Apa yang akan gue lakukan? Entahlah Jav, gue belum punya rencana apapun bahkan gue tau kalau sekarang gue kalah cepat dari lo," Theo spontan menoleh pada Javas yang tengah memicingkan matanya, bahkan bisa dilihat tubuh Javas yang tampak siaga. “Jadi maksud lo. Lo suka sama Lyra?”“Jav,” sambar Theo yang lantas kikuk karena tak benar tahu akan bicara apa, dia hanya meringis mendapatkan dua pasang tatapan yang menunggunya bicara.“Maksud gue, buat sekarang itu bukan hal penting yang harus dibahas, Lo tahu ‘kan El nggak seserius itu. Jadi kita ganti topik nya, ok!...soal orang tua lo apa mereka tau hal ini, Jav?”“Kenapa juga harus bahas mereka sih?”Theo memajukan tubuhnya, menaruh kedua tangannya di atas lutut. “Buat gue penting, biar seandainya nanti mereka menanyakan kesibukan lo, dan lo lagi berduaan sama cewek itu, gue jadi tau apa yang harus gue jawab.”“Keluarga Sastro yang complicated sekaligus fenomenal.” gumam Elkan yang jelas terdengar oleh ketiganya.“Shut up, El!” sambar
Javas melangkah lebar-lebar lengkap dengan raut wajah tegang lalu melempar undangan asal ke arah sofa panjang yang berada di tengah ruang besar, ia menoleh mendapati Zehra yang berdiri di dapurnya bersama alat masaknya, tengah terdiam mereka berbalas tatap, Javas yang mengakhiri duluan ia berjalan menuju kamarnya miliknya untuk membersihkan diri.Zehra menghempaskan napasnya panjang, akan sikap Javas yang berubah drastis, ia kembali menuangkan telur yang sudah di kocok di atas pan yang sudah diberi margarin lalu menaruh satu lembar roti kupas dan ikan tuna kaleng yang berbentuk lembaran tepat di atas telur yang hampir matang lalu tutup lagi dengan roti kupas kemudian di balik dan sdikit di tekan agar cepat matang merata ia melakukan hal yang sama hingga mendapat tiga porsi.Zehra tersenyum bangga, setidaknya ia berhasil memasak menu makan malam yang mengandung protein dan karbo dari roti gandum kupas. Ia mengedarkan pandangan lalu menggelengkan kepalanya. Pasalnya di dapur yang sebag
*** Belum sempat Zehra memejamkan matanya, dering ponsel mengganggu Zehra yang terlelap tidur. Sekilas melihat deretan nomor di layar membuatnya otomatis menggeser ke tanda merah lalu kembali menutup mata. Ponselnya berdering lagi. Dengan enggan, Zehra menerima panggilan tersebut. "Halo! Siapa ini?" tanya Zehra ketus. "Apa kamu serius nggak kenalin suara aku? Bukannya kamu udah pernah menghubungi aku di nomor yang sama?" tanya orang di seberang sana dengan nada tersinggung. "Nggak! Aku nggak tahu dan aku nggak menyimpan nomor orang nggak penting," jawab Zehra kesal. Tuttt... tuttt... tuttt. Zehra dongkol mendengar nada panggilan terputus di screen ponselnya. "Ya ampun, siapa sih, orang yang iseng nelpon jam segini? Aku butuh tidur lagi sebelum kerja rodi nanti malam!" gerutu Zehra lalu merebahkan diri kembali di atas tempat tidur. Jelang beberapa menit, tone sebuah pesan masuk membuat Zehra kembali menengok ponselnya. Temui aku di apartmenku jam delapan malam! Aku berubah pikir
Zehra membuang wajahnya kesal, merasa bodoh sudah begitu percaya diri. Lain kali ia harus pastikan Javas menyetujuinya.Javas hanya tertawa kecil, "Sebaiknya kamu menurutiku agar semuanya lebih mudah jika nggak mau melibatkan orang lain."Zehra mengerutkan keningnya, sedetik kemudian air mukanya berubah. "Apa yang kamu maksud dengan melibatkan orang lain?""Well, menurutmu bagaimana aku bisa menemukanmu secepat dan seakurat ini?"Zehra menggeleng kecil dan ia mulai kesal. "Mana aku tahu! Jadi gimana caranya kamu bisa tau aku ada disini dan dapat alamat temanku?""Teman wanitamu yang rambutnya di cat warna pirang,""Gista, apa dia yang kamu maksud?""Aku nggak ingat namanya, yang jelas Theo bilang padaku kalau dia temanmu yang bekerja sebagai barmaid di club malam yang sama kamu,""Gimana kalian bisa bertemu?""Aku kira kamu sedang bekerja sebagai pemandu karaoke lagi, aku memesan kamu sama Bosmu, tapi dia malah memberikan ku, temanmu itu dan buntungnya aku, karena dia mengaku mengenal
24."Iya, kamu paham kan kalau kamu orang pertama dan aku belum punya pengalaman selain hari itu, jadi melakukan BDSM aku yakin aku ngga bisa. Jadi aku nggak mau, terserah kamu mau kurangi uang bulanan, aku akan terima."Javas mengangguk namun tetap membujuknya, "Makanya kamu bisa coba, Ayolah. Aku ingin sekali melakukannya sama kamu, Hanya dua kali sebulan, itu pasti menyenangkan.""Nggak. Aku nggak mau menderita di atas kesenangan orang. Aku masih ingat emosi kamu saat melakukannya. Apalagi kalau harus mempraktekan hal seperti itu. Jujur aja, aku nggak mau punya pengalaman yang seperti itu.”Javas terdiam sebentar menatap manik mata Zehra, "Kenapa?""Karena sejak awal aku bukan pekerja seks dan aku melakukan ini karena terdesak butuh uang banyak dalam waktu cepat dan sampai sekarang aku masih susah lupa sama cara kamu yang menggebu- gebu terkesan kasar.""Tapi kamu menikmatinya.""Aku nggak tau, dan terpaksa," sanggah Zehra.Javas menyeringai saat kenangan itu berputar kembali di o
Zehra mengerjapkan matanya beberapa kali, ia belum melakukan apapun. Sejujurnya ia tak ingin ada satu orang pun yang mengetahui pekerjaan sampingannya. Memberitahu bos secepat ini artinya ia harus menjelaskan banyak hal. "Itu biar jadi urusanku," "Aku nggak mau dapat bekas dari orang lain!""Aku memang bukan barang bekas!" sentak Zehra emosi. "Hufth.. Aku juga nggak nyaman sama jobdesknya, melayani pelanggan random di tempat eksklusif. Bukan berarti aku akan melakukan apa yang dia mau. Intinya itu biar jadi urusanku.""Ok, dan sekarang ganti baju. Ayo ikut aku!"“Ikut kemana?” "Nanti juga kamu tau. Aku beri waktu lima menit untuk bersiap! Aku tunggu di parkiran mobil!" titah Javas sembari melenggang keluar dari kossan Gista.**Pria itu berdiri bersandar di mobil dengan tangan bersedekap di d**a. Seringai licik tersemat di bibirnya, penuh kepuasan dengan kemunculan Zehra yang sangat tepat waktu."Masuklah." Javas membukakan pintu sebelah kemudi untuk Zehra.Sepanjang perjalanan Zeh
Kalimat tergesa itu meluncur dalam sekali tarikan napas. Lalu pria itu terengah, menariknya menjauh, menggenggam wajahnya, dan memeluknya lagi."Maafin aku, Ra. Terakhir kalinya kitabertengkar itu buat aku sadar kalau kekhawatiran kamu itu beralasan dan aku menyesal memutuskan kamu, itu semua benar-benar perpisahan yang menyiksa. Aku menyesal meninggalkan kamu."Zehra hanya menerima dan diam berada dalam pelukan. Kesedihan dan duka yang terpampang jelas di wajah pria masa lalunya mengundang kilatan kenangan masa lalu, dan hatinya yang masih berada dalam kebingungan tak mampu mencerna semua rentetan kalimat pria itu.Zehra menghirup aroma tubuh pria ini dalam, diam-diam ia ingat pernah begitu merindu tentang pria ini, tentang mereka.Namun tiba-tiba hentakan kuat menarik tubuhnya menjauh dari rengkuhan pria itu. Zehra memendam tanya akan reaksi wajah sinis dengan rahangnya mengeras dan matanya yang menajam teruntuk dirinya."Asha," ucap Ricky tergagap."Apa yang kamu lakukan di bela
Melihat penampilan wanita nya seperti itu, membuat Javas meneguk ludahnya susah payah. Gairahnya berkumpul di satu titik.Javas memutuskan masuk setelah menutup pintu kamar. Dia meletakkan gelas di atas nakas, lalu duduk di sisi Zehra. “Ra, minum dulu.” Tegurnya.Zehra melenguh, kemudian merubah posisi berbaringnya hingga Javas bisa melihat sekujur tubuh Zehra yang terekspos jelas di kedua matanya.Wajah Zehra yang memerah dan kedua matanya yang sayu entah mengapa terlihat begitu seksi malamini hingga Javas mulai kehilangan fokusnya antara menatap wajah Zehra atau beberapa bagian yang menyenangkan untuk ditatap.Zehra beranjak duduk, membuat Javas kembali mengambil gelas itu dan menyerahkannya pada Zehra.Zehra minum seperti orang yang benar-benar kehausan. Bahkan air itu sampai tumpah dan mengalir di antara celah bibirnya hingga ke dagu.Sial! Kenapa Javas bisa bergairah hanya karena melihat keadaan Zehra saat ini? Jakun Javas bergerak lambat selagi dia mengamati Zehra yang terlihat