Share

Terjerat Hasrat
Terjerat Hasrat
Author: Frank R

1. Tertarik

Author: Frank R
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sedan hitam berjalan pelan memasuki halaman sebuah rumah yang tampak asri. Tidak terlalu besar, tetapi terlihat mewah. Seorang lelaki tampan turun dari mobil itu. Dialah Arya Wibisana, seorang arsitek berumur tiga puluh lima tahun.

Langkah-langkah kakinya yang panjang menapaki ruangan yang tampak sunyi. Tak seorang pun terlihat di sana. Arya membawa langkahnya menuju kamar tidurnya.

Tubuhnya terasa lelah setelah seharian bekerja di kantor. Selain bekerja pada sebuah konsultan arsitektur besar, Arya juga memiliki sebuah perusahaan kecil yang bergerak di bidang yang sama, arsitektur. Dia menjalankan perusahaannya di sebuah studio yang terletak di sebelah rumahnya.

Sepulang dari kantor, Arya biasanya mampir ke studionya. Memeriksa pekerjaan yang dilakukan para karyawannya. Memang dia tidak seharian berada di studionya. Para karyawannya bisa diandalkan untuk menangani berbagai pekerjaan desain rumah tinggal atau gedung-gedung kecil lainnya.

Begitulah kesehariannya. Bekerja pagi hari sampai sore di perusahaan tempatnya bekerja, lalu pulangnya mampir ke studionya untuk memeriksa pekerjaan di perusahaannya sendiri. Sejauh ini, semua pekerjaan berjalan dengan lancar. Meskipun tak banyak proyek yang ditangani perusahaan kecilnya, tetapi boleh dibilang selalu ada proyek sepanjang tahun.

Arya melihat jam dinding di kamarnya, pukul enam lewat sepuluh menit. Semula dia menduga Vina, istrinya, ada di sana. Ternyata dugaannya salah. Mungkin lagi di dapur menyiapkan makan malam, pikir Arya sambil meletakkan tas kerjanya di meja kerja dalam kamarnya.

Kamar itu cukup luas. Biasanya, ruangan itu juga dijadikan Arya tempat untuk menghabiskan waktu saat sedang tidak ada kegiatan. Dia biasa menonton acara televisi di smart tv atau menonton berbagai video dari Youtube. Kadang dia juga bekerja di meja kerjanya atau main gitar kalau mood seninya sedang muncul.

Arya tak sabar ingin menyegarkan tubuhnya. Tak lama, dia sudah menikmati kucuran air hangat dari shower yang mengguyur tubuhnya. Perlahan-lahan dia sabuni sekujur tubuhnya. Sensasi aroma sabun lelaki cukup semerbak di dalam kamar mandinya. Setiap lekuk tubuhnya tak lepas dari usapan tangannya sambil menggosok halus kulitnya dengan sabun cair. Ada sensasi berbeda ketika tangannya tiba pada bagian selangkangannya. Usapan lembut di bagian itu membuat hasratnya sedikit terbawa yang membuatnya betah menyabuninya agak lama.

Fantasi bermain nakal di pikirannya. Membayangkan seolah jemari Vera yang sedang bermain di sana. Terbayang Vera sahabat lama Vina yang tadi pagi sempat mampir ke rumahnya dan baru diperkenalkan Vina karena Vera memang baru dua minggu pindah ke kota ini.

Bayangan perempuan manis yang sedikit lebih montok dari Vina itu menggoda hasrat kelelakiannya. Perempuan dengan tinggi badan sedang dengan dada agak membusung yang sedikit lebih besar dari punya Vina. Kulitnya yang putih bersih dan senyumnya yang manis beberapa kali mampir dalam pikiran Arya seharian ini.

Arya memukul pelan kepalanya. Dia tak mau terhanyut lebih lama dan berakhir dengan masturbasi. Dia lanjutkan dengan menuangkan sampo secukupnya di telapak tangannya lalu melumuri rambutnya sambil mengurut-urut kulit kepalanya perlahan.

Aliran darah di kepalanya terasa lebih lancar dan ketegangan yang sempat terpicu di bagian tengah tubuhnya tadi teralihkan. Selanjutnya, dia menikmati kucuran air hangat dari shower ke kepalanya lalu turun ke bagian tubuh lainnya. Setelah tak lupa menggosok giginya, dia keringkan tubuhnya dengan handuk putih yang sudah tersedia di kamar mandi lalu dia melilitkan handuk menutupi pinggangnya ke bawah sampai dengkul.  

Arya mendesah pelan saat keluar dari kamar mandi. Udara sejuk AC di kamarnya membuat tubuhnya yang tadi hangat menjadi agak terasa dingin. Arya mencari celana dalam di dalam lemari, mengenakannya, lalu mengambil celana pendek berbahan kaus dan t-shirt. Dia mengenakannya di depan kaca sambil memandangi tubuh sedangnya yang hanya berbalut celana dalam.

Dipandanginya sejenak tubuh sedangnya yang tak tampak atletis. Wajar saja demikian karena Arya memang jarang sekali berolah raga. Setelah mengenakan celana pendek dan t-shirt, dia pun melangkah menuju ruang makan mencari Vina. Melihat Arya muncul di ruang makan, Vina yang baru selesai menyiapkan makan malam tersenyum lalu mendekati Arya dan menciumnya.

"Kakak mau langsung makan?" Vina membuka percakapan seperti biasanya. 

Arya mengangguk. "Iya, aku sudah lapar nih. Makan apa kita malam ini?" ujar Arya sambil mengamati makanan yang sudah tersaji di meja.

"Malbi dan sayur lodeh kesukaan kamu, Kak. Tadi, Inah yang masak."

Inah adalah seorang gadis umur sembilan belas tahun yang menjadi asisten rumah tangga mereka. Biasanya Vina menyuruh Inah pulang ketika Vina sudah pulang kerja dan semua pekerjaan Inah beres. Urusan menyiapkan makan malam memang biasa dilakukan Vina sendiri agar lebih terasa melayani suaminya meski Vina tidak masak sendiri karena seharian juga bekerja sebagai manajer pemasaran di salah satu perusahaan properti. Kalau tidak malas, atau ada acara di luar, di akhir pekan barulah Vina masak sendiri di dapur.

"Kak, tadi pagi setelah kamu pergi ke kantor, Vera masih tinggal ngobrol-ngobrol sama aku sambil aku siap-siap ke kantor. Dia bilang kapan-kapan minta kamu ke rumahnya untuk melihat proses renovasi rumah mereka." 

Vera lebih dulu pindah ke kota ini dibandingkan suaminya karena harus merenovasi dulu rumah yang baru mereka beli dan mengurus sekolah anaknya, Seno, yang baru masuk TK. Mereka pindah ke sini karena suaminya dipindahtugaskan ke sini. Kebetulan, orang tua Vera juga di kota ini dan memang Vera besar di sini sebelum menikah dan ikut suaminya bertugas di kota lain.

Vina dan Vera sudah bersahabat sejak lama karena selalu bersekolah di sekolah-sekolah yang sama. Bahkan kuliah pun di universitas yang sama hanya saja beda fakultas. Vera kuliah di Fakultas Hukum dan Vina di Fakultas Ekonomi.

Berbeda dengan Vina yang berkarier sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Vera hanya jadi ibu rumah tangga dan mengurusi anak mereka yang baru satu orang. Vera menikah segera setelah tamat kuliah, tetapi Vina bekerja dulu sebelum menikah dengan Arya. Tiga tahun menikah, Arya dan Vina belum dikaruniai seorang anak.

"Besok sebelum ke kantor aku bisa mampir kok ke rumah Vera. Kebetulan besok tidak banyak pekerjaan," jawab Arya setelah menyelesaikan kunyahan makanan di mulutnya.

"Baguslah kalau begitu. Nanti aku minta Vera kirim lokasi rumahnya ke ponselmu, ya, Kak." Arya cuma mengangguk sambil melanjutkan kunyahan makanan di mulutnya.

"Vera itu manis dan seksi, ‘kan, Kak?" pancing Vina ingin tahu pendapat suaminya tentang Vera. Tadi pagi dia sempat memergoki Arya beberapa kali memandangi dada Vera sambil ngobrol. Vina sudah hafal selera suaminya. Tipe perempuan seperti Vera memang yang jadi selera suaminya.

"Sama manisnya sama kamu, tapi sedikit lebih montok," jawab Arya sambil tersenyum memandang istrinya.

Vina tertawa mendengar pendapat suaminya. Mereka memang biasa blak-blakan kalau ngobrol urusan begitu. Arya tak pernah menutupi pada Vina kalau dia kebetulan suka melihat seorang perempuan. Vina pun sudah maklum dan memang membebaskan Arya kalau dia suka perempuan lain bahkan sampai berhubungan intim.

Memang rasanya aneh, tetapi itu Vina lakukan karena dia sangat memahami Arya yang tak cukup dengan tubuhnya saja. Dia tahu kalau Arya memiliki hasrat seksual yang agak berlebih. Tidak sampai pada taraf hiperseks, tetapi hasratnya lebih besar dibandingkan dengan lelaki pada umumnya.

Frank R

Mohon dukungannya dengan memberi bintang dan komentar. Terima kasih.

| 13
Comments (17)
goodnovel comment avatar
fino Ndange
baru 2 bab,,SDH pake koinn,,beda sama novel yang lain,,jadi malas bacanya
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
goodnovel comment avatar
Ekhak Setyawan
crita bagus tp bonus dikit dan koin nya mahal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Hasrat   2. Mengerti

    Sejak sebelum menikah, Arya telah berterus terang tentang kondisinya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Vina bisa memahami dan menerima keadaan Arya. Hanya saja Vina mengajukan syarat agar Arya tidak akan pernah memadu dirinya. Arya boleh suka dengan perempuan lain, tetapi tidak sampai terlibat hubungan cinta. Boleh berhubungan intim dengan perempuan lain asal jangan main perempuan nakal dan terus terang dengan Vina. Sejauh ini, Arya pernah beberapa kali tergoda dengan perempuan lain, tetapi belum sampai ke hubungan intim, hanya sebatas jalan bareng lalu berlanjut ke ciuman dan rabaan. Vina sangat mengerti keadaan Arya. Dia tidak memiliki hasrat sebesar yang dimiliki suaminya. Namun, Vina sudah berusaha keras untuk memuaskannya. Kadang, Arya begitu bernafsu sehingga dia menyetubuhi Vina berkali-kali dalam sehari semalam. Sebagai istri yang baik, Vina selalu menuruti kemauan suaminya agar bisa terpuaskan. Tak jarang, Vina terlalu lelah meladeni kemauan suami

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   3. Berbagi

    Arya semakin meninggi. Vina mengerti kalau Arya sudah ingin masuk ke tahap selanjutnya. Dia berinisiatif terlentang di kasur lalu Arya mengangkangi perut Vina. Tangan Vina perlahan menarik milik Arya lalu diletakkannya benda itu di celah antara dua payudara montoknya. Kedua tangan Vina mendorong kedua belah payudaranya, menjepit milik Arya lalu mengurut benda itu dengan kedua belah payudara montoknya. Payudara Vina yang sangat sensitif ikut merasakan sensasi luar biasa saat mengurut benda itu. Sensasi itu membuat selangkangan Vina berdenyut-denyut seolah kontak dengan payudaranya. Arya yang semakin bernafsu ikut bergerak maju mundur menggesekkan miliknya di jepitan payudara Vina. Gerakan Arya semakin cepat dan itu membuat Vina menggelinjang kenikmatan. Kedutan di selangkangannya semakin menjadi-jadi. Desahan-desahan nafsu meluncur dari mulutnya yang membuat Arya semakin bernafsu. Arya merasakan gejolak yang mendesak. "Sayang, aku hampir sampai," bisik Arya di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   4. Peluang atau Jebakan?

    Arya memandang dirinya di depan cermin. Sudah rapi. Dengan kemeja lengan pendek bermotif kotak-kotak dan celana jin, penampilannya tampak kasual. Begitulah penampilannya saat pergi ke kantor. Atasannya tidak pernah keberatan dengan penampilannya. Arya membalikkan tubuhnya. Dicangkingnya tas kerjanya ke ruang tengah lalu dia menuju ruang makan untuk sarapan. Setiap pagi Arya biasa pergi kerja pukul tujuh pagi sementara Vina biasanya berangkat lebih telat karena jam kantornya memang sedikit lebih siang. Seperti biasa, Vina menyiapkan sarapan pagi buat Arya lalu menemaninya sarapan pagi. Setelah Arya berangkat kerja, barulah Vina berganti pakaian dan bersiap pergi ke kantornya. Mereka berdua sudah biasa seperti itu. Berangkat kerja masing-masing dengan mobil masing-masing. Setelah Arya berangkat, Vina bersiap untuk mandi. Tanpa sadar, dia memikirkan apa yang bakal terjadi antara suaminya dan sahabatnya pagi ini. Dia bertanya-tanya apakah Vera bisa menggoda Arya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   5. Berani

    Untuk beberapa saat, mereka berdua saling pandang. Suasana yang agak canggung sampai nada dering berbunyi dari ponsel Vera. Vera melihat sekilas nama pemanggil di ponselnya. "Maaf, Kak. Aku angkat telepon dulu," ujar Vera. "Istrimu nelepon," katanya lagi sambil meninggalkan kamar. Diam-diam, Arya bereusaha keras mencuri dengar. Namun, dia tidak bisa menebak dengan jelas apa yang dibicarakan istrinya dengan Vera. Sekilas Arya mendengar Vera mengatakan bahwa Arya sudah sampai sekitar lima belas menit lalu. "Aku pinjam dulu suamimu, ya," seru Vera mengakhiri obrolan singkatnya dengan Vina diikuti senyum penuh makna. Arya sempat menoleh ke arah Vera ketika dia mengatakan itu. "Vina ngomong apa sama kamu tadi?" tanya Arya ketika Vera senyum-senyum masuk ke kamar. "Biasalah, nanya apa suaminya sudah sampai ke mari," jawab Vera. "Terus kenapa kamu bilang pinjam suaminya?" Vera tidak menjawab melainkan hanya tertawa kecil. Arya tersenyum melih

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   6. Sang Sutradara

    Seuntai senyum manis tampak menghias wajah sang perempuan. Meskipun demikian, itu tak membuat tubuh Arya berkurang ketegangannya. Rasa malu, bersalah, berkhianat, dan takut bercampur baur menjadi satu di pikirannya. Dia merasa seakan dirinya adalah seorang maling yang terpergok sedang menjarah barang curiannya. Dengan santai, perempuan itu melangkah mendekati Vera yang terbaring dengan tubuh telanjang. Dikecupnya pipi Vera diiringi senyum manisnya. Vera hanya membalas senyum perempuan itu tanpa mampu berbuat lebih banyak. Tak urung perasaannya berkecamuk karena perempuan itu mendapatinya sedang terlentang telanjang bulat dan di selangkangannya ada suami perempuan itu yang juga telanjang bulat sedang mengerjainya. Sesaat kemudian, perempuan itu bergeser ke arah Arya. Tanpa melepas senyumnya, dia kecup pipi Arya dengan lembut. Arya tetap mematung tanpa tahu harus berbuat apa. Pipinya serasa keras kaku menerima kecupan perempuan itu. "Teruskan aja permainan kali

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   7. Berbagi

    Vina sudah terbiasa mendapatkan sensasi itu karena begitulah kebiasaan Arya. Sesaat kemudian Arya pun mengalami ejakulasi. Dipeluknya erat tubuh Vina dan ditekannya miliknya dalam-dalam ke rongga kewanitaan Vina. Mereka berpelukan erat menuntaskan sensasi klimaks yang baru saja mereka capai. Deru napas mereka mulai mereda. Perlahan, Arya mencabut miliknya dari kewanitaan Vina. Arya bergeser ke arah Vera yang sudah terlentang bersiap menerima serangan Arya. Hal yang pertama Arya lakukan adalah mencium bibir Vera. Ciuman itu saling balas dengan panasnya. Milik Arya seperti biasanya masih tegang meski baru saja mengalami ejakulasi. Di tengah cumbuan panas itu, milik Arya semakin tegang mencapai puncaknya. Arya berpindah menempatkan dirinya di antara selangkangan Vera. Dipegangnya miliknya sendiri dan diarahkannya ke pusat sensitif Vera. Gesekan-gesekan milik Arya bermain di muara milik Vera yang basah. Vera mulai menggelinjang kegelian bercampur nikmat.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   8. Rutinitas

    Arya pamit kepada dua wanita yang barusan ditidurinya setelah menghirup kopi yang tadi disuguhi Vera yang sudah dingin karena ditinggal lama. "Aku ke kantor dulu, ya," ujar Arya kepada keduanya. Dikecupnya kening Vina penuh kasih sayang. Arya juga sempat mencium pipi Vera. Ketiganya tersenyum lalu Arya meninggalkan Vina melanjutkan obrolannya dengan Vera. "Eh ... kamu gak jemput Seno?" tanya Vina yang baru sadar sambil melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul sebelas kurang lima. "Pagi tadi aku sudah bilang Mela, adikku, untuk menjemput Seno dan membawanya ke rumah Ibu," jawab Vera. Arya masuk ke mobilnya untuk mengambilLaser Distance Meter. Alat pengukur jarak itu akan digunakannya mengukur jarak yang dibutuhkanya untuk merancang bangunan Vera yang sudah dijanjikannya tadi. Sesaat kemudian, Arya sudah sibuk mengukur jarak-jarak yang dibutuhkanya di belakang rumah Vera. Setelah selesai, dia masuk ke mobilnya dan ber

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Hasrat   9. Bernyanyi

    Nita muncul lagi di ruangan Arya. "Pak, Cecil minta waktu untuk menemui Bapak." "Suruh dia masuk!" jawab Arya. Nita kembali ke luar dari ruangan Arya dan berganti Cecilia yang kini masuk menemui Arya. "Silakan duduk!" kata Arya ketika Cecilia muncul di hadapan Arya. "Apa kabar kamu?" tanya Arya ketika Cecilia sudah duduk di hadapannya. "Baik, Pak," jawab Cecilia agak formal karena dia belum dekat dengan Arya. Selama ini cuma sering berbasa-basi secara sopan ketika ketemu Arya. "Aku dengar kamu bersedia membantu proyekku, ya?" tanya Arya lagi. Meski sudah tahu dari Tomo, tetapi Arya ingin mendapatkan jawaban langsung dari Cecilia. "Betul, Pak. Pak Tomo sudah menyampaikan tawaran Bapak dan saya bersedia. Mungkin saya bisa kerja di studio Bapak sampai sekitar jam sembilan malam setelah pulang dari sini." Cecilia sekalian menanyakan beberapa detail dari pekerjaan yang akan dikerjakannya. Arya menjelaskan secara rinci dan mi

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat   47. Memaafkan

    Nita dan Vina berbaring bersisian. Tubuh mereka masih telanjang. Keduanya kelelahan setelah pergumulan mereka barusan.“Yuk ....” panggil Nita.“Hmmm ....” Vina membuka matanya. Menatap Nita yang ada di sisi kanannya.“Gimana hubungan Kak Arya dengan Ayuk belakangan ini?”Vina menghela napas panjang. “Entahlah, Nit. Kak Arya beberapa hari ini sibuk. Setiap hari pulang malam.”“Sibuk dengan kerjaan kantor?”“Aku gak tahu persis. Kadang, dia pulang sore, mandi, terus pergi lagi. Dia gak bilang mau ke mana persisnya. Aku pikir Kak Arya pergi kencan dengan Cecil.”“Kenapa bisa mikir gitu?” tanya Nita penasaran.“Naluri istri, Nit. Tiga hari lalu, Kak Arya pulang sore dan pergi lagi. Aku ikuti. Ternyata, dia ketemu Cecil di suatu tempat, lalu pergi bersama.”“Mungkin pergi ngurus kerjaan?”“Bukan kerjaan, t

  • Terjerat Hasrat   46. Penyelesaian

    Arya terdiam seribu bahasa. Apa yang dikatakan Nita seolah menamparnya dengan sangat keras. Mukanya memerah entah karena marah atau malu.“Putuskan Cecil! Bapak sudah melanggar kesepakatan dengan Bu Vina karena mencintai Cecil.”Arya menghela napasnya. “Kamu benar. Aku memang mencintai Cecil.”“Sekarang, Bapak silakan pergi. Jangan pernah menyentuhku lagi. Ini untuk terakhir kalinya.”“Maafkan aku,” ujar Arya. “Aku telah membuatmu jadi begini.”“Sudahlah. Kita lupakan yang pernah terjadi.”“Suruh Bu Vina kemari nanti sore,” pinta Nita. “Jangan bilang apa-apa tentang hal ini. Biar aku yang bicara padanya.”Bagaimanapun, bukan cuma Arya, Nita juga harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Apa yang terjadi sudah menjadi lingkaran setan yang harus diputusnya. Semua harus kembali ke asalnya.Setelah Arya pergi, Nita mandi dan bersiap

  • Terjerat Hasrat   45. Desakan

    Nita merasa batinnya lelah. Bangun dari tidur di pagi hari tidak membuatnya merasa segar. Dengan malas, diliriknya jam dinding. Hampir pukul setengah tujuh pagi. Andai dirinya tak mesti ke kantor.Otaknya terasa penuh. Setelah Vina pulang semalam, dia hampir tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi beberapa bulan belakangan. Mulai dari sentuhan pertama Arya di tubuhnya sampai dirinya terjebak dalam perilaku biseksual yang telah melenakannya.Ingatannya akan ibunya membuat dadanya terasa sesak. Nita sadar dirinya telah mengecewakan ibunya andai beliau tahu apa yang telah dilakukannya. Dia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Jijik dengan perilakunya yang liar.Apa artinya marah dengan keadaan dan kesalahan orang lain dengan membuat kesalahan sendiri? Itu tak membuat dirinya lebih baik. Bahkan, lebih buruk. Marah dengan orang-orang yang dianggapnya bersalah, tetapi dirinya sendiri berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang membuatnya semakin terbenam.

  • Terjerat Hasrat   44. Resah

    Nita sudah selesai mengikat tali sepatunya. Disandangnya ranselnya lalu mencium punggung tangan ibunya."Bu, aku pamit dulu.""Iya. Jaga dirimu baik-baik, Nit!" Mata ibunya tampak berkaca-kaca setelah mengurai pelukannya pada Nita."Iya, Bu. Ibu jangan khawatir." Nita menyambut uluran tangan Sisi yang akan mencium punggung tangannya. "Kamu baik-baik, ya, Sis!""Iya, Yuk," jawab Sisi sambil memeluk Nita.Di depan rumah, mobiltraveltelah menunggunya. Nita menyerahkan ranselnya pada sopir yang akan memasukkan ransel itu ke bagasi di bagian belakang mobil. Nita berbalik lalu melambaikan tangan pada ibu dan adiknya sebelum masuk ke mobil. Sesuai pesanannya, Nita duduk di barisan paling belakang.Kepulangannya kali ini memberi kesan lain dari biasanya. Menyadari adiknya yang akan segera menikah membuat Nita kembali mengenang kebersamaan mereka di masa kecil. Waktu seakan berjalan begitu cepat. Kini, adiknya sudah jadi perempua

  • Terjerat Hasrat   43. Dendam

    Sementara itu, Rudi semakin bersemangat mencumbui sasarannya. Kombinasi permainan mulut dan lidahnya membuat lawannya tak berkutik dan hanya mengerang lembut. Erangan-erangan lembut itu membuatnya makin bersemangat untuk menaklukkan lawannya. Tak lama, lawannya mengejang dengan erangan panjang.Rudi merasa puas telah menaklukan lawannya. Dibiarkannya Nita merasakan sisa-sisa klimaksnya. Kepercayaan dirinya mencumbui perempuan meningkat. Dengan cepat dia telah mempelajari bagaimana menaklukkan tubuh perempuan.Nita tersengal dengan napas memburu dan degub jantung yang terpacu. Tubuhnya yang menegang perlahan mulai mereda kembali seperti semula. Saat kesadarannya baru pulih sebagian, Nita menyadari bahwa Rudi berusaha membebaskan tubuhnya dari dirinya. Sejenak Nita merasa rileks tertelungkup di kasur. Namun, keadaan itu tak berlangsung lama. Nita merasakan tangan Rudi telah menyeret tubuhnya ke pinggir tempat tidur. Nita hanya menurut ketika Rudi memposisikan tubuhnya be

  • Terjerat Hasrat   42. Mendominasi

    Nita yang sudah dikuasai berahinya lalu mendorong tubuh Rudi hingga jatuh terlentang di tempat tidur. Dengan gaya erotis, dilucutinya celananya sendiri hingga kini tubuhnya telanjang bulat. Nita lalu naik ke tempat tidur dan menaiki tubuh Rudi yang terlentang.Cumbuan demi cumbuan dilakukan Nita pada Rudi. Lelaki itu memang kelihatan tak berpengalaman dan hanya menikmati perlakuan Nita. Rudi bahkan langsung ejakulasi ketika Nita menggesek-gesekkan selangkangannya ke batang kelamin Rudi.Sambil tersenyum, Nita meraih tisu dan mengelap cairan sperma Rudi yang tumpah di badannya sendiri. Setelah itu dengan lembut Nita mengarahkan batang Rudi ke bibir kewanitaannya, lalu menggesek-gesekkannya.Rudi seperti menahan napas. Jantungnya berdebar keras. Dia merasa antara takut dan ingin merasakan persetubuhan yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.Perlahan Nita mendorong tubuhnya ke bawah yang membuat batang kejantanan Rudi terbenam seluruhnya dalam celah kewan

  • Terjerat Hasrat   41. Lawan Baru

    Rudi mengajak Nita untuk duduk bersamanya. Nita mengikuti Rudi yang berjalan di depannya. Pilihan Rudi jatuh pada sebuah meja di sisi kanan rumah makan itu. Tempat itu agak penuh oleh para pengunjung yang semuanya merupakan orang-orang yang sedang dalam perjalanan luar kota.Suasana rumah makan Padang dengan interior modern dan masakan yang enak membuat Nita merasa nyaman. Rudi tampaknya juga demikian. Sambil makan, mereka ngobrol ringan tentang makanan yang mereka santap.Setelah beristirahat sejenak dan perut yang kenyang, perjalanan pun dilanjutkan. Nita memandangi deretan pepohonan karet di kebun-kebun yang mereka lewati. Jarak antara jalur-jalur pepohonan tampak rapi membentuk lorong-lorong."Boleh minta nomor hapemu?" tanya Rudi sambil menyodorkan ponselnya."Boleh," balas Nita sambil mengambil ponsel Rudi dan membuat kontak baru berisi nama dan nomor ponselnya. "Ada WhatsApp-nya juga. Kamu kirim pesan ke aku ya biar sekalian aku simpen kontak kamu.

  • Terjerat Hasrat   40. Melepas Sumpek

    Jangan lupa kasih komentar dan bintangnya, ya!Bercinta di ruang tamu tak leluasa bagi Nita. Dia mengajak Arya ke kamar tidurnya agar leluasa bergumul di tempat tidurnya. Nita sudah membayangkan bagaimana pertarungan yang akan dimainkannya.Satu per satu pakaian yang terpasang ditubuhnya ditanggalkannya. Tubuh mulusnya kini telanjang dengan buah dada membusung menantang. Nita lalu memberi isyarat dengan jarinya agar Arya mendekati tubuh telanjangnya. Dengan gaya sensual, jemarinya bermain di dada Arya lalu melepaskan satu demi satu kancing kemeja Arya. Setelah kemeja itu terlepas dari tubuh Arya, dilemparnya kemeja itu ke atas lalu mendarat di lantai.Arya hanya diam memandangi gerakan-gerakan sensual Nita yang meloloskan satu demi satu pakaian yang dikenakan Arya. Ketika Nita yang duduk bertumpu pada dengkulnya itu memelorotkan celana dalamnya, milik Arya mencuat dalam keadaan sudah tegang. Dengan lembut, Nita mengelus-elus benda

  • Terjerat Hasrat   39. Menyatu Rasa

    Nita baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Memperbaharui kemajuan pekerjaan proyek adalah salah satu tugas Nita sebagai staf administrasi proyek. Menangani tiga proyek secara bersamaan tentu tak mudah dilakukan, harus bisa memilah permasalahan tiga proyek yang berbeda dan menanganinya dengan tepat.Diliriknya jam di sudut kanan atas laptopnya. Sudah jam setengah empat. Nita berniat menghadap Arya untuk meminta izin tidak masuk kerja. Tadi siang dia mendapatkan kabar kepastian acara lamaran adiknya, Sisi. Nita harus menghadiri acara itu. Kasihan sama ibunya dan Sisi kalau dia tak bisa datang di acara penting itu.Setelah mengetuk pintu ruang kerja Arya dan dipersilakan masuk, Nita masuk ke ruang kerja atasannya itu. Dia mengangguk hormat lalu duduk di hadapan Arya."Pak, saya mau minta izin gak masuk kerja besok. Adik saya mau dilamar besok malam.""Berapa hari?" tanya Arya."Dua hari, Pak.""Lah ... tanggung banget. Sekalian tiga harilah. Ka

DMCA.com Protection Status