Nita muncul lagi di ruangan Arya. "Pak, Cecil minta waktu untuk menemui Bapak."
"Suruh dia masuk!" jawab Arya. Nita kembali ke luar dari ruangan Arya dan berganti Cecilia yang kini masuk menemui Arya.
"Silakan duduk!" kata Arya ketika Cecilia muncul di hadapan Arya.
"Apa kabar kamu?" tanya Arya ketika Cecilia sudah duduk di hadapannya.
"Baik, Pak," jawab Cecilia agak formal karena dia belum dekat dengan Arya. Selama ini cuma sering berbasa-basi secara sopan ketika ketemu Arya.
"Aku dengar kamu bersedia membantu proyekku, ya?" tanya Arya lagi.
Meski sudah tahu dari Tomo, tetapi Arya ingin mendapatkan jawaban langsung dari Cecilia.
"Betul, Pak. Pak Tomo sudah menyampaikan tawaran Bapak dan saya bersedia. Mungkin saya bisa kerja di studio Bapak sampai sekitar jam sembilan malam setelah pulang dari sini."
Cecilia sekalian menanyakan beberapa detail dari pekerjaan yang akan dikerjakannya. Arya menjelaskan secara rinci dan mi
Sore itu berlalu dengan manis. Inah pamitan pada Arya dan Vina untuk pulang. Dia setiap hari datang jam enam pagi dan pulang sekitar jam lima sore. Jam pulang Inah tergantung pada Vina. Kadang Vina masih minta bantu Inah untuk mengerjakan sesuatu dan membuatnya pulang lebih telat. Kalau Arya ke luar kota, Inah diminta Vina menemaninya di rumah. Tugas Inah bukan hanya sekedar mengurus kebutuhan dan kebersihan di rumah itu. Karena kecerdasan dan keterampilannya, Vina menganggap Inah sebagai orang yang bisa dia andalkan di rumah sebagai asisten pribadinya. Sesekali Vina minta Inah membantunya kalau sedang ada pekerjaan kantor yang dibawanya pulang. Vina melatih Inah untuk bisa mengerjakan sesuatu menggunakan laptop. Setidaknya Inah sudah pandai mengetik dengan komputer jika diminta Vina membantunya mengetik laporan. Di rumah itu, ada kamar yang memang disiapkan khusus buat asisten rumah tangga. Sebuah kamar berukuran sedang dengan perabotan yang memadai. Kamar itu tak s
Hari ini Arya tiba di kantor di waktu yang sama seperti biasanya. Dia langsung menuju ke ruangannya. Nita mengucapkan selamat pagi ketika Arya lewat di dekat mejanya."Bentar lagi kamu ke ruanganku!" pinta Arya pada Nita."Baik, Pak," jawab Nita lugas.Arya mengeluarkan laptop dari ranselnya lalu menyalakannya. Dia memang terbiasa ke kantor dengan pakaian kasual, mengenakan kemeja tangan pendek, celana jeans, sepatu kets, dan membawa ransel. Pakaian formal hanya dikenakannya jika ada janji ketemu klien. Di kantor ini tidak ada aturan yang ketat mengenai pakaian. Semua karyawan di sini cenderung mengikuti gaya Arya berpakaian. Cuma bos besar yang selalu berpakaian formal kalau ke kantor tapi dia tidak keberatan karyawannya berpakaian kasual. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa Arsitektur, hal itu cukup wajar. Para arsitek memang sering berpakaian kasual.Nita mengetuk pintu ruangan Arya yang terbuka dan masuk menghadap Arya."Apa agenda
Arya mengusap-usap kepala Nita lalu mendorong sedikit tubuh Nita ke belakang. Tubuh mereka sedikit berjarak. Arya memandangi wajah Nita yang basah oleh air matanya. Sebagian air matanya tumpak di bahu Arya. Tangan kanan Arya bergerak mengambiltissuedi mejanya. Diserapnya air mata di pipi Nita dengantissue. Nita terharu dengan perlakuan atasannya itu."Terima kasih, Pak. Maaf, kemeja Bapak jadi basah kena air mata saya," ujar Nita sendu.Sambil tersenyum, Arya berusaha menguatkan Nita."Minggu depan kan kamu ikut aku berangkat. Aku mau kamu sekalianrefreshing. Aku mau kamu mengubur masa lalu kamu dan memulai lembaran baru.""Sekarang sudah sore. Kamu boleh siap-siap pulang," ujar Arya. Nita lalu sekali lagi mengucapkan terima kasih dan pamit ke mejanya.Arya mengambil ponselnya lalu mengetik pesan WhatsApp buat Cecilia. Dia mengajaknya untuk ikut bersamanya karena sore ini Cecilia mulai pekerjaan di
"Kita langsung makan, yuk!" ajak Vina ketika mereka berdua masuk ke ruang makan.Arya yang sedang nonton TV menoleh sejenak ke arah mereka sambil tersenyum. Setelah Cecil duduk tepat di seberang Arya, barulah dia terpana melihat Cecil. Gadis itu semakin terlihat mirip Vina dengan mengenakan t-shirttanpa BH seperti kebiasaan Vina kalau di rumah. Tetek montoknya menggemaskan dan Arya memandangi Cecil beberapa saat. Vina mengamati tingkah Arya sambil tersenyum-senyum. Dia merasa seperti pemburu yang jeratannya mendapatkan hewan yang terperangkap di sana.Membaca situasi itu, Vina merasa harus pegang kendali kalau tidak, suaminya pasti bakal salah tingkah.Vina mengambilkan nasi dan menaruhnya di piring Arya. Hal yang sama dia lakukan kepada Cecil. Vina baru mengambil posisi duduk di samping Cecil setelah mengambil nasi untuk dirinya sendiri. Mereka bertiga mengambil lauk dan sayur masing-masing lalu mulai makan bersama. Sepanjang acara m
Arya memarkirkan mobilnya di samping mobil Vera di garasi rumahnya. Mereka sudah janji ketemu pagi itu untuk membahas desain yang Arya janjikan. Vina juga sudah tahu kalau Arya akan mampir ke rumah Vera.Vera kebetulan sedang mengawasi para tukang mempersiapkan peralatan mereka untuk mulai bekerja. Melihat Arya datang, Vera langsung menyambutnya dengan senyum manis."Mari kita masuk!" ajak Vera mengarahkan Arya untuk masuk melalui pintu depan. Mereka berjalan bersisian menuju ruang tamu.Melihat Arya lagi membuat Vera ingat pergumulan mereka dua hari lalu. Hal itu membuatnya kembali terangsang. Ada yang belum Vera alami bersama Arya. Dia ingin merasakan cairan Arya menyemprot di dalam miliknya. Memikirkan itu membuat Vera bergairah dan miliknya mulai basah. Sama dengan Arya, Vera gampang sekali terangsang.Tak tahan dengan hasratnya yang mulai bangkit, Vera memeluk tubuh Arya ketika mereka sudah masuk ke ruang tamu. Arya mulai bereaksi dengan perlakuan Ve
Mobil Mela memasuki halaman depan rumah Vera. Di garasi yang terbuka tampak mobil Vera dan satu mobil yang Mela tak tahu punya siapa. Dia memarkirkan mobilnya di belakang mobil Vera. Ketika mobil sudah terparkir, Seno membuka pintu kiri depan mobil dan turun. Mela ikut turun dari mobilnya lalu menguncinya dengan menekanremote controlyang sekaligus menjadi anak kuncinya.Seno yang sudah duluan turun mencoba membuka pintu depan rumah dan ternyata terkunci. Anak TK itu kembali ke Mela untuk mengajaknya masuk lewat pintu belakang. Mereka berdua masuk ke garasi dan keluar dari sisi belakang garasi yang terbuka tanpa dinding. Dari situ terlihat beberapa tukang yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka di sisi belakang halaman. Dengan menyusuri selasar di sisi belakang bangunan rumah itu, sampailah mereka berdua di pintu belakang."Klek..." pegangan kunci pintu berbunyi ketika Mela menekannya ke bawah sambil mendorong pintu. Pintu itu tak terkunci dan mer
Cecil dan Arya sudah tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing di studio Arya. Itu malam kedua bagi Cecil kerja di sana. Hari itu, dia sudah membawa sendiri pakaian ganti. Tetap menggunakan t-shirt meski tak seketat punya Vina kemarin. Bawahannya memakai rok mini longgar. Yang masih sama seperti kemarin malam adalah dia tetap tanpa BH.Sementara itu, Vina sedang menunggu Nita. Dia sudah menelepon agar Nita datang ke rumahnya malam ini. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima ketika Inah membawa Nita ke ruang makan di mana Vina sudah menunggunya sambl nonton tv."Malam, Bu," sapa Nita."Hey ... mari duduk sini!" sambut Vina dengan sumringah. Vina memang suka pada Nita yang selama ini sudah banyak membantu kerja suaminya."Silahkan!" ujar Vina ramah ketika Inah menyuguhkan jus nangka untuk Nita. Nita mengangguk sopan lalu menuruti kemauan Vina. Disedotnya jusnya sedikit."Kalo kerjaanmu sudah beres, kamu silahkan pulang, Nah!" perintah Vina pada Inah
Pagi itu, Arya mengikuti navigasi lokasi pada aplikasi peta di ponselnya. Tertera di sana jarak tempuh menuju lokasi tersebut 16 menit. Arya tiba di lokasi yang ditentukan. Dia berhenti tepat di lokasi yang dituju. Aplikasi peta menunjukkan bahwa lokasi itu tepat di tempat Arya berhenti.Arya mengamati situasi sekitarnya tanpa turun dari mobilnya. Tempat itu sepi. Di sisi jalan ada bahu jalan yang lebar, cukup untuk memarkir mobil tanpa berada di badan jalan. Dibukanya aplikasi WhatsApp dan membaca ulang pesan yang dikirimkan Mela. Arya telah datang ke tempat dan waktu yang tepat.Sebuah mobil warna silver menepi dan parkir di depan mobil Arya. Dia mengenali mobil itu adalah mobil Mela yang dilihatnya ketika di rumah Vera. Tak ada yang turun dari mobil itu. Arya berinisiatif turun dari mobilnya dan mendekati pintu depan sebelah kiri mobil Mela. Kaca jendela pintu depan sebelah kiri diturunkan dan tampaklah wajah Mela seorang diri di dalam mobil itu."Ayo, masuk!
Nita dan Vina berbaring bersisian. Tubuh mereka masih telanjang. Keduanya kelelahan setelah pergumulan mereka barusan.“Yuk ....” panggil Nita.“Hmmm ....” Vina membuka matanya. Menatap Nita yang ada di sisi kanannya.“Gimana hubungan Kak Arya dengan Ayuk belakangan ini?”Vina menghela napas panjang. “Entahlah, Nit. Kak Arya beberapa hari ini sibuk. Setiap hari pulang malam.”“Sibuk dengan kerjaan kantor?”“Aku gak tahu persis. Kadang, dia pulang sore, mandi, terus pergi lagi. Dia gak bilang mau ke mana persisnya. Aku pikir Kak Arya pergi kencan dengan Cecil.”“Kenapa bisa mikir gitu?” tanya Nita penasaran.“Naluri istri, Nit. Tiga hari lalu, Kak Arya pulang sore dan pergi lagi. Aku ikuti. Ternyata, dia ketemu Cecil di suatu tempat, lalu pergi bersama.”“Mungkin pergi ngurus kerjaan?”“Bukan kerjaan, t
Arya terdiam seribu bahasa. Apa yang dikatakan Nita seolah menamparnya dengan sangat keras. Mukanya memerah entah karena marah atau malu.“Putuskan Cecil! Bapak sudah melanggar kesepakatan dengan Bu Vina karena mencintai Cecil.”Arya menghela napasnya. “Kamu benar. Aku memang mencintai Cecil.”“Sekarang, Bapak silakan pergi. Jangan pernah menyentuhku lagi. Ini untuk terakhir kalinya.”“Maafkan aku,” ujar Arya. “Aku telah membuatmu jadi begini.”“Sudahlah. Kita lupakan yang pernah terjadi.”“Suruh Bu Vina kemari nanti sore,” pinta Nita. “Jangan bilang apa-apa tentang hal ini. Biar aku yang bicara padanya.”Bagaimanapun, bukan cuma Arya, Nita juga harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Apa yang terjadi sudah menjadi lingkaran setan yang harus diputusnya. Semua harus kembali ke asalnya.Setelah Arya pergi, Nita mandi dan bersiap
Nita merasa batinnya lelah. Bangun dari tidur di pagi hari tidak membuatnya merasa segar. Dengan malas, diliriknya jam dinding. Hampir pukul setengah tujuh pagi. Andai dirinya tak mesti ke kantor.Otaknya terasa penuh. Setelah Vina pulang semalam, dia hampir tak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi beberapa bulan belakangan. Mulai dari sentuhan pertama Arya di tubuhnya sampai dirinya terjebak dalam perilaku biseksual yang telah melenakannya.Ingatannya akan ibunya membuat dadanya terasa sesak. Nita sadar dirinya telah mengecewakan ibunya andai beliau tahu apa yang telah dilakukannya. Dia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Jijik dengan perilakunya yang liar.Apa artinya marah dengan keadaan dan kesalahan orang lain dengan membuat kesalahan sendiri? Itu tak membuat dirinya lebih baik. Bahkan, lebih buruk. Marah dengan orang-orang yang dianggapnya bersalah, tetapi dirinya sendiri berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang membuatnya semakin terbenam.
Nita sudah selesai mengikat tali sepatunya. Disandangnya ranselnya lalu mencium punggung tangan ibunya."Bu, aku pamit dulu.""Iya. Jaga dirimu baik-baik, Nit!" Mata ibunya tampak berkaca-kaca setelah mengurai pelukannya pada Nita."Iya, Bu. Ibu jangan khawatir." Nita menyambut uluran tangan Sisi yang akan mencium punggung tangannya. "Kamu baik-baik, ya, Sis!""Iya, Yuk," jawab Sisi sambil memeluk Nita.Di depan rumah, mobiltraveltelah menunggunya. Nita menyerahkan ranselnya pada sopir yang akan memasukkan ransel itu ke bagasi di bagian belakang mobil. Nita berbalik lalu melambaikan tangan pada ibu dan adiknya sebelum masuk ke mobil. Sesuai pesanannya, Nita duduk di barisan paling belakang.Kepulangannya kali ini memberi kesan lain dari biasanya. Menyadari adiknya yang akan segera menikah membuat Nita kembali mengenang kebersamaan mereka di masa kecil. Waktu seakan berjalan begitu cepat. Kini, adiknya sudah jadi perempua
Sementara itu, Rudi semakin bersemangat mencumbui sasarannya. Kombinasi permainan mulut dan lidahnya membuat lawannya tak berkutik dan hanya mengerang lembut. Erangan-erangan lembut itu membuatnya makin bersemangat untuk menaklukkan lawannya. Tak lama, lawannya mengejang dengan erangan panjang.Rudi merasa puas telah menaklukan lawannya. Dibiarkannya Nita merasakan sisa-sisa klimaksnya. Kepercayaan dirinya mencumbui perempuan meningkat. Dengan cepat dia telah mempelajari bagaimana menaklukkan tubuh perempuan.Nita tersengal dengan napas memburu dan degub jantung yang terpacu. Tubuhnya yang menegang perlahan mulai mereda kembali seperti semula. Saat kesadarannya baru pulih sebagian, Nita menyadari bahwa Rudi berusaha membebaskan tubuhnya dari dirinya. Sejenak Nita merasa rileks tertelungkup di kasur. Namun, keadaan itu tak berlangsung lama. Nita merasakan tangan Rudi telah menyeret tubuhnya ke pinggir tempat tidur. Nita hanya menurut ketika Rudi memposisikan tubuhnya be
Nita yang sudah dikuasai berahinya lalu mendorong tubuh Rudi hingga jatuh terlentang di tempat tidur. Dengan gaya erotis, dilucutinya celananya sendiri hingga kini tubuhnya telanjang bulat. Nita lalu naik ke tempat tidur dan menaiki tubuh Rudi yang terlentang.Cumbuan demi cumbuan dilakukan Nita pada Rudi. Lelaki itu memang kelihatan tak berpengalaman dan hanya menikmati perlakuan Nita. Rudi bahkan langsung ejakulasi ketika Nita menggesek-gesekkan selangkangannya ke batang kelamin Rudi.Sambil tersenyum, Nita meraih tisu dan mengelap cairan sperma Rudi yang tumpah di badannya sendiri. Setelah itu dengan lembut Nita mengarahkan batang Rudi ke bibir kewanitaannya, lalu menggesek-gesekkannya.Rudi seperti menahan napas. Jantungnya berdebar keras. Dia merasa antara takut dan ingin merasakan persetubuhan yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.Perlahan Nita mendorong tubuhnya ke bawah yang membuat batang kejantanan Rudi terbenam seluruhnya dalam celah kewan
Rudi mengajak Nita untuk duduk bersamanya. Nita mengikuti Rudi yang berjalan di depannya. Pilihan Rudi jatuh pada sebuah meja di sisi kanan rumah makan itu. Tempat itu agak penuh oleh para pengunjung yang semuanya merupakan orang-orang yang sedang dalam perjalanan luar kota.Suasana rumah makan Padang dengan interior modern dan masakan yang enak membuat Nita merasa nyaman. Rudi tampaknya juga demikian. Sambil makan, mereka ngobrol ringan tentang makanan yang mereka santap.Setelah beristirahat sejenak dan perut yang kenyang, perjalanan pun dilanjutkan. Nita memandangi deretan pepohonan karet di kebun-kebun yang mereka lewati. Jarak antara jalur-jalur pepohonan tampak rapi membentuk lorong-lorong."Boleh minta nomor hapemu?" tanya Rudi sambil menyodorkan ponselnya."Boleh," balas Nita sambil mengambil ponsel Rudi dan membuat kontak baru berisi nama dan nomor ponselnya. "Ada WhatsApp-nya juga. Kamu kirim pesan ke aku ya biar sekalian aku simpen kontak kamu.
Jangan lupa kasih komentar dan bintangnya, ya!Bercinta di ruang tamu tak leluasa bagi Nita. Dia mengajak Arya ke kamar tidurnya agar leluasa bergumul di tempat tidurnya. Nita sudah membayangkan bagaimana pertarungan yang akan dimainkannya.Satu per satu pakaian yang terpasang ditubuhnya ditanggalkannya. Tubuh mulusnya kini telanjang dengan buah dada membusung menantang. Nita lalu memberi isyarat dengan jarinya agar Arya mendekati tubuh telanjangnya. Dengan gaya sensual, jemarinya bermain di dada Arya lalu melepaskan satu demi satu kancing kemeja Arya. Setelah kemeja itu terlepas dari tubuh Arya, dilemparnya kemeja itu ke atas lalu mendarat di lantai.Arya hanya diam memandangi gerakan-gerakan sensual Nita yang meloloskan satu demi satu pakaian yang dikenakan Arya. Ketika Nita yang duduk bertumpu pada dengkulnya itu memelorotkan celana dalamnya, milik Arya mencuat dalam keadaan sudah tegang. Dengan lembut, Nita mengelus-elus benda
Nita baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Memperbaharui kemajuan pekerjaan proyek adalah salah satu tugas Nita sebagai staf administrasi proyek. Menangani tiga proyek secara bersamaan tentu tak mudah dilakukan, harus bisa memilah permasalahan tiga proyek yang berbeda dan menanganinya dengan tepat.Diliriknya jam di sudut kanan atas laptopnya. Sudah jam setengah empat. Nita berniat menghadap Arya untuk meminta izin tidak masuk kerja. Tadi siang dia mendapatkan kabar kepastian acara lamaran adiknya, Sisi. Nita harus menghadiri acara itu. Kasihan sama ibunya dan Sisi kalau dia tak bisa datang di acara penting itu.Setelah mengetuk pintu ruang kerja Arya dan dipersilakan masuk, Nita masuk ke ruang kerja atasannya itu. Dia mengangguk hormat lalu duduk di hadapan Arya."Pak, saya mau minta izin gak masuk kerja besok. Adik saya mau dilamar besok malam.""Berapa hari?" tanya Arya."Dua hari, Pak.""Lah ... tanggung banget. Sekalian tiga harilah. Ka