Share

Keceplosan

Mata bulat dengan bulu lentik itu semakin membulat. Kecemasan sangat kentara di wajah ayunya. Hal itu justru membuat suaminya merasa tergelitik untuk kembali menggodanya.

“Aah – aah! Jangan dorong. Nanti punyaku putus,” lanjutnya mengaduh seolah kesakitan.

“Terus kita mesti gimana?”

Regantara hampir tak dapat menahan tawanya. “Punya kamu terlalu sempit, bahkan menggigit milikku,” tuturnya, “pejamkan mata kamu, relax, supaya gigitannya nggak terlalu kencang.”

“Memangnya bisa seperti itu?” Vania merasa aneh dengan perkataan Regantara. Seandainya bisa semudah itu, tidak mungkin berita-berita seperti itu sampai di telinganya.

“Sudahlah, tutup matamu atau terpaksa kita ke rumah sakit dalam kondisi seperti ini,” ancam Regantara.

Tentu saja Vania tidak mau hal seperti itu terjadi. Akan sangat memalukan jika peristiwa ini tersebar beritanya. Ia segera menuruti perintah suaminya untuk memejamkan matanya rapat-rapat.

Regantara tersenyum. Ia masih merasakan kedut-kedut itu seperti memijat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status