Sintia pun membalikkan badannya dan kembali melangkahkan kakinya ke Bu Ratih, "Ada apa Oma? Ada yang bisa aku bantu?" tanya Sintia.Bu Ratih menyuruh Sintia untuk membawakan sarapan untuk Arseno karena dia belum makan.Sintia pun menyanggupinya, "Oke Oma mana bekalnya?" tanya sintia kembali.Sintia pun disuruh menunggu oleh Bu Ratih terlebih dahulu untuk menyiapkan bekal Arseno. "Duduk dulu Sintia." ujar Bu Ratih menyuruh Sintia duduk Sintia pun duduk namun perasaannya kurang tenang karena jika dia telat bisa di telan habis-habisan oleh bosnya.Sedangkan Bu Ratih ke dapur untuk menyiapkan bekal Arseno yang di bantu dengan Nini.Setelah 10 menit kemudian Bu Ratih membawa bekalnya ke tempat meja makan yang di sana ada Sintia duduk."Ini Sintia bekalnya," seru Bu Ratih sambil memberikan bekal itu ke Sintia.Sintia pun beranjak dari duduknya dan akan segera melangkahkan kakinya untuk pergi bekerja.Sintia berjalan setengah berlari, sekarang kakinya sudah tak terasa sakit lagi karena sema
"Perusahan dikasih waktu 3×24 jam untuk menyelesaikan masalah dengan perusahan yang menggugat kita." seru Arseno yang sambil duduk menatap layar komputernya sambil tangannya menyangga dagunya.Sintia yang tengah berdiri mendengar apa yang dikatakan bosnya itu seketika kepalanya menjadi pusing. "What yang benar saja." gumamnya dalam hati.Arseno memberi tahu Sintia untuk bekerja ekstra cepat supaya perusahan berstatus aman."Lakukan yang terbaik untuk perusahan ini." imbuh Arseno dengan cuek dan dingin.Sintia yang tengah berdiri di depan meja Arseno sudah tak bisa berkata apa-apa lagi dia hanya menghembuskan nafas beratnya.Sintia Merasa tak tahu apa yang harus dia lakukan, dan akhirnya dia memutuskan untuk segera keluar dari ruangan tersebut."Siap pak, saya akan berusaha sekuat saya. Ya sudah saya keluar dulu ya pak." ujar Sintia sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.Setelah keluar dari ruangan tersebut di depan pintu ruangan Arseno, Sintia jongkok dan memegang k
Sintia yang berdiri di depan Arseno membuka sebuah kantong kresek itu dan memberikan ke Arseno sekotak brownies kesukaannya."Ini buat bapak dan Oma dari saya." seru Sintia.Arseno yang berdiri dengan memasukan tangannya di saku seketika mengeluarkan tangan kanannya dan menerima kotak itu dari Sintia.Setelah menerima kotak itu Arseno membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Shella yang sedang berdiri mematung tanpa mengucapkan terimakasih.Arseno pergi meninggalkan dirinya dan masuk ke dalam rumahnya yang begitu megah,luas nan mewah Sintia yang melihat itu merasa tidak heran dengan sikap Arseno yang seperti itu, jadi Sintia tak memasukan sikap Arseno yang ke dalam hatinya.Sintia pun langsung melangkahkan kakinya berjalan di samping rumah milik Bu Ratih untuk menuju masuk ke paviliun milik keluarga itu, Sintia ingin istirahat sebentar karena seharian dia berpikir membuatnya merasa sangat lelah."Akhirnya samaoi juga." serunya sambil m lempar tubuhnya ke tempat tidur.Sintia di
"Entah lah pak, yang terpenting sekarang aku menemukan apa perbedaan dan persamaan kedua produk itu." jawab Sintia.Sintia pun terdiam dia melihat kembali kertas yang ditulisnya, dia mulai mempertimbangkan dari segi komposisi bahan yang tertera di kedua produk itu.Hari semakin larut, Sintia merasa jika kantuk sudah mulai menyerangnya dengan menguap berkali-kali sebagai pertanda bahwa dia harus mengakhiri ini semua.Sedangkan Arseno yang duduk di sampingnya hanya terdiam, hawa dingin sudah mulai menusuk tulang, Arseno menolehkan wajahnya ke arah Sintia yang sudah berulang kali menguap."Sudah kamu masuk," seru Arseno yang menyuruh Sintia untuk masuk dan segera untuk tidur.Arseno pun beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Sintia seorang diri.Begitu cueknya seorang Arseno kepada orang lain, bahkan dia sangat tampak tak peduli dengan orang lain.Arseno masuk ke dalam rumahnya, dan Sintia menatap kepergiannya sampai Arseno hilang dari pandangannya."Dasar la
Sintia yang tidur seketika langsung terbangun dari tidurnya karena dia merasakan ada beban yang sedikit berat di dadanya.Namun ketika Sintia membuka matanya betapa terkejutnya dia kala melihat sesosok bahu kekar yang berada di atas tubuhnya."Aaaaaaahhhhhh." teriak Sintia yang terkejut.Seketika itu Arseno langsung beranjak berdiri sedangkan Sintia terbangun dan duduk di atas tempat tidurnya."Baa bbaaa bapaak, kenapa bapak ada di sini?" tanya Sintia ketakutan.Sintia menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal, dia menutupi seluruh tubuhnya.Arseno yang berdiri pun mengontrol nafasnya. "Tenang dulu kamu, atur nafas mu baik-baik." jawab Arseno sambil memundurkan langkahnya dari tempat tidur Sintia.Sintia menatap Arseno seperti anak kecil yang ingin menangis ketakutan dan menahan tangisannya supaya tak pecah."Baaa bbaaa bapak mau menjahati saya?" tanya kembali Sintia ke Arseno yang sedang berdiri tertegun.Arseno menyanggah apa yang dituduhkan Sintia kepada dirinya, "Yang benar saja
Sintia pun langsung menyembunyikan wajahnya di dalam selimut dan menutupi wajahnya dengan bantal yang ada di sampingnya.Sintia pun langsung mengambil guling dan mendekatkan tubuhnya di dekat Arseno.Dia benar-benar merasa sangat ketakutan, kini kepalanya berada di dekat dada Arseno tepatnya di bawah ketiak Arseno dan dia mengambil bantal untuk menutupi semua badannya supaya tak terlihat.Arseno yang sudah tidur pulas tak merasakan apa-apa, dan hanya suara dengkuran yang terdengar jelas di telinga Sintia.Kali ini Sintia tak merasakan tidur yang nyenyak dia merasa was-was, di balik bantal yang menutupinya, Sintia menggerakan bola matanya ke kanan ke kiri terus menerus .Namun tak lama kemudian dia pun tertidur dengan rasa ketakutan berlebihan pada dirinya sendiri.Keesokan hari Arseno terbangun pada pukul 6 pagi, dia terbangun kesiangan menurutnya sehingga dia melewatkan kegiatan paginya untuk berolahraga, Saat dia terbangun dia merasakan sakit pinggang yang amat kurang nyaman m
"Tidak ma, tidak ada hal yang aku sembunyikan dari mama." jawab Arseno yang meyakinkan kepada mamanya itu.Mama Arseno yang bernama Bu Ratih itu memalingkan pandangannya dari Arseno karena dia sudah tak jujur kepada dirinya kepada wanita yang melahirkannya.Dan Arseno merasa jika pembicaraannya sudah usai dia pun berpamitan untuk segera berangkat kerja, di dalam hati Arseno jala melihat Sintia ingin rasanya dia melumat habis Sintia.Itu semua gara-gara pernyataannya yang membuat ibunya menaruh curiga yang tidak-tidak kepada dirinya.Saat Arseno membalikan diri Arseno melangkah kakinya namun beberapa langkah kemudian langkahnya terhenti kala Bu Ratih memanggilnya dan dia pun membalikan badannya kembali dan melangkahkan kakinya kembali mendekati mamanya itu yang bernama Bu ratih"Ada apa ma?" tanya Arseno kembali kepada Bu Ratih.Bu Ratih sungguh tak paham denga apa yang ada di pikir Arseno dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum kecut di bibirnya."Apa kamu berangkat k
Sintia pun melangkahkan kakinya dengan berjinjit, dia sedang mencari tempat aman untuk bersembunyi karena posisinya yang sekarang tidaklah aman.Sintia bersembunyi di balik rumah burung yang lumayan besar, dan dia bersembunyi di balik rumah burung itu karena selain tempatnya agak di pojokan pasti orang tak akan mengira dia berada di situ, Sintia takut jika ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini.Ternyata benar saja ada pak Maman sedang berjalan menuju patung tempat awal persembunyiannya, pak Maman lagi melihat kondisi taman sambil menengok ke kanan ke kiri melihat situasi yang menurutnya aneh."Kok bisa sih patungnya jatuh," ujarnya sambil mendirikan patung itu kembali sambil menggerutu tak jelas.Setelah selesai lalu pak Maman pun pergi beranjak meninggalkan tempat itu, dan kembali ke taman depan untuk siram-siram, dan akhirnya Sintia pun keluar dari persembunyianya dan mencari persembunyian yang menurutnya pas untuknya dan supaya bisa mengetahui apa yang terjadi di d
Dan Arseno pun melamar Sintia di hadapan mamanya yang bernama bu Ratih dan bu Ratih yang melihay itu dia tersenyum di sudut bibirnya.Malam ini dia merasa sangat bahagia karena anak semata wayangnya sudah memiliki tambatan hati."Aku harap kalian segera menikah memiliki cucu." seru bu Ratih yang langsung mengulti mereka.Apa yang dikatakan bu Ratih membuat Sintia yang sedang duduk di dekatnya tersipu malu, dia tak menyangka jika calon mertuanya itu benar-benar baik kepada dirinya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Dan mereka berdua pun saling bertatapan satu sama lain keduanya saling melempar senyum sebagai tanda bahagia di antara mereka.Mereka pun melanjutkan makan malam di bawah sinar rembulan dan gemerlap lampu kota yang terlihat di seberang danau.Sepoyan angin menerpa wajah mereka dan menimbulkan rasa dingin di kulit,Kebahagiaan menyelimuti mereka di bawah Dinginnya malam.Jam sudah menunjukkan pukul 10. 00 malam dan Arseno pun mengajak untuk segera pulang.Karena
Dan Arseno langsung pergi meninggalkan Tiara seorang diri dan dia pun langsung menutup pintunya rapat rapat dia tak ingin Tiara itu datang lagi ke rumahnya karena dia sudah merepotkan keluarganya selama ini.Dan Tiara pun langsung pergi meninggalkan rumah Arseno dia pun mengendarai mobilnya dan di dalam mobil sambil mengemudi dia menelepon vivian."Kamu ada dimana?" tanya Tiara.Dan Vivian pun menjelaskan kepada Tiara mengenai keberadaannya saat ini dan Tiara pun yang diberitahu oleh Vivian dia pun melajukan kendaraannya menuju tempat Vivian.Dan mereka berdua merencanakan akan pergi ke kantor Arseno dan akan mengambil semua yang ada di sana. Vivian dan Tiara pun setuju namun sebelum mereka mulai rencanakan itu terlebih dahulu Vivian mengirim sebuah pesan kepada Arseno dan itu sebuah pesan ancaman jika Sintia akan di buat tak bernyawa.Vivian pun mau ngirim pesan singkat itu kepada Arseno supaya Arseno merasa sangat khawatir kepada Sintia sehingga dia tidak bisa ke kantor dan itu
Tiara yang mendengar itu dia pun langsung berlari untuk keluar dari rumah Arseno.Dia sangat merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mama angkatnya tersebut dan apa yang diucapkan itu membuat dirinya merasa sakit hati.Pada saat dia pergi keluar dari rumah Arseno suami tiara pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Arseno menyusul istrinya.Meskipun suami Tiara sudah tak mampu lagi menghadapi watak dan tabiat Tiara namun dia memiliki hati dia masih memahami apa yang telah dipikirkan oleh Tiara.Dan suami Tiara melihat Tiara pergi mengendarai mobilnya dan meninggalkan dirinya seorang diri di halaman rumah Arseno membuat suami Tiara merasa sedikit kecewa namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.Saat suami tiara sedang berdiri menatap kepergian Tiara tiba-tiba muncullah Arseno dari belakang dan itu sangat mengejutkan baginya."Kakak silahkan kalau mau pakai mobilku silahkan kamu bawa." ucap Arseno kepada suami Tiara.Suami Tiara yang mendengar apa yang dikatakan oleh A
Arseno oun menepuk pundak Arga yang tak lain masih saudaranya itu.“Tenang saja siapapun yang bekerja dengan ku akan ku bantai habis-habisan.” jawab Arseno dengan diselingi senyum di sudut bibirnya.Dan Arga pun mendekati Arseno dan berbisik di telinga kanan Arseno. “Jangan di suruh ngelembur dia ya.” ujar Arga.Arseno pun tak menjawab dia hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, Arga seperti tak rela jika terjadi sesuatu kepada Nindy wanita yang dicintainya.Arseno pun beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada para rekannya. “Ya sudah ya aku pulang dulu ya?” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia.Dan akhirnya mereka pun pulang dari tempat mereka berkumpul, Arseno langsung menancapkan gasnya untuk segera pulang karena jam sudah hampir larut malam.Sintia yang duduk disamping Arseno dia pun terlelap dengan tenangnya membuat Arseno yang duduk di sampingnya merasa sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya begitu sangat manja kepada dirinya.Tak terasa sud
Pukul 7 malam Arseno sudah siap untuk pergi makan malam dengan para rekannya.Arseno memakai kaos berwarna hitam dengan bawahan dengan warna senada.Arseno pun mengetuk pintu kamar sintia.Dan Sintia pun keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang cantik.Dia memakai sebuah jaket yang berwarna biru muda dengan bawahan celana yang berwarna hitam.“Ayo berangkat.” seru Arseno yang mengajak Sintia untuk berangkat.Sintia pun keluar dengan menenteng tasnya yang berwarna hitam.Mereka pun pergi bersama-sama menuju sebuah restoran dimana mereka mengadakan makan malam bersama.Mereka menghabiskan waktu perjalan sekitar 20 menitan dari rumah Arseno, yah memang rumah Arseno terletak di kawasan central bisnis.Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan ternyata semua sudah berkumpul disana.“Kita sambut pasangan serasi kita big boss dan sang asisten.” teriak Nindy dengan wajah yang sangat gembira.Aldi yang sedang duduk dan minum mendengar itu dia pun tersedak. “Haahhhh yang benar?” tanya Al
“Oke jika itu yang kamu mau Nin aku akan atur waktu untuk pertemuan kita secepatnya, tapi aku mohon berubahlah bersikap hangat kepada ku, anggap saja kita mulai dari awal hubungan ini.” jawab Arga.Arga pun meraih tangan Nindy dan menggenggamnya dengan erat namun tetap saja Nindy seperti acuh tqk acuh.Saat Nindy melirikan kedua bola matanya terlihat Arga yang sedang menundukan kepalanya,Arga terlihat seperti dia menahan air matanya yang sepertinya ingin jatuh, melihat itu Nindy merasa hatinya seperti tersentuh. “Ya sudahlah kita mulai lagi dari awal, tapi ingat ya jika kamu ulangi lagi masalah seperti ini aku akan membuatmu jauh lebih menderita dan aku pastikan kamu tak akan bahagia karena menyakiti ku.” seru Nindy yang sedikit dengan bernada ancaman kepada Arga.Arga yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.Arga pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa bahagia kini Nindy sudah mulai tak cuek lagi kepada dirinya.Keesokan harinya di kant
“katakan apa permintaanmu.” jawab Nindy dengan wajah yang juteknya tersebut yang tak bisa dibohongi lagi.Arga pun menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan dia melangkahkan kakinya satu langkah kedepan untuk lebih dekat dengan Nindy. “Aku ingin malam ini kita makan malam berdua,” jawab Arga.Nindy yang duduk di kursi meja kerjanya dia terdiam, dia tak tahu apa yang akan direncanakan oleh Arga kepada dirinya.“jika kamu mau makan malam dengan ku malam ini, aku janji akan pergi dari hidupmu dan tak akan mengganggumu lagi.” lanjut Arga yang memastikan sekali lagi kepada Nindy.Nindy pun mengiyakan apa yang menjadi permintaan Arga kepada dirinya. Dan Nindy pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.“Aku nanti malam pulang jam 7, sekarang kamu bisa keluar jangan ganggu aku.” seru Nindy.Dan Arga pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Nindy dengan perasaan dan harga diri yang terjun bebas di hadapan Nindy.Namun Arga rela melakukan itu, karena sekarang dirinya telah sadar jika perasaa
Dan David pun mengantar Syifa ke kamarnya, dengan nafas yang sudah ngos-ngosan David berusaha sekuat tenaga untuk supaya lekas sampai di kamar Syifa yang letaknya di dekat kamarnya.Dan langkah yang sedikit cepat akhirnya David sampai di kamar Syifa dan meletakan tubuh Syifa di atas tempat tidur.Dan David pun menata bantal Syifa supaya lebih nyaman untuk kepalanya.“Sebentar ya aku ambil air putih dulu buat minum obat.” seru David sambil pergi melangkahkan kakinya untuk keluar ke dapur.Syifa yang tengah berbaring dia meringis kesakitan dengan tangan yang masih memegang perutnya.Syifa memejamkan matanya secara erat dan merasakan sensasi perut yang sudah tak bisa dijelaskan lagi rasanya.Dan David pun masuk kamar Syifa dan dia pun mengulurkan obat serta segelas air putih. “Ayo minum dulu.” seru David kepada Syifa.aDengan tangan sangat bergetar Syifa pun meminum obatnya dengan mata yang sendu karena sudah tak memiliki kekuatan.Dan David pun meletakan gelas yang berisi air putih itu
Sintia pun menatap Arseno dengan tatapan sendunya yang terlihat sangat jelas di matanya,Dan Sintia pun memeluk Arseno dengan pelukan yang penuh sandaran karena sudah tak kuat dengan apa yang tengah dirasakannya saat ini.“Sudah ya kamu jangan sedih ada aku disini yang akan membantu semua masalah yang terjadi pada mu sayang, lupakan masa lalumu lihat lah dirimu yang sekarang yang lebih beruntung ketimbang saudara tirimu.” lanjut Arseno yang tak henti-hentinya memberi nasehat kepada Sintia.Dan hari semakin sore Arseno pun mengajak pulang Sintia ke hotel, dan Arseno juga melihat keadaan Sintia yqng jauh lebih baik daripada tadi.Untung saja Arseno adalah laki-laki yang dewasa jadi dia bisa sedikit mengontrol SintiaSekarang Sintia sudah mulai bisa mengontrol emosinya lebih baik lagi.Di sisi lain di kantor cabang yang berada di barat, Syifa, Lidya, David serta Aldi merayakan keberhasilan mereka dalam mengurus kantor cabang yang terlibat korupsi para petingginya.Mereka merayakan kesu