"Perusahan dikasih waktu 3×24 jam untuk menyelesaikan masalah dengan perusahan yang menggugat kita." seru Arseno yang sambil duduk menatap layar komputernya sambil tangannya menyangga dagunya.Sintia yang tengah berdiri mendengar apa yang dikatakan bosnya itu seketika kepalanya menjadi pusing. "What yang benar saja." gumamnya dalam hati.Arseno memberi tahu Sintia untuk bekerja ekstra cepat supaya perusahan berstatus aman."Lakukan yang terbaik untuk perusahan ini." imbuh Arseno dengan cuek dan dingin.Sintia yang tengah berdiri di depan meja Arseno sudah tak bisa berkata apa-apa lagi dia hanya menghembuskan nafas beratnya.Sintia Merasa tak tahu apa yang harus dia lakukan, dan akhirnya dia memutuskan untuk segera keluar dari ruangan tersebut."Siap pak, saya akan berusaha sekuat saya. Ya sudah saya keluar dulu ya pak." ujar Sintia sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.Setelah keluar dari ruangan tersebut di depan pintu ruangan Arseno, Sintia jongkok dan memegang k
Sintia yang berdiri di depan Arseno membuka sebuah kantong kresek itu dan memberikan ke Arseno sekotak brownies kesukaannya."Ini buat bapak dan Oma dari saya." seru Sintia.Arseno yang berdiri dengan memasukan tangannya di saku seketika mengeluarkan tangan kanannya dan menerima kotak itu dari Sintia.Setelah menerima kotak itu Arseno membalikkan badannya dan pergi meninggalkan Shella yang sedang berdiri mematung tanpa mengucapkan terimakasih.Arseno pergi meninggalkan dirinya dan masuk ke dalam rumahnya yang begitu megah,luas nan mewah Sintia yang melihat itu merasa tidak heran dengan sikap Arseno yang seperti itu, jadi Sintia tak memasukan sikap Arseno yang ke dalam hatinya.Sintia pun langsung melangkahkan kakinya berjalan di samping rumah milik Bu Ratih untuk menuju masuk ke paviliun milik keluarga itu, Sintia ingin istirahat sebentar karena seharian dia berpikir membuatnya merasa sangat lelah."Akhirnya samaoi juga." serunya sambil m lempar tubuhnya ke tempat tidur.Sintia di
"Entah lah pak, yang terpenting sekarang aku menemukan apa perbedaan dan persamaan kedua produk itu." jawab Sintia.Sintia pun terdiam dia melihat kembali kertas yang ditulisnya, dia mulai mempertimbangkan dari segi komposisi bahan yang tertera di kedua produk itu.Hari semakin larut, Sintia merasa jika kantuk sudah mulai menyerangnya dengan menguap berkali-kali sebagai pertanda bahwa dia harus mengakhiri ini semua.Sedangkan Arseno yang duduk di sampingnya hanya terdiam, hawa dingin sudah mulai menusuk tulang, Arseno menolehkan wajahnya ke arah Sintia yang sudah berulang kali menguap."Sudah kamu masuk," seru Arseno yang menyuruh Sintia untuk masuk dan segera untuk tidur.Arseno pun beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Sintia seorang diri.Begitu cueknya seorang Arseno kepada orang lain, bahkan dia sangat tampak tak peduli dengan orang lain.Arseno masuk ke dalam rumahnya, dan Sintia menatap kepergiannya sampai Arseno hilang dari pandangannya."Dasar la
Sintia yang tidur seketika langsung terbangun dari tidurnya karena dia merasakan ada beban yang sedikit berat di dadanya.Namun ketika Sintia membuka matanya betapa terkejutnya dia kala melihat sesosok bahu kekar yang berada di atas tubuhnya."Aaaaaaahhhhhh." teriak Sintia yang terkejut.Seketika itu Arseno langsung beranjak berdiri sedangkan Sintia terbangun dan duduk di atas tempat tidurnya."Baa bbaaa bapaak, kenapa bapak ada di sini?" tanya Sintia ketakutan.Sintia menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal, dia menutupi seluruh tubuhnya.Arseno yang berdiri pun mengontrol nafasnya. "Tenang dulu kamu, atur nafas mu baik-baik." jawab Arseno sambil memundurkan langkahnya dari tempat tidur Sintia.Sintia menatap Arseno seperti anak kecil yang ingin menangis ketakutan dan menahan tangisannya supaya tak pecah."Baaa bbaaa bapak mau menjahati saya?" tanya kembali Sintia ke Arseno yang sedang berdiri tertegun.Arseno menyanggah apa yang dituduhkan Sintia kepada dirinya, "Yang benar saja
Sintia pun langsung menyembunyikan wajahnya di dalam selimut dan menutupi wajahnya dengan bantal yang ada di sampingnya.Sintia pun langsung mengambil guling dan mendekatkan tubuhnya di dekat Arseno.Dia benar-benar merasa sangat ketakutan, kini kepalanya berada di dekat dada Arseno tepatnya di bawah ketiak Arseno dan dia mengambil bantal untuk menutupi semua badannya supaya tak terlihat.Arseno yang sudah tidur pulas tak merasakan apa-apa, dan hanya suara dengkuran yang terdengar jelas di telinga Sintia.Kali ini Sintia tak merasakan tidur yang nyenyak dia merasa was-was, di balik bantal yang menutupinya, Sintia menggerakan bola matanya ke kanan ke kiri terus menerus .Namun tak lama kemudian dia pun tertidur dengan rasa ketakutan berlebihan pada dirinya sendiri.Keesokan hari Arseno terbangun pada pukul 6 pagi, dia terbangun kesiangan menurutnya sehingga dia melewatkan kegiatan paginya untuk berolahraga, Saat dia terbangun dia merasakan sakit pinggang yang amat kurang nyaman m
"Tidak ma, tidak ada hal yang aku sembunyikan dari mama." jawab Arseno yang meyakinkan kepada mamanya itu.Mama Arseno yang bernama Bu Ratih itu memalingkan pandangannya dari Arseno karena dia sudah tak jujur kepada dirinya kepada wanita yang melahirkannya.Dan Arseno merasa jika pembicaraannya sudah usai dia pun berpamitan untuk segera berangkat kerja, di dalam hati Arseno jala melihat Sintia ingin rasanya dia melumat habis Sintia.Itu semua gara-gara pernyataannya yang membuat ibunya menaruh curiga yang tidak-tidak kepada dirinya.Saat Arseno membalikan diri Arseno melangkah kakinya namun beberapa langkah kemudian langkahnya terhenti kala Bu Ratih memanggilnya dan dia pun membalikan badannya kembali dan melangkahkan kakinya kembali mendekati mamanya itu yang bernama Bu ratih"Ada apa ma?" tanya Arseno kembali kepada Bu Ratih.Bu Ratih sungguh tak paham denga apa yang ada di pikir Arseno dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum kecut di bibirnya."Apa kamu berangkat k
Sintia pun melangkahkan kakinya dengan berjinjit, dia sedang mencari tempat aman untuk bersembunyi karena posisinya yang sekarang tidaklah aman.Sintia bersembunyi di balik rumah burung yang lumayan besar, dan dia bersembunyi di balik rumah burung itu karena selain tempatnya agak di pojokan pasti orang tak akan mengira dia berada di situ, Sintia takut jika ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini.Ternyata benar saja ada pak Maman sedang berjalan menuju patung tempat awal persembunyiannya, pak Maman lagi melihat kondisi taman sambil menengok ke kanan ke kiri melihat situasi yang menurutnya aneh."Kok bisa sih patungnya jatuh," ujarnya sambil mendirikan patung itu kembali sambil menggerutu tak jelas.Setelah selesai lalu pak Maman pun pergi beranjak meninggalkan tempat itu, dan kembali ke taman depan untuk siram-siram, dan akhirnya Sintia pun keluar dari persembunyianya dan mencari persembunyian yang menurutnya pas untuknya dan supaya bisa mengetahui apa yang terjadi di d
Disisi Lain di rumah bu Ratih, Sintia masuk ke dalam rumah Bu Ratih dari pintu belakang dapur, Sintia masuk ke dalam rumah Bu Ratih dengan telanjang kaki karena sepatunya dia lepas di depan sebelum memanjat tembok.Sintia ingin menemui Bu Ratih yang berada di ruang tamu, Sintia melihat Bu Ratih yang sedang duduk sambil menangis, dia mengusap air matanya dengan sebuah tisu yang berada di depannya."Oma." seru Sintia yang berdiri di depan Bu Ratih yang sedang menangis terisak-isak.Mendengar suara Sintia, Bu Ratih terkejut dia pun mendongakan kepalanya dan Bu Ratih sungguh tak percaya dengan apa yang dilihatnya, namun benar saja yang di depannya adalah wanita muda yang bernama Sintia.Oma pun membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, "Ya ampun nak kamu Sintia dari mana saja, kenapa kamu pergi?" tanya Bu Ratih.Sintia pun melangkahkan kakinya mendekati Bu Ratih yang sedang duduk di sofa, Sintia jongkok di hadapan Bu Ratih sambil memegang tangan Bu Ratih. "Maaf k