"Tidak ma, tidak ada hal yang aku sembunyikan dari mama." jawab Arseno yang meyakinkan kepada mamanya itu.Mama Arseno yang bernama Bu Ratih itu memalingkan pandangannya dari Arseno karena dia sudah tak jujur kepada dirinya kepada wanita yang melahirkannya.Dan Arseno merasa jika pembicaraannya sudah usai dia pun berpamitan untuk segera berangkat kerja, di dalam hati Arseno jala melihat Sintia ingin rasanya dia melumat habis Sintia.Itu semua gara-gara pernyataannya yang membuat ibunya menaruh curiga yang tidak-tidak kepada dirinya.Saat Arseno membalikan diri Arseno melangkah kakinya namun beberapa langkah kemudian langkahnya terhenti kala Bu Ratih memanggilnya dan dia pun membalikan badannya kembali dan melangkahkan kakinya kembali mendekati mamanya itu yang bernama Bu ratih"Ada apa ma?" tanya Arseno kembali kepada Bu Ratih.Bu Ratih sungguh tak paham denga apa yang ada di pikir Arseno dia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum kecut di bibirnya."Apa kamu berangkat k
Sintia pun melangkahkan kakinya dengan berjinjit, dia sedang mencari tempat aman untuk bersembunyi karena posisinya yang sekarang tidaklah aman.Sintia bersembunyi di balik rumah burung yang lumayan besar, dan dia bersembunyi di balik rumah burung itu karena selain tempatnya agak di pojokan pasti orang tak akan mengira dia berada di situ, Sintia takut jika ada orang yang mengetahui keberadaannya saat ini.Ternyata benar saja ada pak Maman sedang berjalan menuju patung tempat awal persembunyiannya, pak Maman lagi melihat kondisi taman sambil menengok ke kanan ke kiri melihat situasi yang menurutnya aneh."Kok bisa sih patungnya jatuh," ujarnya sambil mendirikan patung itu kembali sambil menggerutu tak jelas.Setelah selesai lalu pak Maman pun pergi beranjak meninggalkan tempat itu, dan kembali ke taman depan untuk siram-siram, dan akhirnya Sintia pun keluar dari persembunyianya dan mencari persembunyian yang menurutnya pas untuknya dan supaya bisa mengetahui apa yang terjadi di d
Disisi Lain di rumah bu Ratih, Sintia masuk ke dalam rumah Bu Ratih dari pintu belakang dapur, Sintia masuk ke dalam rumah Bu Ratih dengan telanjang kaki karena sepatunya dia lepas di depan sebelum memanjat tembok.Sintia ingin menemui Bu Ratih yang berada di ruang tamu, Sintia melihat Bu Ratih yang sedang duduk sambil menangis, dia mengusap air matanya dengan sebuah tisu yang berada di depannya."Oma." seru Sintia yang berdiri di depan Bu Ratih yang sedang menangis terisak-isak.Mendengar suara Sintia, Bu Ratih terkejut dia pun mendongakan kepalanya dan Bu Ratih sungguh tak percaya dengan apa yang dilihatnya, namun benar saja yang di depannya adalah wanita muda yang bernama Sintia.Oma pun membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, "Ya ampun nak kamu Sintia dari mana saja, kenapa kamu pergi?" tanya Bu Ratih.Sintia pun melangkahkan kakinya mendekati Bu Ratih yang sedang duduk di sofa, Sintia jongkok di hadapan Bu Ratih sambil memegang tangan Bu Ratih. "Maaf k
David sang kepala karyawan itu langsung keluar setelah mendengar aba-aba yang keluar dari mulut Arseno.Bosnya itu sepertinya akan siap meledakan amarahnya kepada wanita yang baru saja menjadi karyawan baru dengan status masih magang.David merasa tak mengerti apa kesalahan yang sudah dia buat sampai-sampai bosnya itu begitu marah besar.David pun keluar dari ruangan Arseno dan meninggalkan Sintia serta Arseno yang berada di dalam ruangan itu.David adalah laki-laki muda dengan bakat yang sangat tinggi dalam kecakapan berinteraksi di semua kalangan, selain itu dia juga laki-laki yang tampan serta yang jelas dia itu sangat berkarismatik serta murah senyum.Di dalam ruangan itu hanya menyisakan mereka berdua, Sintia yang tengah berdiri di depan meja kerja Arseno hanya bisa menatap Sintia Arseno.Sedangkan Arseno sedang duduk di kursi meja nya sudah siap menelan Sintia mentah-mentah.Arseno yang duduk itu langsung menggebrak meja kerja nya, dan dia pun langsung beranjak dari duduknya
"Apa yang harus saya jawab bapak, saya tak pernah berkata apapun kepada ibu anda, yang jelas saya menghormati beliau seperti ibu kandung saya sendiri." jawab Sintia.Arseno menatap Sintia dengan menggertakkan gigi gerahamnya, "Asal kamu tahu jika aku memecat mu dia akan mengusirku dari rumah." seru Arseno sambil berbicara lantang di hadapan Sintia.Arseno tersenyum sinis, Arseno merasa jika Sintia kali ini menang melawan dirinya, namun Arseno berjanji lain waktu dia akan menang melawan anak perempuan yang umurnya masih tak seberapa itu."Aku tidak jadi memecat mu, kamu tetap bekerja disini. Tapi yang jelas semua yang kulakukan itu demi orang tua ku." lanjutnya.Sintia tak peduli dengan apa yang dikatakan Arseno tapi yang jelas kali ini dia menang dan berada di puncak gunung.Tangan Arseno meraih telepon yang berada di atas mejanya dia pun menelpon Aldi sang asisten untuk ke ruangannya, dia ingin menyuruh Aldi untuk menempatkan Sintia di ruangan tersendiri supaya Arseno tak melihat ba
Mendengar apa yang dikatakan Sintia membuat mbak Nini itu terkejut, dia membulatkan matanya dengan sempurna, "Yang bener tadi itu ada di ruangan keluarga dia lagi membaca sebuah buku map kuning." jabarnya sambil menatap Sintia."Hahhh yang benar tapi kok gak ada ya?" tanya Sintia sambil bergegas untuk kembali ke depan, kembali ke ruang keluarga rumah milik Bu Ratih dan memastikannya, terang saja di sana Bu Ratih memang tidak ada,Sintia pun pergi ke kamar Bu Ratih, kamarnya itu bersebelahan dengan ruang keluarga, kamar Bu Ratih itu ada di lantai dasar karena dia sudah tua dan tak ingin naik turun tangga.Sintia pun mengetuk pintu kamar Bu Ratih namun tetap saja tak terdengar suara sahutan dari dalam kamar tersebut.Sintia pun naik ke lantai 2, dan dia menaiki anak tangga satu demi satu sambil dia menengok ke kanan ke kiri supaya mengetahui keberadaan Bu Ratih,Ini pertama kalinya Sintia masuk ke lantai 2, karena selama ini Sintia hanya berseliweran di lantai 1.Sintia melihat sebu
"Tidak usah repot-repot aku akan berangkat sendiri karena kau sudah memesan taksi online sayang kalau dibatalkan." jawab Sintia yang mencari alasan yang tepat kepada Aldi.Sintia pun segera bergegas pergi meninggalkan kamar Bu Ratih.Dia langsung berjalan menuju halaman rumah Bu Ratih, halaman yang luas dan terpampang banyak mobil."Pak Maman antar saya ya ke restoran, tapi pakai mobil biasa saja jangan yang bagus." teriak Sintia kepada pak Maman yang tengah ngopi di pos penjagaan depan rumah Arseno.Pak Maman pun mengacungkan jempolnya dan beranjak dari duduknya untuk mengantar Sintia pergi.Sintia pun pergi bersama pak Maman, mereka pun saling bercerita di dalam mobil yang membuat mereka tertawa terbahak-bahak.Tak terasa sampailah di sebuah restoran mewah dengan konsep Eropa namun memiliki kesan nampak seperti restoran keluarga.Sintia pun pergi melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran itu, Sintia mengamati setiap meja yang terpampang nomor di atasnya.Dan ternyata meja nomor 77
Arseno melihat semua sudut ruang itu dengan mengerutkan dahinya. Arseno sangat terkejut melihat ada sebuah tas yang tergeletak di atas meja.Arseno pun menghembuskan nafas panjangnya sekali lagi, "Haaa yang benar saja dia pindah kesini?" tanya Arseno di dalam hati.Tanpa Arseno bertanya dia pun sudah tahu jika kamar itu sekarang dihuni oleh Sintia, sang karyawan yang selalu membuatnya naik darah.Saat Arseno sedang mengamati isi kamar itu, Sintia pun datang ke kamar itu dengan mata yang sudah mulai terpejam,dia berjalan dengan mata yang sudah mulai tertutup. Sintia tak sadar jika Arseno sedang berada di kamarnya tepatnya di pojokan sebelah kanan pintu masuk kamarnya.Arseno yang melihat itu langsung memicingkan matanya kepada Sintia yang sedang menjatuhkan badannya di atas tempat tidur."Sintia bangun kamu." teriak Arseno.Sintia pun langsung membuka matanya dan terkejut kala ada orang yang memanggil dirinya.Dia pun langsung beranjak dari tidurnya untuk berdiri dari tempat tidurnya,
Dan Arseno pun melamar Sintia di hadapan mamanya yang bernama bu Ratih dan bu Ratih yang melihay itu dia tersenyum di sudut bibirnya.Malam ini dia merasa sangat bahagia karena anak semata wayangnya sudah memiliki tambatan hati."Aku harap kalian segera menikah memiliki cucu." seru bu Ratih yang langsung mengulti mereka.Apa yang dikatakan bu Ratih membuat Sintia yang sedang duduk di dekatnya tersipu malu, dia tak menyangka jika calon mertuanya itu benar-benar baik kepada dirinya dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.Dan mereka berdua pun saling bertatapan satu sama lain keduanya saling melempar senyum sebagai tanda bahagia di antara mereka.Mereka pun melanjutkan makan malam di bawah sinar rembulan dan gemerlap lampu kota yang terlihat di seberang danau.Sepoyan angin menerpa wajah mereka dan menimbulkan rasa dingin di kulit,Kebahagiaan menyelimuti mereka di bawah Dinginnya malam.Jam sudah menunjukkan pukul 10. 00 malam dan Arseno pun mengajak untuk segera pulang.Karena
Dan Arseno langsung pergi meninggalkan Tiara seorang diri dan dia pun langsung menutup pintunya rapat rapat dia tak ingin Tiara itu datang lagi ke rumahnya karena dia sudah merepotkan keluarganya selama ini.Dan Tiara pun langsung pergi meninggalkan rumah Arseno dia pun mengendarai mobilnya dan di dalam mobil sambil mengemudi dia menelepon vivian."Kamu ada dimana?" tanya Tiara.Dan Vivian pun menjelaskan kepada Tiara mengenai keberadaannya saat ini dan Tiara pun yang diberitahu oleh Vivian dia pun melajukan kendaraannya menuju tempat Vivian.Dan mereka berdua merencanakan akan pergi ke kantor Arseno dan akan mengambil semua yang ada di sana. Vivian dan Tiara pun setuju namun sebelum mereka mulai rencanakan itu terlebih dahulu Vivian mengirim sebuah pesan kepada Arseno dan itu sebuah pesan ancaman jika Sintia akan di buat tak bernyawa.Vivian pun mau ngirim pesan singkat itu kepada Arseno supaya Arseno merasa sangat khawatir kepada Sintia sehingga dia tidak bisa ke kantor dan itu
Tiara yang mendengar itu dia pun langsung berlari untuk keluar dari rumah Arseno.Dia sangat merasa kecewa dengan apa yang dikatakan oleh mama angkatnya tersebut dan apa yang diucapkan itu membuat dirinya merasa sakit hati.Pada saat dia pergi keluar dari rumah Arseno suami tiara pun langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Arseno menyusul istrinya.Meskipun suami Tiara sudah tak mampu lagi menghadapi watak dan tabiat Tiara namun dia memiliki hati dia masih memahami apa yang telah dipikirkan oleh Tiara.Dan suami Tiara melihat Tiara pergi mengendarai mobilnya dan meninggalkan dirinya seorang diri di halaman rumah Arseno membuat suami Tiara merasa sedikit kecewa namun bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.Saat suami tiara sedang berdiri menatap kepergian Tiara tiba-tiba muncullah Arseno dari belakang dan itu sangat mengejutkan baginya."Kakak silahkan kalau mau pakai mobilku silahkan kamu bawa." ucap Arseno kepada suami Tiara.Suami Tiara yang mendengar apa yang dikatakan oleh A
Arseno oun menepuk pundak Arga yang tak lain masih saudaranya itu.“Tenang saja siapapun yang bekerja dengan ku akan ku bantai habis-habisan.” jawab Arseno dengan diselingi senyum di sudut bibirnya.Dan Arga pun mendekati Arseno dan berbisik di telinga kanan Arseno. “Jangan di suruh ngelembur dia ya.” ujar Arga.Arseno pun tak menjawab dia hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Arga, Arga seperti tak rela jika terjadi sesuatu kepada Nindy wanita yang dicintainya.Arseno pun beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada para rekannya. “Ya sudah ya aku pulang dulu ya?” seru Arseno sambil tangannya meraih tangan Sintia.Dan akhirnya mereka pun pulang dari tempat mereka berkumpul, Arseno langsung menancapkan gasnya untuk segera pulang karena jam sudah hampir larut malam.Sintia yang duduk disamping Arseno dia pun terlelap dengan tenangnya membuat Arseno yang duduk di sampingnya merasa sangat bahagia melihat wanita yang dicintainya begitu sangat manja kepada dirinya.Tak terasa sud
Pukul 7 malam Arseno sudah siap untuk pergi makan malam dengan para rekannya.Arseno memakai kaos berwarna hitam dengan bawahan dengan warna senada.Arseno pun mengetuk pintu kamar sintia.Dan Sintia pun keluar dari kamarnya dengan raut wajahnya yang cantik.Dia memakai sebuah jaket yang berwarna biru muda dengan bawahan celana yang berwarna hitam.“Ayo berangkat.” seru Arseno yang mengajak Sintia untuk berangkat.Sintia pun keluar dengan menenteng tasnya yang berwarna hitam.Mereka pun pergi bersama-sama menuju sebuah restoran dimana mereka mengadakan makan malam bersama.Mereka menghabiskan waktu perjalan sekitar 20 menitan dari rumah Arseno, yah memang rumah Arseno terletak di kawasan central bisnis.Mereka berdua masuk ke dalam restoran dan ternyata semua sudah berkumpul disana.“Kita sambut pasangan serasi kita big boss dan sang asisten.” teriak Nindy dengan wajah yang sangat gembira.Aldi yang sedang duduk dan minum mendengar itu dia pun tersedak. “Haahhhh yang benar?” tanya Al
“Oke jika itu yang kamu mau Nin aku akan atur waktu untuk pertemuan kita secepatnya, tapi aku mohon berubahlah bersikap hangat kepada ku, anggap saja kita mulai dari awal hubungan ini.” jawab Arga.Arga pun meraih tangan Nindy dan menggenggamnya dengan erat namun tetap saja Nindy seperti acuh tqk acuh.Saat Nindy melirikan kedua bola matanya terlihat Arga yang sedang menundukan kepalanya,Arga terlihat seperti dia menahan air matanya yang sepertinya ingin jatuh, melihat itu Nindy merasa hatinya seperti tersentuh. “Ya sudahlah kita mulai lagi dari awal, tapi ingat ya jika kamu ulangi lagi masalah seperti ini aku akan membuatmu jauh lebih menderita dan aku pastikan kamu tak akan bahagia karena menyakiti ku.” seru Nindy yang sedikit dengan bernada ancaman kepada Arga.Arga yang mendengar itu dia pun menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti.Arga pun tersenyum di sudut bibirnya, dia merasa bahagia kini Nindy sudah mulai tak cuek lagi kepada dirinya.Keesokan harinya di kant
“katakan apa permintaanmu.” jawab Nindy dengan wajah yang juteknya tersebut yang tak bisa dibohongi lagi.Arga pun menghembuskan nafasnya dalam-dalam dan dia melangkahkan kakinya satu langkah kedepan untuk lebih dekat dengan Nindy. “Aku ingin malam ini kita makan malam berdua,” jawab Arga.Nindy yang duduk di kursi meja kerjanya dia terdiam, dia tak tahu apa yang akan direncanakan oleh Arga kepada dirinya.“jika kamu mau makan malam dengan ku malam ini, aku janji akan pergi dari hidupmu dan tak akan mengganggumu lagi.” lanjut Arga yang memastikan sekali lagi kepada Nindy.Nindy pun mengiyakan apa yang menjadi permintaan Arga kepada dirinya. Dan Nindy pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.“Aku nanti malam pulang jam 7, sekarang kamu bisa keluar jangan ganggu aku.” seru Nindy.Dan Arga pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Nindy dengan perasaan dan harga diri yang terjun bebas di hadapan Nindy.Namun Arga rela melakukan itu, karena sekarang dirinya telah sadar jika perasaa
Dan David pun mengantar Syifa ke kamarnya, dengan nafas yang sudah ngos-ngosan David berusaha sekuat tenaga untuk supaya lekas sampai di kamar Syifa yang letaknya di dekat kamarnya.Dan langkah yang sedikit cepat akhirnya David sampai di kamar Syifa dan meletakan tubuh Syifa di atas tempat tidur.Dan David pun menata bantal Syifa supaya lebih nyaman untuk kepalanya.“Sebentar ya aku ambil air putih dulu buat minum obat.” seru David sambil pergi melangkahkan kakinya untuk keluar ke dapur.Syifa yang tengah berbaring dia meringis kesakitan dengan tangan yang masih memegang perutnya.Syifa memejamkan matanya secara erat dan merasakan sensasi perut yang sudah tak bisa dijelaskan lagi rasanya.Dan David pun masuk kamar Syifa dan dia pun mengulurkan obat serta segelas air putih. “Ayo minum dulu.” seru David kepada Syifa.aDengan tangan sangat bergetar Syifa pun meminum obatnya dengan mata yang sendu karena sudah tak memiliki kekuatan.Dan David pun meletakan gelas yang berisi air putih itu
Sintia pun menatap Arseno dengan tatapan sendunya yang terlihat sangat jelas di matanya,Dan Sintia pun memeluk Arseno dengan pelukan yang penuh sandaran karena sudah tak kuat dengan apa yang tengah dirasakannya saat ini.“Sudah ya kamu jangan sedih ada aku disini yang akan membantu semua masalah yang terjadi pada mu sayang, lupakan masa lalumu lihat lah dirimu yang sekarang yang lebih beruntung ketimbang saudara tirimu.” lanjut Arseno yang tak henti-hentinya memberi nasehat kepada Sintia.Dan hari semakin sore Arseno pun mengajak pulang Sintia ke hotel, dan Arseno juga melihat keadaan Sintia yqng jauh lebih baik daripada tadi.Untung saja Arseno adalah laki-laki yang dewasa jadi dia bisa sedikit mengontrol SintiaSekarang Sintia sudah mulai bisa mengontrol emosinya lebih baik lagi.Di sisi lain di kantor cabang yang berada di barat, Syifa, Lidya, David serta Aldi merayakan keberhasilan mereka dalam mengurus kantor cabang yang terlibat korupsi para petingginya.Mereka merayakan kesu