Arseno melihat semua sudut ruang itu dengan mengerutkan dahinya. Arseno sangat terkejut melihat ada sebuah tas yang tergeletak di atas meja.Arseno pun menghembuskan nafas panjangnya sekali lagi, "Haaa yang benar saja dia pindah kesini?" tanya Arseno di dalam hati.Tanpa Arseno bertanya dia pun sudah tahu jika kamar itu sekarang dihuni oleh Sintia, sang karyawan yang selalu membuatnya naik darah.Saat Arseno sedang mengamati isi kamar itu, Sintia pun datang ke kamar itu dengan mata yang sudah mulai terpejam,dia berjalan dengan mata yang sudah mulai tertutup. Sintia tak sadar jika Arseno sedang berada di kamarnya tepatnya di pojokan sebelah kanan pintu masuk kamarnya.Arseno yang melihat itu langsung memicingkan matanya kepada Sintia yang sedang menjatuhkan badannya di atas tempat tidur."Sintia bangun kamu." teriak Arseno.Sintia pun langsung membuka matanya dan terkejut kala ada orang yang memanggil dirinya.Dia pun langsung beranjak dari tidurnya untuk berdiri dari tempat tidurnya,
"Eh diem kamu, jangan sembarangan kalau bicara." ujar Arseno sambil menekan nada bicaranya dengan menggertakan giginya.Sintia yang baru saja terbangun dari tidurnya merasa tak mengerti dengan maksud atasanya itu masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang sangar nya."Lagian bapak ngapain disini malam-malam, saya ini mau tidur bapak jangan ganggu saya please ku mohon." jawab Sintia memohon kepada Arseno untuk tidak mengganggu tidur malam panjangnya.Arseno pun langsung mengeluarkan raungan macannya kepada Sintia yang sudah mulai melonjak kepada dirinya.Arseno memerintah Sintia untuk ikut ke sebuah wilayah yang berada di barat untuk sidak dadakan di pabriknya."Ya elah bapak, emang gak bisa besok? Ini itu masih malam." jawab Sintia lagi kepada Arseno yang mulai berani menantang dan menyanggah apa yang dikatakan Arseno.Arseno pun langsung membuka lemari baju Sintia dan dia pun meraih baju secukupnya dan baju Sintia pun dibawa keluar dari kamar Sintia menuju kamarnya.Arseno memasukan
Ternyata yang sedang menelpon adalah asistennya yang sedang menanyakan keberadaan bosnya itu.Sang asisten mengatakan jika pihak pemerintah sudah menjadwalkan kunjungannya ke pabrik."Sekarang tinggal bapak yang menandatangani laporan itu secepatnya." seru sang asisten Aldi kepada pemilik perusahan pangan yang bernama Arseno.Mendengar itu Arseno menyuruh sang asistennya untuk meletakan laporan itu di meja tempat kerja nya karena Arseno mengatakan kalau dirinya sedang ada acara keluarga yang mendadak.Mendengar apa yang dikatakan bosnya membuat sang asisten tak menaruh curiga dengan apa yang dikatakan oleh bosnya jika sebenarnya bosnya sedang melakukan sidak di pabrik A1a wilayah barat."Untuk sementara saya masih belum bisa ke kantor 2 hari atau 3 hari kedepannya, kau tolong handle kantor jika ada apa-apa kamu hubungi saya." ujar Arseno sambil mematikan panggilan teleponnya.Tepat pukul 10 siang Arseno dan Sintia berdandan rapi, kini mereka akan bersiap untuk datang ke sebuah kantor
"Kalau tidak mau menjawab gak usah ngatain aku seperti itu." jawabnya dengan sedikit marah namun Sintia berusaha untuk meredamnya sendiri.Arseno tak ubahnya seorang bos yang suka membangunkan emosinya, mungkin dia merasa jika tak membuat marah Sintia, dunia akan kiamat.Sintia pun melempar pandangannya ke arah luar jendela, Sintia melihat sebuah pohon yang teramat rindang yang menghiasi sepanjang perjalan.Kota yang berada di sebelah barat adalah kota dengan julukan seribu pohon, iya emang kota itu memiliki banyak pepohonan yang membuat udara sejuk dan pikiran tenang.Sampailah di sebuah pabrik yang besar dengan gerbang masuk yang tinggi, pabrik yang memiliki banyak karyawan yang sedang keluar masuk gerbang, karena ini adalah waktu pergantian jam kerja.Sintia pun melihat di sebelah kanan ada sebuah bangunan yang lumayan besar, bangunan dengan dihiasi oleh pohon yang rindang."Bangunan yang berada di samping depan yang ada hiasan pohonnya itu adalah sebuah kantor dari pabrik ini, jad
Mendengar cerita itu Arseno merasa hatinya sudah yakin jika kurir dokumen yang dipercayanya adalah kurir yang benar-benar kerja dengan baik dan bagus, dan itu terbukti jika dia tak tergiur oleh persekongkolan yang direncanakan oleh mereka.Arseno merasa jika informasi yang didapatkannya telah cukup, dia pun segera beranjak dari duduknya dan bersiap untuk segera pergi dari ruangan itu, Arseno pergi dengan membawa tumpukan map yang berada di depannya terutama map biru itu yang dianggap map yang paling penting bagi mereka."Ya sudah saya pergi dulu." ujar Arseno yang berpamitan dengan petinggi kantor cabang tersebut, mereka pun saling bersalaman.Saat mereka sedang bersalaman petinggi kantor cabang tersebut merasa ada yang sedikit janggal melihat tangan Arseno yang sedang bersalaman dengannya.Pasalnya Arseno yang berdiri di depannya itu berpakaian biasa tapi terlihat jam tangan yang melingkar di tangannya seperti jam tangan mewah yang tak semua orang sanggup untuk membelinya. Dan p
Arseno pun tersadar jika mereka melewatkan makan siangnya yang membuat perut Sintia merasa sakit.Arseno pun beranjak dan langsung mengangkat tubuh Sintia ke atas kasur dan dia pun terasa panik yang tak seperti biasanya. "Sintia sabar dulu aku mau pesan makanan, bertahanlah." seru Arseno.Arseno pun lekas meraih telepon yang berada di meja dekatnya dia duduk dan Arseno pun menelpon dan memesan makan untuk dikirimkan ke kamarnya secepatnya.Sambil menunggu makanan datang, Arseno berusaha membangunkannya Sintia yang tengah tak sadarkan diri."Sintia bangun Sintia, jangan buat aku panik." seru Arseno sambil menepuk pipi Sintia deanh lembut.Sintia masih saja memejamkan matanya, Arseno pun mulai merasa kebingungan dan panik, Arseno takut terjadi apa-apa pada Sintia.Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor rumah sakit terdekat di tempatnya berada.Arseno membuka google maps dan untung saja rumah sakit tak terlalu jauh dari keberadaanny saat ini.Saat Arseno sudah menemukan nom
Arseno yang baru saja masuk ke dalam kamar melihat Sintia tergeletak membuat dirinya langsung berlari menuju Sintia.Dan Arseno pun langsung mengangkat tubuh Sintia untuk ke tempat tidur."Sintia bangun, jangan buat ku panik." ujar arsneo sambil menepuk pipi Sintia.Arseno pun merogoh ponselnya dan langsung menelpon dokter langganannya untuk meminta pendapatnya."Hallo dok." sapa Arseno yang membuka panggilan teleponnya.Arseno pun menjelaskan ke dokter langganan perihal masalah yang sedang menimpa Sintia."Ya dok dia lagi datang bulan katanya perutnya sakit sekarang dia pingsan. Aku harus bagaimana? Apa dibawa ke rumah sakit saja?" tanya Arseno yang merasa panik dan bingung.Belum saja dokter menjawab di balik telepon, Sintia akhirnya terbangun dan Arseno menceritakan ke dokternya jika Sintia sudah bangun.Dokter menyuruh Arseno untuk menanyakan kepada Sintia apa yang tengah dirasakan saat ini.Dan Sintia pun menjelaskan ke dokter langganan Arseno mengenai apa yang dirasakannya.
Aldi yang mendengar itu langsung menoleh kepalamya ke belakang dan dia menatap setiap sudut apa yang di belakangnya, namun sayang Aldi tak menemukan hal janggal."Hehhh." ujar Aldi sambil melangkahkan kakinya dengan sedikit cepat meninggalkan kantor tempatnya dia berdiri saat ini.Ke esokan harinya Arseno bangun pagi dan memesan makanan serta minuman, sambil menunggu dia menyelesaikan kerjaannya yang menumpuk di meja dan mulai memilih dokumen yang benar dan salah.Kali ini dia bekerja sambil menikmati pemandangan yang tak pernah dia lihat, dia bekerja sambil melihat Sintia yang masih tidur.Ada yang berbeda dengan hatinya, hatinya sekarang jauh lebih lunak ketimbang kemarin-kemarin yang lebih suka marah-marah ke Sintia.Tak terasa makanan yang di pesannya sudah datang, dan Arseno menata makanan itu di meja dekat tempat tidurnya.Dan dia melangkahkan kakinya mendekati Sintia yang tertidur."Bangun makan dulu." ujar Arseno membangunkan Sintia.Sintia pun membuka matanya dan menatap Ars