Alvaro menggertakkan gigi, lalu berbalik dan naik ke kamarnya meninggalkan Andry.
Ting!Ada chat masuk. Andry membuka aplikasi pesan, sebuah nomor asing masuk.[Hai Andry. Aku Vedrya, masih ingat kan? Kita bertemu di bandara]Andry mengingat-ingat, dari mana wanita itu mendapatkan nomernya? Andry merasa tidak memberikannya. Vedrya hanya meminjam ponselnya ... ah, rupanya itu trik Vedrya untuk mendapatkan nomor kontak nya. Vedrya pasti melakukan panggilan telepon ke nomornya sendiri menggunakan ponsel Andry.Andry tersenyum. Vedrya sudah berusaha mengenalnya, tak ada salahnya jika dia pun membuka diri. Toh sekarang Andry mempunyai kekayaan yang luar biasa. Semua wanita akan mudah takluk di genggamannya.Andry [Halo Ve. Tentu saja aku masih ingat. Mana mungkin aku lupa pada gadis secantik kamu. Ngomong-ngomong, dari mana kamu dapat nomorku?]Vedrya [Aku tak sengaja menelepon nomorku sendiri kemarin. Apa aku mengganggu?]" Pa, apa maksud kalimat Papa pada Kakek Orlando tadi?" Saskia memberanikan diri bertanya saat dia dan Alvaro sudah berada di dalam kamar mereka. Alvaro berbaring tengkurap di ranjang sementara Saskia memijit punggung kokoh dan tegap suaminya.Alvaro mendengus. " Kita akan membuatkan cicit untuk Kakek Orlando. Mulai besok jangan minum pil KB," sahut sang pria tampan tegas.Gerakan tangan Saskia seketika terhenti. Alvaro yang merasakannya segera duduk menghadap kepada wanita cantik itu." Lalu ... lalu bagaimana nasib anak itu saat kita selesai menjalani kontrak?" tanya Saskia terbata-bata. Alvaro merasa dadanya bagai dihantam palu mendengar pertanyaan Saskia. Saskia tidak mencintainya, Saskia ingin mereka menyelesaikan kontrak lalu berpisah. Saskia bingung dengan anak mereka, apa mungkin Andry mau menerimanya? Ternyata semua servis dan fasilitas yang diberikan Alvaro, tidak membuat Saskia luluh dan bisa mencintainya. Demikian pikiran-pikiran yang berkelebat di benak Alvaro.Alvaro
Saskia melirik jam dinding, jarum berada di angka 12 dan Alvaro belum pulang. Bang Ucup sudah mengembalikan mobil sedari tadi dan pulang ke rumahnya sendiri. Kata Bang Ucup, Alvaro ada rapat dan akan pulang menggunakan taksi online.Saskia menunduk, menatap ponselnya. Jemarinya berputar di atas layar. Wanita cantik itu ingin mengirim pesan kepada suaminya, akan tetapi ragu melanda. Selama ini Saskia tak pernah melakukan itu karena Alvaro selalu mengabarinya jika terlambat pulang."Al belum pulang?" Satu suara bariton terdengar di belakangnya, membuat Saskia tersadar dari lamunannya.Saskia menoleh. Dilihatnya Andry berdiri tak jauh darinya. Nampaknya lelaki tampan itu sedang dalam perjalanan mencari cemilan di kulkas. Rambutnya acak-acakan seperti habis bangun tidur."Belum," sahut Saskia lalu kembali menunduk. Didengarnya Andry membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Nih, minum dulu." Andry menyodorkan sebotol yoghurt ke pangkuan Saskia."Terimakasih," sahut Sask
Andry mengeluarkan mobil yang terdekat dengan pintu keluar, yaitu sebuah Pakjero putih.Dengan senang hati Ashley masuk ke kursi penumpang. Khayalannya kembali melambung. Jika dia bisa memikat pria tampan di sebelahnya ini, dia tak perlu menjadi ani-ani melainkan bisa menjadi nyonya besar seperti Saskia. Pikiran yang sangat membahagiakan."Kamu tinggal di mana?" tanya Andry saat mobil keluar dari gerbang. Ashley pun menyebutkan alamatnya, yaitu sebuah kos elit yang bebas. Andry yang baru saja pulang ke kota itu tentu tidak paham kos seperti apa yang akan didatanginya."Maaf Tuan? Apa bisa saya mampir beli makan? Karena di kos sedang tidak ada makanan dan saya belum sempat makan," ucap Ashley dengan suara yang dilembutkan."Oke. Kamu mau makan apa?" Andry menyanggupi. Andry berpikir kalau Ashley belum sempat makan karena mengurus Alvaro yang mabuk.Ashley pun menunjukkan Cafe yang Buka sampai pagi. Cafe itu cukup mewah. Ashley ka
Saskia membeku. Apa Alvaro berselingkuh dengan Ashley? Wanita tadi sangat cantik dan seksi. Pakde Gito datang dengan membawa handuk basah untuk menyeka Alvaro. Saskia membantu kepala pelayan itu melakukan pekerjaannya sambil mengamati apakah ada jejak wanita lain lagi di tubuh suaminya, akan tetapi Saskia tak menemukannya. Keduanya mengganti pakaian Alvaro dengan piyama, lalu Pakde Gito keluar kamar. Alvaro langsung tertidur pulas.Saskia berdiri di balkon kamarnya yang menghadap ke jalanan. Wajahnya mendongak menatap bulan yang bulat. Saskia berpikir kalau dirinya kurang baik dalam melayani suaminya. Apa Alvaro suka digigit? Namun bagaimana Saskia bisa mengimbangi permainan Alvaro jika Alvaro selalu menyakiti tubuhnya dengan benda-benda aneh itu?Saskia meraba ruam di lehernya yang sempat tertangkap mata Andry. Dia harus lebih rapat lagi dalam berpakaian agar tak ada yang tahu apa yang dilakukan Alvaro kepadanya. Ibunya berpesan untuk menutup aib suami di hadapan siapa pun. Kita ha
Alvaro keluar dari kamar mandi dengan wajah kuyu dan tubuh lemas. Saskia yang duduk menunggu di tepi tempat tidur segera menghampiri Alvaro. Digenggamnya tangan Alvaro. Dingin."Aku tak bisa berangkat. Perutku masih mulas sekali. Tolong bilang Pakde Gito untuk menelepon Dok Hairi. Kamu juga segera berangkat." Alvaro menghembuskan napas ketika sudah merebahkan tubuhnya di ranjang. Bibirnya pun nampak pucat."Aku tak mau pergi. Aku mau menemani Papa," sanggah Saskia. Bagaimana dia bisa meninggalkan Alvaro yang gemetar dan pucat begitu?"Tidak. Kamu harus berangkat. Akan kusuruh Sega menyusulmu. Ini untuk perusahaan." Alvaro berkata lirih, wajahnya mengernyit menahan sakit.Saskia hendak membuka mulut lagi, akan tetapi Alvaro membuka mata dan menatapnya dengan hangat."Ma, jangan membantah. Acara amal ini penting bagi perusahaan kita. Dewan Komisaris akan ribut jika tidak ada yang datang," ucap pria tampan itu.Saskia pun luluh mend
Andry dan Saskia kembali ke rumah ketika waktu menunjukkan jam satu malam. Andry menemani Saskia sampai depan pintu kamarnya. Lelaki itu menatap sang wanita dengan tatapan rindu."Sasi, terimakasih untuk malam ini," ucapnya lalu mencuri satu kecupan di punggung tangan Saskia sebelum Saskia sempat menarik tangannya.Tanpa menunggu jawaban, Andry berbalik dan berjalan menuju kamarnya di seberang tangga sambil bersiul-siul. Saskia terengah. Cepat-cepat masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu rapat-rapat. Saskia bersandar pada daun pintu selama beberapa saat, kemudian berjalan memasuki kamar dengan perlahan. Dia tak ingin mengganggu tidur Alvaro.Namun, Alvaro tidak tidur seperti yang disangkanya. Pria tampan itu duduk bersandar pada sandaran tempat tidur dengan laptop di pangkuannya. Dia mengangkat kepala saat Saskia masuk. Wajahnya nampak kuyu."Papa kenapa belum tidur?" Saskia bertanya heran."Ada pekerjaan," jawab Alvaro singkat.Saskia membersihkan diri, lalu naik ke sisi Alvaro. Di
Vedrya berkali-kali mencuri pandang kepada lelaki tampan yang duduk di seberang meja. Lelaki dengan setelan jas mahal itu semakin memukau dibanding saat pertama kalo mereka bertemu di bandara beberapa waktu yang lalu. "Posisi kamu sekarang jadi Asmen?" Vedrya bertanya, dalam hati menimbang-nimbang apakah ayahnya akan merestui jika dia memperkenalkan pria ini. Ayahnya memintanya segera memperkenalkan seseorang, tetapi Vedrya belum menemukan orang yang tepat. Entah mengapa ketika pertama kali bertemu Andry, Vedrya merasa tertarik untuk mengenal pria itu lebih dekat. Mungkin karena gestur pria itu yang acuh dan matanya juga tidak kemana-mana walaupun banyak wanita yang memperhatikannya di bandara."Iya, kenapa?" Andry balas bertanya. Andry belum menceritakan siapa dirinya kepada Vedrya. Menurutnya itu belum perlu."Tidak apa-apa. Itu posisi yang bagus untuk mengembangkan karir." Vedrya tersenyum lembut.Andry membalas senyumnya. Dia cukup
Setelah mandi dan shalat Subuh, Alvaro dan Saskia berpamitan kepada Orlando untuk berangkat ke bandara.Andry tak terlihat, mungkin masih tidur. Alvaro mengabaikannya. Dia berbincang sebentar dengan Orlando, berpesan kepada Wiji untuk selalu memperhatikan kakeknya dan jangan meninggalkannya sendirian. Alvaro juga memberi tugas kepada Hanifah untuk bergantian dengan Wiji menemani Orlando selama Saskia bepergian dengannya.Saskia memperhatikan gerak gerik Alvaro dalam diam. Diperhatikannya wajah tampan yang menemani tidurnya selama beberapa bulan ini. Hidung mancung, rahang tegas, manik kebiruan, semua itu adalah lelaki impian bagi banyak wanita. Sayangnya, Saskia hanya mendapatkan tubuhnya dan bukan hatinya. Saskia sadar, dia tak.cukup baik untuk pria sesempurna Alvaro karena tak bisa mempersembahkan kesucian kepadanya.Saskia menarik napas dalam. Dalam hati Saskia mengagumi Alvaro yang begitu perhatian pada kakeknya, apalagi dia adalah anak lelaki. Biasanya anak lelaki yang sudah meni