Vedrya berkali-kali mencuri pandang kepada lelaki tampan yang duduk di seberang meja. Lelaki dengan setelan jas mahal itu semakin memukau dibanding saat pertama kalo mereka bertemu di bandara beberapa waktu yang lalu.
"Posisi kamu sekarang jadi Asmen?" Vedrya bertanya, dalam hati menimbang-nimbang apakah ayahnya akan merestui jika dia memperkenalkan pria ini.Ayahnya memintanya segera memperkenalkan seseorang, tetapi Vedrya belum menemukan orang yang tepat. Entah mengapa ketika pertama kali bertemu Andry, Vedrya merasa tertarik untuk mengenal pria itu lebih dekat. Mungkin karena gestur pria itu yang acuh dan matanya juga tidak kemana-mana walaupun banyak wanita yang memperhatikannya di bandara."Iya, kenapa?" Andry balas bertanya. Andry belum menceritakan siapa dirinya kepada Vedrya. Menurutnya itu belum perlu."Tidak apa-apa. Itu posisi yang bagus untuk mengembangkan karir." Vedrya tersenyum lembut.Andry membalas senyumnya. Dia cukupSetelah mandi dan shalat Subuh, Alvaro dan Saskia berpamitan kepada Orlando untuk berangkat ke bandara.Andry tak terlihat, mungkin masih tidur. Alvaro mengabaikannya. Dia berbincang sebentar dengan Orlando, berpesan kepada Wiji untuk selalu memperhatikan kakeknya dan jangan meninggalkannya sendirian. Alvaro juga memberi tugas kepada Hanifah untuk bergantian dengan Wiji menemani Orlando selama Saskia bepergian dengannya.Saskia memperhatikan gerak gerik Alvaro dalam diam. Diperhatikannya wajah tampan yang menemani tidurnya selama beberapa bulan ini. Hidung mancung, rahang tegas, manik kebiruan, semua itu adalah lelaki impian bagi banyak wanita. Sayangnya, Saskia hanya mendapatkan tubuhnya dan bukan hatinya. Saskia sadar, dia tak.cukup baik untuk pria sesempurna Alvaro karena tak bisa mempersembahkan kesucian kepadanya.Saskia menarik napas dalam. Dalam hati Saskia mengagumi Alvaro yang begitu perhatian pada kakeknya, apalagi dia adalah anak lelaki. Biasanya anak lelaki yang sudah meni
Sebuah caddy car menjemput para penumpang first class untuk masuk terlebih dahulu ke dalam pesawat. Saskia mengikuti langkah Alvaro. Seorang pramugari cantik menyambut keduanya dan mengarahkan mereka menuju kabin masing-masing. Alvaro memesan kabin yang dipisahkan oleh lorong.Saskia menatap kabin yang diperuntukkan baginya dengan takjub. Ini pertama kali dalam hidupnya dia bepergian dengan tiket first class. Kursi nampak elegan, berwarna coklat kayu yang mahal. Kursi itu bisa dibaringkan 180 derajat jika kamu ingin rebahan.Saskia duduk dan langsung disodori menu welcome drink. Karena penumpang first class adalah yang pertama kali masuk ke dalam pesawat, mereka mempunyai waktu yang cukup banyak sebelum pesawat take off.Menu welcome drink terdiri dari air mineral, juice dan champagne. Juice dan champagne variatif dan semua fotonya nampak nikmat. Akhirnya Saskia memesan segelas juice alpokat.Wanita cantik itu memandang keluar jendela. Dia mendapat tiga jendela pesawat untuk dirinya s
Andry menatap kepergianmobil hitam mewah yang membawa kakaknya dan wanitanya dari jendela besar di lantai dua. Kamarnya tidak menghadap ke jalan utama sehingga Andry perlu ke ruangan lain untuk melihat apa yang terjadi di depan rumah.Dia sudah bangun dari tadi, tetapi sengaja tidak turun untuk melepas keberangkatan Alvaro dan Saskia. Kedua alis pria tampan itu bertaut ketika dia berusaha mengendalikan emosinya. Kenapa masih sesakit ini? Alvaro menunjukkan gejala tak akan melepaskan Saskia dan Saskia juga tak terlihat ingin kembali kepadanya. Saskia terlihat belum yakin pada apa yang akan dilakukannya. Namun, perasaannya pada Saskia sudah terlalu dalam. Rasanya seperti mengambang di laut yang jernih dan biru. Andry tak ingin mengakhirinya. Dia ingin berenang di laut itu selamanya dan menghembuskan napas terakhir di pelukan hangat air laut yang biru.Andry menghela napas kasar. Dengan langkah gontai dia kembali ke kamarnya lalu memanggil pelayan untuk membawakan sarapannya. Andry ingi
Alvaro dan Saskia kembali memperoleh pelayanan penjemputan dari bandara menuju ke hotel yang mereka pesan. Hotel termewah di kota itu dengan bentuk modern dan ikonik, kamar luas dengan jendela-jendela besar yang menghadirkan pemandangan kota Guangzhou yang merupakan perpaduan Nuansa modern dan tradisional. "Waw, pemandangannya indah sekali." Saskia berdiri di depan jendela. Mata bulatnya berbinar melihat apa yang ada di hadapannya. Tiba-tiba sepasang tangan kokoh melingkari perut ratanya dari belakang. Harum musk yang maskulin menguar ke dalam indera penciuman Saskia. Bulu kuduknya meremang ketika hembusan napas Alvaro menerpanya. Alvaro meletakkan dagunya di bahu kanan Saskia. Tangannya mulai merayap ke dua bongkahan kenyal berukuran 38D yang selalu menarik perhatiannya."Bagaimana kalau kita tuntaskan yang dimulai di pesawat tadi? Kamu bawa lingerie, 'kan?" bisik Alvaro halus di telinga Saskia. Kali ini hembusan napasnya menyapu cuping telinga sang istri disertai Aroma mint yang
Setelah menghabiskan waktu dengan Saskia yang menyebabkan wanita itu lelah dan mengantuk, Alvaro bergegas pergi menuju pertemuannya dengan Jianying di Shamian Island. Tadinya Alvaro ingin mengajak Saskia, namun Saskia sudah tak mampu bangkit dari ranjang karena permainan panas mereka. Shamian Island adalah sebuah pulau kecil di Sungai Pearl. Di masa kolonial, pulau inj merupakan pemukiman bagi pedagang dan diplomat asing, khususnya dari Eropa. Maka banyak bangunan di Shamian Island yang dirancang dengan arsitektur Eropa, membuatnya mempunyai Nuansa yang berbeda dari kawasan lain di Guangzhou. Alvaro masuk ke sebuah restoran yang menyajikan berbagai jenis dimsum. Restoran itu bergaya tradisional, namun bersih. Jianying adalah orang yang cermat, dia tak akan mau makan di tempat yang kurang bersih.Jianying duduk sambil memejamkan mata. Di tangannya ada sebuah pipa berwarna kuning dengan pola naga. Asap mengepul dari pipa itu.Alvaro memberi gongshou lalu duduk di seberang meja Jianyin
Keesokan siangnya Alvaro kembali bertemu dengan Jianying. Kali ini dia mengajak Saskia. Saskia sangat antusias melihat keindahan Shamian Island. Beberapa kali sang wanita cantik menunjuk berbagai patung yang ada di sepanjang jalan. Patung-patung itu menggambarkan berbagai peristiwa. Saskia ingin berfoto dengan beberapa patung, akan tetapi takut mengganggu jadwal Alvaro. "Kamu ingin berfoto dengan mereka? Nanti sepulang dari pertemuan, kita bisa melakukannya." Saskia terkejut mendengar Alvaro mendadak berbicara, menawarkan foto bersama patung-patung lucu itu pula.Saskia mendongak, wajahnya berseri-seri menambah kecantikan alaminya. Alvaro terpesona. Dalam hati Alvaro ingin memiliki wanita ini selamanya. "Mau, Pa," sahut Saskia lembut dengan senyum manis di bibirnya. Alvaro membalas senyum itu lalu kembali memandang ke depan. Dadanya bergemuruh. Hatinya bertanya-tanya, kepada siapa sesungguhnya perasaan Saskia? Bolehkah dia berharap Saskia sudah melupakan Andry dan mau menerimanya?K
Roswati duduk menekuk lutut di kamarnya. Pikirannya melayang pada percintaan panas dengan tuannya. Bagian kewanitaannya masih terasa sedikit perih, namun tidak seperih kemarin." Tuan Andry sangat tampan dan tubuhnya bagus sekali, tetapi aku sadar diri siapa aku. Dia tak mungkin menikahiku. Dia pasti mempunyai wanita lain. Bangun, Ros! Jangan mimpi kalian akan menikah dan bahagia seperti cerita di novel romantis yang kamu baca! Jangan mimpi dia akan mau beristrikan kamu!" Roswati sibuk bermonolog. Dipukulnya kepalanya dengan bantal berulang-ulang."Tapi ... tapi itu mungkin saja! Banyak novel yang menceritakan seorang juragan jatuh cinta pada pelayan! Itu tidak mustahil, aku harus membuatnya jatuh cinta kepadaku." Roswati berhenti memukuli kepalanya dengan bantal. Sang gadis belia menatap bantal di tangannya. Apa yang bisa dilakukannya untuk membuat Andry jatuh cinta kepadanya?Ting!Ada chat masuk ke ponselnya. Roswati meraihnya dengan sedikit gugup. Sekarang sudah pukul sebelas mala
Atmosfer di lobby hotel mendadak menjadi dingin, seperti udara di luar. Wajah Alvaro kelam ketika lelaki itu mengalihkan pandangannya kembali ke meja resepsionis tanpa menjawab sapaan wanita cantik bergaun hijau.Saskia masih memandangi si wanita asing yang tampak malu karena diacuhkan oleh Alvaro. Wanita asing itu melangkah hendak mendekat, akan tetapi Alvaro menarik tangan Saskia dan bergegas berjalan ke arah lift dengan dipandu oleh porter hotel. Saskia melihat mata si wanita seksi berkilat marah. Saskia merasa pernah melihatnya,, namun ingatannya tak memberinya sebuah nama.Saskia mempercepat langkah agar tidak tertinggal dari Alvaro. Ketiganya masuk ke dalam lift. Tubuh Alvaro terlihat tegang. Saskia yang berdiri di sebelahnya hanya berani melirik sang suami.Mereka diantar ke dalam kamar besar yang hangat meskipun di luar cukup dingin. Alvaro memberi uang tip kepada porter, kemudian porter itupun undur diri.Tanpa berkata-kata, Saskia membereskan barang-barang mereka. Alvaro ber