Andry turun dari mobilnya. Dia mengemudi sendiri. Sebuah Maserati dua pintu atas nama Djendro dibawanya dari garasi keluarga Baroto.
"Selamat pagi, Tuan. Apa Tuan ada janji dengan seseorang?" Seorang security menghampiri Andry dengan tergopoh-gopoh. Melihat mobil yang dibawa Andry, security berpikir yang datang pastilah orang super penting."Aku karyawan baru. Di mana aku bisa parkir mobilku?" tanya Andry. Beberapa karyawan yang melintas menoleh lalu kasak kusuk.Karyawan dengan mobil sekelas CEO? Siapa dia? Demikian pemikiran dan ghibahan para karyawan itu.Para karyawati menatap dengan penuh minat. Wajah ganteng dan mobil hedon, sungguh perpaduan yang sedap sekali."??? Karyawan?" Security tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya, lalu cepat-cepat membungkukkan badan."Maaf, Tuan. Tuan bisa tinggalkan mobil di sini, saya akan memarkirkannya di parkiran khusus. Mohon maaf, Tuan di bagian apa? Agar saya bisa memarkirkan mobil sesuSaskia pamit undur diri sebentar kepada pria yang sedang sibuk mengelap kemejanya dengan tisu. Ditariknya tangan Hanifah ke balik tirai yang memisahkan area servis dengan dapur."Kamu pergi ke mall sama Mang Deden. Nanti aku menyusul," kata Saskia."Maksud Nyonya bagaimana? Nyonya menyusul naik apa?" Hanifah kebingungan."Nanti aku naik ojek online. Sekarang cepat berangkat, jangan membuat pelanggan marah," sahut Saskia."Ha? Jangan, Nyonya! Tuan bisa marah kalau tahu saya membuat Nyonya naik ojol!" pekik Hanifah ketakutan. 'Belum lagi kalau Tuan Orlando tahu, bisa ditendang aku dari rumah keluarga Baroto,' pikir Hanifah, tambah ketakutan. Hanifah senang dengan pekerjaannya sekarang. Beban kerjanya ringan dan gajinya besar. Hanifah bisa mengirim uang yang cukup untuk adik-adiknya di panti asuhan."Jangan overthinking! Tuan tak akan tahu kalau kita diam. Sudah sana berangkat. Apa kamu bawa uang?" Saskia terus mendesak."
Andry mempercepat langkah mendekati wanita yang menarik perhatiannya. Sang wanita nampak berjalan santai sambil mengobrol dengan temannya."Sasi ... aku merindukanmu." Andry memeluk wanita itu dari belakang sambil berbisik di telinganya. Dihirupnya keharuman yang berasal dari rambut hitam tebal sang wanita. Wanita itu tentu sangat terkejut, demikian juga dengan temannya. Keduanya menoleh bersamaan."Andry?" Wajah Saskia memucat. Hanifah hanya mampu melongo melihat kejadian itu."Sayang ... " Andry memeluk erat Saskia yang berputar menghadapnya sebelum Saskia sempat menghindar. Saskia berusaha menjauhkan tubuh tegap lelaki yang memeluknya."Jangan. Aku sangat rindu memelukmu, seperti dulu saat tak ada orang lain di antara kita." Andry malah mempererat pelukannya. Nada suaranya yang berat dan sedih membuat gerakan Saskia terhenti. Tanpa sadar air mata mulai menggenang di sudut mata indahnya."Tapi ... tapi ini di mall. B
"Baik, Tuan." Hanifah segera mengundurkan diri setelah selesai makan, meninggalkan kedua majikannya."Ada apa, Pa?" tanya Saskia, kedua matanya yang jernih menatap Alvaro. Sungguh keindahan yang hakiki. Alvaro merasa berenang di laut yang tenang."Aku cuma ingin memberitahumu, kalau aset dan warisan ayahku dalam proses pembagian dengan Andry. Mungkin kamu ingin tahu jumlah harta yang akan diterima Andry?" Alvaro berkata sambil menatap lekat pada Saskia. Alvaro ingin tahu reaksi Saskia jika lelaki yang dicintainya saat ini mempunyai harta yang melimpah. Apakah Saskia akan segera meninggalkannya?"Apa aku harus mengetahuinya?" Saskia balik bertanya dengan raut kebingungan. Alvaro mendegut ludah. Wanita ini ... di luar ekpektasinya. Beberapa kali dugaan Alvaro terhadapnya meleset, seperti saat ini. Seolah-olah Saskia tidak peduli dengan harta."Jika kamu mau, aku bisa memberikan rinciannya kepadamu," sahut Alvaro.Saskia
Alvaro dan Saskia sampai di rumah jam lima sore. Sebelum Saskia sempat masuk ke kamar mandi, Alvaro sudah menerkamnya. Alvaro bermain dengan alat pria da sebuah penggetar berbentuk lipstick. Entah dari mana idenya mendapatkan alat-alat itu. Berkali-kali dikerjainya sang istri hingga lemas sedangkan Alvaro masih berpakaian lengkap.Satu jam kemudian, Alvaro mandi, meninggalkan Saskia yang lemas dan sakit. Dalam satu jam itu Saskia mencapai tiga kali pelepasan. Alvaro sama sekali tak memberinya kesempatan beristirahat."Aku ada acara makan malam dengan rekan bisnis. Nanti malam aku mau jatahku," bisik Alvaro sambil mengecup pipi halus kemerahan milik Saskia.Saskia tak sanggup bereaksi. Alvaro melihatnya, tersenyum dan kembali berkata,"Makan yang banyak agar kuat. Nanti pakailah kostum kucing itu. Aku ingin bermain dengan cambuknya."Alvaro mengecup bibir ranum sang istri lalu keluar kamar sambil bersiul-siul. Nampaknya mood Alvaro kembali
Alvaro menggertakkan gigi, lalu berbalik dan naik ke kamarnya meninggalkan Andry.Ting!Ada chat masuk. Andry membuka aplikasi pesan, sebuah nomor asing masuk.[Hai Andry. Aku Vedrya, masih ingat kan? Kita bertemu di bandara]Andry mengingat-ingat, dari mana wanita itu mendapatkan nomernya? Andry merasa tidak memberikannya. Vedrya hanya meminjam ponselnya ... ah, rupanya itu trik Vedrya untuk mendapatkan nomor kontak nya. Vedrya pasti melakukan panggilan telepon ke nomornya sendiri menggunakan ponsel Andry.Andry tersenyum. Vedrya sudah berusaha mengenalnya, tak ada salahnya jika dia pun membuka diri. Toh sekarang Andry mempunyai kekayaan yang luar biasa. Semua wanita akan mudah takluk di genggamannya.Andry [Halo Ve. Tentu saja aku masih ingat. Mana mungkin aku lupa pada gadis secantik kamu. Ngomong-ngomong, dari mana kamu dapat nomorku?]Vedrya [Aku tak sengaja menelepon nomorku sendiri kemarin. Apa aku mengganggu?]
" Pa, apa maksud kalimat Papa pada Kakek Orlando tadi?" Saskia memberanikan diri bertanya saat dia dan Alvaro sudah berada di dalam kamar mereka. Alvaro berbaring tengkurap di ranjang sementara Saskia memijit punggung kokoh dan tegap suaminya.Alvaro mendengus. " Kita akan membuatkan cicit untuk Kakek Orlando. Mulai besok jangan minum pil KB," sahut sang pria tampan tegas.Gerakan tangan Saskia seketika terhenti. Alvaro yang merasakannya segera duduk menghadap kepada wanita cantik itu." Lalu ... lalu bagaimana nasib anak itu saat kita selesai menjalani kontrak?" tanya Saskia terbata-bata. Alvaro merasa dadanya bagai dihantam palu mendengar pertanyaan Saskia. Saskia tidak mencintainya, Saskia ingin mereka menyelesaikan kontrak lalu berpisah. Saskia bingung dengan anak mereka, apa mungkin Andry mau menerimanya? Ternyata semua servis dan fasilitas yang diberikan Alvaro, tidak membuat Saskia luluh dan bisa mencintainya. Demikian pikiran-pikiran yang berkelebat di benak Alvaro.Alvaro
Saskia melirik jam dinding, jarum berada di angka 12 dan Alvaro belum pulang. Bang Ucup sudah mengembalikan mobil sedari tadi dan pulang ke rumahnya sendiri. Kata Bang Ucup, Alvaro ada rapat dan akan pulang menggunakan taksi online.Saskia menunduk, menatap ponselnya. Jemarinya berputar di atas layar. Wanita cantik itu ingin mengirim pesan kepada suaminya, akan tetapi ragu melanda. Selama ini Saskia tak pernah melakukan itu karena Alvaro selalu mengabarinya jika terlambat pulang."Al belum pulang?" Satu suara bariton terdengar di belakangnya, membuat Saskia tersadar dari lamunannya.Saskia menoleh. Dilihatnya Andry berdiri tak jauh darinya. Nampaknya lelaki tampan itu sedang dalam perjalanan mencari cemilan di kulkas. Rambutnya acak-acakan seperti habis bangun tidur."Belum," sahut Saskia lalu kembali menunduk. Didengarnya Andry membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya."Nih, minum dulu." Andry menyodorkan sebotol yoghurt ke pangkuan Saskia."Terimakasih," sahut Sask
Andry mengeluarkan mobil yang terdekat dengan pintu keluar, yaitu sebuah Pakjero putih.Dengan senang hati Ashley masuk ke kursi penumpang. Khayalannya kembali melambung. Jika dia bisa memikat pria tampan di sebelahnya ini, dia tak perlu menjadi ani-ani melainkan bisa menjadi nyonya besar seperti Saskia. Pikiran yang sangat membahagiakan."Kamu tinggal di mana?" tanya Andry saat mobil keluar dari gerbang. Ashley pun menyebutkan alamatnya, yaitu sebuah kos elit yang bebas. Andry yang baru saja pulang ke kota itu tentu tidak paham kos seperti apa yang akan didatanginya."Maaf Tuan? Apa bisa saya mampir beli makan? Karena di kos sedang tidak ada makanan dan saya belum sempat makan," ucap Ashley dengan suara yang dilembutkan."Oke. Kamu mau makan apa?" Andry menyanggupi. Andry berpikir kalau Ashley belum sempat makan karena mengurus Alvaro yang mabuk.Ashley pun menunjukkan Cafe yang Buka sampai pagi. Cafe itu cukup mewah. Ashley ka