FLASHBACK,Hanzero tersentak saat menyadari dirinya berada di sebuah dataran yang luas. Matanya terus menatap ke sekeliling. Di sisi sana tampak tebing dengan jurang yang cukup dalam.Semakin ia heran ketika melihat sosok wanita bergaun putih yang tengah melintas di depan nya menuju arah tebing. Semakin ia bingung ketika menyadari jika wanita itu tengah menyayat tubuhnya dengan sebuah pisau cutter yang digenggamnya.Nampak darah terus menetes dari luka luka di sekujur tubuhnya."Nona.. Apa yang kamu lakukan..?" Hanz berusaha menyapa wanita itu, namun wanita itu tak memperdulikannya. Wanita itu terus menyayat tubuhnya dan terus melangkah mendekati tebing."Nona.. Jangan kesitu. Itu berbahaya..!!" jerit Hanz berlari mengejar wanita itu.Betapa terkejutnya Hanz ketika mengenali wajah wanita itu."Azka..!!" Teriak Hanz."Azka , apa yang kamu lakukan? Berhenti!" Hanz terus berusaha menggapai tangan Azka, namun ia semakin heran, tangannya tak mampu meraihnya."Apa yang terjadi, kenapa aku i
Hari ini adalah pemeriksaan terakhir Hanzero yang dilakukan oleh Dokter khusus yang selalu menangani dan mengontrolnya secara rutin.Tampak sang Dokter telah selesai memeriksanya.Shaka dengan tak sabar segera menghampiri sang Dokter yang masih berada di kamar putrinya."Bagaimana keadaan Menantu saya.?" tanyanya."Tuan Hanzero sudah dipastikan sembuh dengan sempurna. Hanya saja karena jantungnya pernah terluka, jadi harus tetap berhati-hati. Jangan terlalu melakukan pekerjaaan yang terlalu berat, karena itu bisa menyebabkan jantungnya terganggu." tutur sang Dokter menjelaskan."Baiklah Dokter, kalau begitu Terima Kasih." jawab Shaka."Sama+sama Tuan, saya akan tetap melakukan pemeriksaan rutin setiap seminggu sekali. Saya permisi dulu." ucap Dokter itu berpamitan."Baiklah, sopir saya akan mengantar anda." jawab Shaka memanggil Bimo yang menunggu di luar kamar.Bimo pun segera mengantar sang Dokter."Hanz, kamu dengar penjelasan Dokter tadi.?" Shaka menghampiri Hanzero yang masih du
Sesampainya di Apartment milik Hanzero, Azkayra langsung berbaring di ranjang yang cukup besar milik kamar itu.Sementara Hanz, sibuk membenahi baju dari dalam koper yang di bawa Azka tadi."Azka, mandilah dulu, kau belum mandi kan.? Atau mau aku hangatkan air untukmu.?" ucap Hanz menatap Azka yang masih tengkurap di atas kasur."Aku mau mandi air dingin Hanz, gerah. Tapi nanti, kamu duluan saja ya.?" sahut nya tak bergerak dari tempatnya."Baik lah,"Hanz segera memasuki kamar mandinya untuk membersihkan diri. Dengan kilat ia menyelesaikan mandinya dan segera keluar berganti piyama."Azka, aku sudah selesai. Mandi lah. Kalau kemalaman kamu akan menggigil." kembali Hanz mengingatkan."Emm,." hanya itu balasan Azka."Azka, kamu tidur..?" Hanz mendekatinya."Azka.." merasa tak ada jawaban Hanz lalu mengusap rambut Azka.Istinya menggeliat, "Nona Azkayra..! Bangunlah." Hanz menggelitik pinggang Azka membuat Azka langsung terlonjak."Hanz,.. Kamu menggangguku.!""Memang kamu sudah tidur.?
Hanzero masih menatap lekat wajah yang masih terlelap itu menggeser kepalanya dengan pelan dan menarik lembut tangan nya serta meletakannya kembali kepala istrinya itu di bantal."Sudah siang rupanya." gumamnya melirik jam , lalu beranjak bangun.Dengan duduk di tepi ranjangnya, Pria itu masih tak berkedip memperhatikan wanita yang semalam ia nikmati berkali-kali setiap inci tubuhnya itu.Tangannya menyentuh lembut bibir itu,"Aku sangat bangga Azka, sekian banyak pria yang menggilaimu, kamu memilih aku. Kamu menerima aku yang tidak sepadan ini denganmu. Aku merasa sangat beruntung sekali bisa memilikimu seutuhnya. Aku berjanji akan menjagamu sampai pada batas nyawaku terlepas dari raga ini." ucap Hanz.Kini ia bangun dan bergegas ke kamar mandi.Melihat wajahnya di cermin, dan menepuk pipinya."Hanzero, kamu sangat beruntung sekali." bisiknya , tersenyum dan mulai mengguyur tubuhnya dengan air.Tak lama ia sudah keluar dari kamar mandi, segera memakai baju dan kembali mendekati istri
Masih di ruangan yang sama, tapi dalam waktu yang berbeda. Pasangan pengantin baru itu masih saja setia di dalam kamar kesayangan Azkayra itu. Kamar yang ada di apartemen Hanzero tersebut.Ini adalah malam ketiga mereka di sana.Nampak Hanz selesai membersihkan diri dan mendekati Azka yang sudah duluan mandi, dan kini terbaring tak berdaya di ranjang empuk milik kamar Hanz itu."Azka.. biar ku pijit kakimu ya.?" ucap Hanz menawarkan diri."Benarkah, kamu sungguh baik sekali. Kakiku memang sangat ngilu, Hanz." timbal Azka ceria."Baiklah,." Hanz segera meraih betis istri nya."Eits.. tunggu dulu. Ini iklhas atau ada imbalannya.?" tanya Azka untuk memastikan kebaikan suaminya , siapa tau saja Hanz punya embel-embel setelahnya , itu pikiran Azka."Azka, aku tau kamu lelah. Aku tidak akan meminta imbalan apapun. Serius." jawab Hanz mulai memijat betis Azka.'Aku memang selalu ingin serakah Azka jika menyentuhmu. Tapi aku juga tidak mungkin tega jika melihatmu sudah seperti ini.:Hanz den
Malam itu di kamar Azkayra yang sudah kedap suara, pasangan pengantin baru itu sedang berduaan.Hanzero masih saja dengan sikap rakus nya, melanjutkan aksinya yang terus mendekap dan mellumatt bibir seksi milik istrinya, bahkan tak membiarkan tubuh Azka bergeser sedikit pun darinya.Kedua tangannya yang kini telah berubah liar tiap saat dekat dengan Azka, menerobos ke balik baju Azka dan terus meraba dan meremas di sana.Azka yang memang selalu merindukan sentuhan Hanz pun tak merasa keberatan , ia sangat menikmati setiap sentuhan yang di berikan suaminya.Tanpa ada pembicaraan sedikit pun dari mulut kedua nya, hanya bahasa kalbu dan tubuh yang di lontarkan mereka , seolah memahami keinginan satu sama lain.Kedua nya kini saling menyerang , desahan dan rintihan manja ,hanya itu yang terdengar di kamar itu.Peluh Hanzero terus mengalir membasahi rahangnya. Sementara Azka sesekali menggigit bibir bawah nya membuat Hanz semakin menggila melihat itu."Azka, aku mencintaimu.!" ucap Hanz m
Rasa tegang menguasai kedua pria gagah itu, Shaka Adiwiguna dan Hanzero yang tetap berdiri sambil menyandarkan punggung mereka masing-masing ke dinding.Wajah Frustrasi kedua pria itu tergambar begitu jelas, tampak juga sebuah kekhawatiran yang mendalam di wajah keduanya menunggu hasil kerja keras Dokter Abraham yang tengah berjuang menyelamatkan Azkayra di dalam sana.Tanpa ada yang saling berbicara kecuali hanya saling melempar pandangan dan kemudian berdoa di dalam hati. Hanya itu yang bisa di lakukan mertua dan menantu itu saat ini.Tidak akan terjadi apa-apa, Azkayra adalah wanita yang kuat.Kedua hati Pria itu saling berbicara demikian, hanya untuk sekedar menguatkan hati mereka masing+masing.Setelah sekian lama menunggu, Dokter Abraham muncul membuka pintu ruangan rumah sakit tersebut."Bagaimana keadaan putriku?" Shaka Adiwiguna langsung menghampirinya, begitu juga Hanz yang tak sempat bertanya karena sudah di dahului oleh Sang Ayah mertuanya."Nona Azkayra selamat Tuan dan s
Dengan sangat hati-hati Hanzero merebahkan tubuh Azkayra di atas tempat tidur dibantu oleh Shaka.Sedangkan Dokter Abraham dan beberapa asistennya pun mulai memasang Alat infus untuk Azka."Apa hanya ini saja.?" tanya Hanz pada Dokter Abraham, mengetahui hanya selang infus saja yang di pasang kan untuk istrinya."Sebenarnya Nona Azkayra sudah tidak membutuhkan perawatan insentif lagi, Nona hanya butuh waktu untuk memulihkan kesehatannya. Kami akan terus mengontrol kondisinya, Anda tidak perlu khawatir, Tuan." jelas Dokter Abraham hanya di balas anggukan ringan Hanz."Lalu kenapa putriku belum juga sadar.?" Ginanjar pun ikut bertanya."Kami memang memberikan obat penenang pada Nona, agar nona bisa sedikit lebih tenang. Tolong jangan membuat Nona kembali berpikir atau terpaksa mengingat sesuatu, itu sangat berbahaya bagi kesembuhan otaknya. Buat Nona Serileks mungkin dan kalau bisa Nona harus selalu senang. Itu akan sangat membantu pemulihannya." kembali Dokter Abraham menjelaskan."Kam