Hanz terkejut dan segera beranjak saat melihat Arwan berjalan terseok-seok memasuki ruangannya dengan beberapa anak buahnya, sedangkan ia tidak melihat Azkayra bersama mereka."Arwan..! Apa yang terjadi? Mana Nona Azkayra?" Hanz sudah penuh dengan kecemasan.Mereka tiba-tiba berlutut di hadapan Hanz."Kami bersalah Tuan, kami siap menerima hukuman. Kami tidak berguna!" ucap mereka."Katakan apa yang terjadi?" Hanz mencengkram kerah Arwan."Kami kecolongan Tuan, seseorang menyamar sebagai Pengawal. Dan Nona, mereka berhasil membawa Nona. Mereka sangat banyak, meski kami bisa mengalahkan mereka tapi kami tidak bisa mengejar mereka yang membawa Nona. Sebagian dari mereka menghalangi kami." jelas Arwan mendongakkan wajahnya."Apa..?? Ini tidak mungkin.!!" nyawa Hanz seperti sudah melayang mendengar penjelasan Arwan."Mereka membius Nona Azkayra Tuan.! Hukumlah kami, kami sungguh tidak berguna." ucap Arwan lagi.Tubuh Hanz seketika lemas terduduk di lantai. Tangannya mengepal dan tubuhnya
Gavin terus menarik tubuh Azka menjauh dari kursi, tepat lurus di hadapan Hanz .Azka mencoba memberontak, dan tiba-tiba,Dorrr....!!!!Suara letusan pistol membuat jantung Azka hampir berhenti , Azka segera menoleh kearah letusan. Anak buah Gavin sengaja melepaskan nya ke atas untuk menakuti Azka."Berani kamu melawan, Hanzero akan terkapar. Nyawanya ada di tanganmu Azka. Jadi menurutlah." ucap Gavin menodongkan pistolnya tepat di jantung Azka.Azka tak berani bergerak. Ia kini menurut saat Gavin meraih tubuhnya dan menariknya hingga menabrak tubuh Gavin."Dengarkan aku sayang.... aku tidak akan menyakitimu, kita hanya akan bercinta. Biarkan Hanzero melihat bagaimana kita tidak bisa di pisahkan." ucap Gavin."Bedebah kamu Gavin! Kamu sudah berjanji akan melepaskannya .!!!" Teriak Hanz.Bukkkkkk...!!! Salah satu dari anak buah Gavin menendang perut Hanz."Bunuh saja aku Gavin, lepaskan Azkayra...!!!" kembali Hanz berteriak."Kamu mau mati? Baiklah.. jika itu maumu." Gavin menoleh dan
Di Rumah sakit itu,Azkayra terduduk lemas di ujung bangku panjang dan tetap dengan isakan tangisnya, sementara Arwan duduk sedikit jauh dari Nonanya.Mata Azka sempat berkunang-kunang, namun ia masih bisa melihat beberapa dokter yang sibuk mondar-mandir masuk kedalam ruangan di mana Hanz di masukkan.Entah sudah berapa jam Hanz berada di dalam sana. Azka pun sudah tak peduli lagi dengan rasa lelah yang menyerang tubuhnya. Begitu juga dengan Arwan dan anak buahnya. Apalagi Arwan bahkan ia tak peduli jika di dalam kakinya masih bersarang timah panas yang harusnya sudah di keluarkan dari sana .Sepertinya Arwan baru saja mendapat telepon dari seseorang,Dengan tertatih Arwan beranjak dari duduknya dan keluar dari sana untuk menemui seseorang yang baru saja meneleponya."Tuan Besar." sapanya ketika sudah berada di luar."Apa yang sebenarnya terjadi..?" ucap Seseorang yang dipanggil Tuan besar oleh Arwan .Arwan menceritakan semua yang terjadi secara jelas, membuat Tuan besarnya menggert
Setelah sekian lama berkutat dengan tubuh Hanzero, Dokter itu pun menghela nafas lega."Selamat datang kembali Tuan Hanzero, anda benar-benar hebat. Ini suatu keajaiban." ucap sang Dokter melepas masker dan sarung tangannya kemudian melangkah keluar ruangan.Sampai di luar terang saja, semua yang sedang menunggu dengan khawatir langsung menyerbunya."Dokter, bagaimana.?" Shaka lah orang pertama yang bertanya dengan tatapan penuh kekhawatiran yang meraja."Jantung Tuan Hanzero kembali berfungsi. Hanya saja kami belum memastikan apa Tuan Hanzero masih bisa bertahan dalam beberapa hari ke depan. Tapi setidaknya kita masih punya harapan , walau pun harapan itu hanya 10 % saja." jelas sang Dokter."Ya Tuhan...!!" desis Shaka memandang Azka yang tak lagi menangis, melainkan syok hingga air matanya tak mampu lagi menetes."Kita hanya bisa menanti keajaiban datang menyapa Tuan Hanzero." ucap sang Dokter itu lagi, kemudian memohon diri untuk pergi.Sementara Azkayra mencoba untuk berdiri tega
Dasar pengecut!Pagi ini,Masih di ruang rumah sakit yang sama, tapi ini hari adalah hari keenam Hanzero berada di sana."Hanz, besok adalah hari pernikahan kita, Apa kamu masih akan tetap berada disini dan membiarkan hari itu berlalu begitu saja?" ucap Azkayra menyentuh wajah Hanzero yang masih terdiam itu."Aku tidak menyangka jika kamu semarah ini padaku." ucapnya lirih."Azka,.. " Shaka mendekati putrinya."Sudah tiga hari kamu tidak mandi, tidak istirahat dan juga belum menyentuh makanan. Jika kamu sakit bagaimana.? Hanzero pasti akan sangat sedih, sayang.. Setidaknya makanlah barang sesuap." ucapnya menyentuh pundak putrinya."Ayah, bagaimana Azka bisa makan, sedangkan Hanz masih berjuang melawan maut. Dan besok adalah hari pernikahannya. Tapi lihatlah, dia masih bersantai disini." kembali Azka terisak."Kamu benar, besok adalah hari pernikahan kalian. Jika Hanz belum bisa bersiap, kamu yang harus bersiap. Pulanglah Azka. Kamu harus beristirahat. Besok kamu harus bugar untuk men
Pagi itu di ruang depan Rumah Utama tampak meriah, semua pernak-pernik perhiasan pelaminan tertata dengan apik dan megah.Kursi berderet dan hidangan serba ada pun telah tersedia.Bunga-bunga nan indah pun menghiasi pelaminan yang bernuansa serba putih itu.Hari menjelang siang, para Tamu undangan pun sudah mulai berdatangan. Sambil berbisik mereka mulai mengambil posisi masing-masing."Kita datang bukan untuk pesta pernikahan, tapi untuk menguatkan hati Nona Azkayra yang terguncang ." bisik seseorang."Benar, semoga Nona kuat dan bisa menerima kenyataan ini. Dan semoga Nona cepat menyadarinya." sahut salah satunya."Kita doakan yang terbaik untuk mereka."Kembali mereka terdiam dan berbisik dalam hati masing-masing. Mereka mengerti dan mungkin memang di paksa untuk mengerti dengan keadaan ini.Penghulu pun sudah tiba dan langsung mengambil posisi ,duduk di tempat yang sudah disiapkan.Sebelumnya Penghulu itu sudah diberi pengertian. Dia datang bukan untuk menikahkan calon pengantin m
FLASHBACK,Hanzero tersentak saat menyadari dirinya berada di sebuah dataran yang luas. Matanya terus menatap ke sekeliling. Di sisi sana tampak tebing dengan jurang yang cukup dalam.Semakin ia heran ketika melihat sosok wanita bergaun putih yang tengah melintas di depan nya menuju arah tebing. Semakin ia bingung ketika menyadari jika wanita itu tengah menyayat tubuhnya dengan sebuah pisau cutter yang digenggamnya.Nampak darah terus menetes dari luka luka di sekujur tubuhnya."Nona.. Apa yang kamu lakukan..?" Hanz berusaha menyapa wanita itu, namun wanita itu tak memperdulikannya. Wanita itu terus menyayat tubuhnya dan terus melangkah mendekati tebing."Nona.. Jangan kesitu. Itu berbahaya..!!" jerit Hanz berlari mengejar wanita itu.Betapa terkejutnya Hanz ketika mengenali wajah wanita itu."Azka..!!" Teriak Hanz."Azka , apa yang kamu lakukan? Berhenti!" Hanz terus berusaha menggapai tangan Azka, namun ia semakin heran, tangannya tak mampu meraihnya."Apa yang terjadi, kenapa aku i
Hari ini adalah pemeriksaan terakhir Hanzero yang dilakukan oleh Dokter khusus yang selalu menangani dan mengontrolnya secara rutin.Tampak sang Dokter telah selesai memeriksanya.Shaka dengan tak sabar segera menghampiri sang Dokter yang masih berada di kamar putrinya."Bagaimana keadaan Menantu saya.?" tanyanya."Tuan Hanzero sudah dipastikan sembuh dengan sempurna. Hanya saja karena jantungnya pernah terluka, jadi harus tetap berhati-hati. Jangan terlalu melakukan pekerjaaan yang terlalu berat, karena itu bisa menyebabkan jantungnya terganggu." tutur sang Dokter menjelaskan."Baiklah Dokter, kalau begitu Terima Kasih." jawab Shaka."Sama+sama Tuan, saya akan tetap melakukan pemeriksaan rutin setiap seminggu sekali. Saya permisi dulu." ucap Dokter itu berpamitan."Baiklah, sopir saya akan mengantar anda." jawab Shaka memanggil Bimo yang menunggu di luar kamar.Bimo pun segera mengantar sang Dokter."Hanz, kamu dengar penjelasan Dokter tadi.?" Shaka menghampiri Hanzero yang masih du
Hari itu, Azkayra sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter Lisa. Perawatan akan di lanjutkan di Rumah utama. Dengan sangat bahagia Hanzero berkemas di bantu Arwan dan juga Berlinda.Ia terus mendekap sang Hanz Juniornya dengan tatapan mesra pada mata jagoan ciliknya yang mungil itu.Setelah semua siap,mobil mereka pun segera meninggalkan Rumah Sakit itu perasaan yang begitu bahagia.Hanz duduk di jok belakang bersama Azka dengan memangku sang buah hatinya, sementara Berlinda duduk di depan bersama Arwan yang mengemudi.Tak lama setelah melintasi jalan aspal hitam itu, mobil mereka telah memasuki halaman luas milik Rumah Utama keluarga Samudra. Di sambut puluhan penjaga dan juga pelayan dengan ucapan Selamat yang menggebu dari mulut mereka mengelu-elukan Calon Tuan muda mereka. Hanz menuruni mobil dengan senyum lebar menatap mereka.Hanz mengulurkan sang buah hati nya kepada Berlinda yang dengan sigap mengambil alih menggendong tuan muda kecil nya. Sementara Hanz membopong istri nya u
Peluh sudah membasahi wajah dan seluruh tubuh Azkayra, rasanya ia sudah tidak tahan lagi . Namun lagi-lagi Dokter Lisa mengucapkan kata sebentar lagi, karena memang pembukaan belum sepenuh /nya terjadi.Di ruang lain ,Hanzero terus meringis kesakitan. Tapi kali ini, entah mendapat kekuatan dari mana ia berusaha sekuatnya untuk menahannya dan mencoba bangun."Berlinda , kemarilah." ucapnya.Berlinda segera mendekati Tuannya yang sudah duduk di tepi ranjang."Lebih mendekat.!"Berlinda masih dengan kebingungan makin mendekatkan kakinya lagi."Bantu aku berjalan. Aku harus menemui Nona.!" ucap Hanz segera meraih pundak Berlinda."Tuan, anda sedang sakit, Dokter sebentar lagi datang. Suster sedang memanggilnya." cegah Berlinda."Tidak Berlinda, aku harus mendampingi Nona. Pasti dia sedang kesakitan yang lebih dari aku. Ayo Berlinda..! Mumpung sakit ini sedikit berkurang." Hanz langsung berdiri dengan berpegangan pada pundak Berlinda.Mau tidak mau, dengan perasaan sungkan Berlinda akhirny
Hanzero masih saja berguling di atas kasur sambil terus merintih. Sakit perut yang di alaminya bukan hanya biasa , namun lebih dari sekedar sakit perut biasa, mules tingkat tinggi dan kram. Sebentar menghilang dengan sendirinya dan sebentar akan datang kembali lebih sakit dari yang pertama,. Rasanya seperti diremas, dan pinggangnya pun terkadang sakit luar biasa.Sementara Azkayra hanya bisa kebingungan melihat suaminya kesakitan."Hanz,.!" Azka sudah meneteskan air mata."Azka, mana Arwan..? Sakit Azka , aku tidak tahan...!" Hanz yang biasanya selalu kuat menahan rasa sakit, kali ini benar-benar harus merintih menahannya."Sabar ya, sebenar lagi Arwan kemari. Dia sedang menyiapkan mobil." jawab Azka terus mengurut perut Hanz."Azka, aku ingin ke kamar mandi lagi." Hanz merangkak menuruni Ranjang."Biarku bantu Hanz," ucap Azka."Tidak tidak, aku masih kuat. Sakitnya berkurang." sahut Hanz, dengan memegangi pinggangnya mirip seorang kakek-akek osteoporosis ia berjalan tertatih ke kam
Hanzero masih terus berkutat dengan perut Azkayra yang sudah sangat membuncit.Hari ini kandungan istrinya sudah memasuki bulan kesembilan, walau pun baru memasuki dan belum penuh sembilan bulan, namun Hanzero sudah menyiapkan segala sesuatunya. Semua keperluan bayinya pun di siapkan olehnya sendiri. Dari tempat tidur dan seluruh keperluan bayi.Dengan panduan buku , ia bisa mengetahui semua apa yang di butuhkan bayi setelah lahir."Hanz, menurut lmu bayi lmu ini akan laki-laki apa perempuan.?" tanya Azka malam itu."Laki-laki ." jawab Hanz dengan mantapnya."Dari mana kamu tau?" Azka menyerngitkan dahinya."Entahlah, tapi aku begitu yakin." jawab Hanz lagi."Karena kamu menginginkan anak laki-laki.?""Tidak juga, aku malah ingin perempuan. Tapi aku selalu bermimpi menggendong anak laki-laki." jawab Hanz mendekati istrinya ."Laki-laki atau perempuan sama saja Azkayra. Aku akan sangat senang menyambutnya. Asal jangan kembar saja." ucap Hanz."Kenapa kalau kembar ?""Aku tidak tega me
Masih dengan penderitaan yang belum berubah, malah terkesan lebih sengsara, namun membuat Hanzero semakin bersemangat menghadapinya.Meski kadang lelah menggerogoti tulangnya, tapi rasa bahagia menepis kelelahannya. Ia bahkan semakin sabar dan telaten dalam menghadapi masa masa ngidam Azkayra yang baginya menjadi kekuatan tersendiri untuk nya itu.Kulit mulus Azka yang terlihat semakin indah di mata Hanz, namun badan Azka sedikit lebih kurus di banding hari hari sebelum ia di positif kan hamil. Mungkin karena Azka terus memuntahkan asupan gizi yang setiap saat menyinggahi perutnya.Sore itu, Hanz terus menatap perut istrinya yang nampak datar dan belum terlihat membuncit itu. Dalam hati nya ,ia tidak sabar menantikan kapan perut indah itu akan membesar?Ia melangkah menghampiri," Azka, malam ini kamu ingin makan apa.?" mengelus perut istirnya."Tidak ada." jawaban singkat dari Azka tanpa mempedulikan si pemberi pertanyaan."Jangan begitu. Kamu harus punya keinginan.""Hah, kenapa mema
Hanzero tetap saja melangkah menuruni tangga untuk mencari buah strawbery putih yang minta istri nya, padahal ia sendiri masih ragu, Apa ada?"Arwan.!" sempat terkejut ketika menatap Arwan sudah di depan pintu."Tuan, anda mau kemana.?""Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut aku." Hanz bersemangat, setidaknya ada teman untuk berbagi pusing.Tanpa bertanya Arwan pun mengikuti langkah tuannya dan membuka kan pintu mobil."Kemana ini l, Tuan.?" tanya Arwan masih menginjak gas."Huh.!" menghela nafas."Tuan," Arwan menoleh."Ah, kemana saja . Yang penting bisa mendapatkannya.""Mendapatkan apa Tuan.?" Arwan bingung dengan ucapan Hanz."Arwan, apa ada buah strawberry berwarna putih? Kamu pernah melihatnya ? Mendadak Nona menginginkannya.""Ada, Tuan." spontan Arwan menjawab."Hei, aku sedang tidak bercanda!" Hanz mengira Arwan mengada-ngada."Ada Tuan, serius. Saya pernah melihatnya di internet. Kalau tidak salah, itu tanaman liar dari Amerika Selatan." jawab Arwan."Yang benar saja , apa
Hanzero masih terus menggenggam tangan istrinya dan mengusap wajah Azkayra yang terlihat pucat itu. Sesekali melirik pintu."Kenapa Dokter Lisa lama sekali ya.?" gumamnya.Baru saja Hanz bergumam, Berlinda sudah membuka pintu dengan dokter Lisa di belakangnya. Dengan sedikit tergesa Dokter Lisa menghampiri ."Maaf Tuan, sedikit terlambat. Jalanan macet." ucap Dokter Lisa ."Tolong periksa Nona Azkayra, dia terus mual dan muntah." sahut Hanz tak ingin berbasa basi.Dokter Lisa menagangguk, sementara Hanz langsung beranjak menjauh.Dokter Lisa pun langsung memeriksa Azka.Hanz duduk menunggu dengan cemas, begitu juga dengan Berlinda, masih saja berdiri di sudut ruangan itu.Lama Dokter Lisa memeriksa Azka, dan akhirnya menghampiri Hanz."Tuan,""Bagaimana keadaan Nona, apa sakitnya parah?" tanya Hanz spontan saat mendengar Dokter Lisa memanggilnya.Dokter Lisa tersenyum."Nona Azkayra baik-baik saja Tuan,!""Baik-baik saja bagaimana.? Bahkan dia tadi sempat pingsan!" pekik Hanz ."Tuan,
Hanzero masih memeluk istrinya dengan erat, namun entah mengapa, perasaan Azkayra yang biasanya selalu damai jika berada di pelukan suaminya kini seperti tak di rasakannya.Gelisah, ya kata itu yang tepat untuk suasana hati Azkayra saat ini.Ide gila, hah.! Sungguh kah ia harus mengatakan itu pada Hanz.?Huh, berat rasanya Azka untuk memulai ucapannya. Tapi itulah satu-satunya caranya agar kegelisahannya berakhir.Apa Hanz akan setuju,? Apa Hanz akan menurutinya kali ini.? Benarkah jalan ini yang harus mereka tempuh.?Lagi-lagi Azka berperang dengan pikiran nya.Kembali Azka menimbang."Azka, katakan padaku apa yang ingin kamu bicarakan? Hari ini aku milikmu sepenuhnya. Waktuku akan kupersembahkan untukmu." ucap Hanz masih dalam posisi memeluk pinggang istrinya."Hanz , aku.. Em, kamu tidak akan marah jika aku mengatakannya.?""Tidak Azka, asal itu masuk akal. Katakan saja." jawab Hanz, sudah menangkap hal lain dari istrinya.Azka memutar tubuhnya, menatap dalam mata suaminya. Kedua t
Kini Hanzero tidak lagi banyak menuntut istrinya, dan Azkayra bisa sedikit leluasa untuk sekedar memasak yang memang sudah menjadi impian nya itu. Ia pun sudah sering pergi belanja walau pun harus tetap dengan pengawalan yang super ketat.Namun setidak nya Azka bisa menikmati hari hari nya dengan keceriaan.Hanz pun tersenyum melihat senyum kebahagiaan istrinya yang selalu berkembang mengawali pagi nya dan menyambut nya pulang dari Kantor.Rasa cinta dan sayang nya pun semakin meluap pada istri nya.Waktu terasa cepat berjalan, bulan kini sudah berganti tahun .Tak terasa setahun sudah usia pernikahan mereka.Kebahagiaan dan masa tenang mereka pun kini terusik oleh perasaan khawatir Azka, karena ia tak juga kunjung hamil.Padahal program hamil sudah di lakukan dengan sempurna, belum lagi cara cara lain seperti terapi, ramuan penyubur kandungan bahkan Azka pernah pergi ke Mbah Mbah untuk meminta jampi jampi kuno yang di yakini bisa menolong nya tanpa sepengetahuan Hanz.Hingga akhirnya