Suasana tiba-tiba menjadi sedikit riuh setelah Alexander Johnson mengumumkan satu hal yang membuat mereka syok dan terkejut. Bukan hanya para tamu yang terkejut, melainkan Adelia dan wanita bergaun merah yang tak lain adalah sahabat gadis itu. Jessy Allesya Swan.
“Saya akan segera bertunangan dengan wanita di samping saya ini.”
Setelah mengucapkan hal itu Alexander Johnson mengulurkan tangan ke arah Adelia yang membeku di tempat duduknya.
Memanfaatkan kesempatan itu, Alex dengan sigap berlutut di lantai meraih kedua tangan Adelia yang saling bertaut.
Tentu saja adegan itu membuat para relasi bisnis Alex melongo. Karena memang ini adalah peristiwa yang benar-benar langka.
“Bagaimana menurutmu Sayang?” tanya Alex lembut.
Sial!!!
Ini benar-benar seperti masuk dalam jebakan
Umpat Adelia dalam hati.
“Hm, tentu saja itu bagus.” Adelia melirik ke arah Stella yang membeku. “Aku pikir, setelah kamu mengumumkan pertunangan kita maka tidak akan ada lagi yang terang-terangan mendekatimu. Bukan begitu?” jawab Adelia tenang.
Alex melebarkan senyumannya. “Tentu saja.” Tanpa Adelia duga, Alex melabuhkan kecupan di kedua tangannya. Lalu laki-laki itu berdiri untuk meraih Adelia ke dalam pelukan hangat Alexander Johnson.
Kenapa terasa familiar sekali harum tubuh ini?
Pikir Adelia.
Waktu telah menunjukkan pukul sepuluh tepat. Kini Adelia duduk di samping Alexander Johnson yang sedang fokus dengan jalanan yang dilewatinya. Gadis itu sedang bertarung dengan dirinya sendiri.
Gara-gara wanita itu, Gue harus berhadapan dengan Alexander Johnson!!!
Tapi? Kenapa tiba-tiba Alexander Johnson mengumumkan pertunangan dengan Gue?
Jangan-jangan ... dia ...???
Adelia membeku. Kilasan pertengkaran dengan Stella di kamar mandi terasa terpampang nyata di matanya.
Flashback On
Adelia berjalan pelan keluar dari ruangan itu menuju ke toilet terdekat. Saat ia mencuci kedua tangannya di sana , tiba-tiba Stella Allison menghampirinya.
“Aku belum pernah melihat Alexander bersamamu sebelumnya?” Stella menelisik penampilan Adelia. Ia mendengus. “Atau kau adalah wanita yang sengaja disewa untuk menemaninya ...” Stella mengikis jarak dengan Adelia. “Di ranjang?”
Emosi tiba-tiba saja menyeruak di hati Adelia. Kedua tangannya terkepal erat. Ingin rasanya melayangkan satu tamparan ke arah wanita yang menghina dirinya sedemikian rupa. Tapi ia tidak boleh gegabah. Adelia harus bermain aman.
“Apakah kau salah satu koleksi Alexander Johnson?” tanya Adelia santai. “Ah, kalau iya seharusnya kau ucapkan selamat tinggal padanya.” Adelia menyeringai. “Karena asal kau tahu! Sampai saat ini Alexander Johnson bahkan tidak tahu tipe bra dan ukuran celana dalam yang aku pakai.” tambah Adelia.
“Kau!!!” Stella melayangkan satu tamparan yang langsung ditangkap oleh Adelia.
“Jangan sekali-sekali menyentuhku!!! Karena level kita berbeda!!” Ucap Adelia angkuh. Adelia menghempaskan tangan Stella. “Dan perlu kau tahu satu hal.” Adelia mengikis jarak antara dirinya dan Stella. “Selama kau mempunyai sikap seperti ini, bukan tidak mungkin jika Alexander Johnson tidak akan pernah menjadi milikmu. Dan akan menjadi milikku.” Adelia tersenyum sombong.
Setelah mengatakan itu, Adelia berlalu dari sana. Ia keluar dengan langkah santai namun dengan dada yang berdebar karena emosi. Sesekali gerutuan kesal keluar dari bibirnya yang terpoles lipstik merah.
Flashback off
Lima belas menit kemudian Lamborghini Aventador yang dikemudikan Alex masuk ke area apartemen di mana Adelia tinggal.
Setelah mobil berhenti, Adelia dengan cepat melepas seatbelt dan berniat segera turun. Tapi tangan kiri Alex segera menahannya. Adeli menghentikan pergerakannya, menoleh ke arah Alex yang kini menatapnya.
“Ada apa?!” tanya Adelia cepat.
“Aku akan segera mengurus semuanya. Besok aku jemput kamu untuk pindah ke unit yang sudah aku siapkan,” jawab Alex datar.
“Mana bisa begitu?! Perjanjiannya kan lima hari?” ucap Adelia tidak terima.
Alex menarik kedua sudut bibirnya. “Bisa saja,” ucap Alex santai. “Kita akan bertunangan dua hari lagi. Jadi besok pagi, mau tidak mau kamu harus pindah.”
Adelia membelalakkan matanya terkejut. “S-siapa yang mau bertunangan denganmu dua hari lagi? Sembarangan!!!” seru Adelia.
“Lalu ... Bagaimana bisa kamu menghadapi Stella Allison hari Jum’at nanti? Kalau kita tidak bertunangan di hari Kamis?” tanya Alex santai.
“A-apa hubungannya dengan wanita itu?! Ini pasti akal-akalan kamu saja!!” ucap Adelia menggebu. “Kamu sengaja menjebakku!!! Kamu ...”
Tanpa aba-aba Alex menarik tekuk Adelia cepat dan menempelkan bibirnya ke bibir Adelia yang masih berwarna merah. Tubuh Adelia menegang. Sedangkan otaknya berkelana.
Harum nafas ini seperti tak asing bagiku
Atau jangan-jangan ....
Merasa tidak mendapatkan penolakan, Alex memanfaatkan situasi Adelia yang membeku. Dengan perlahan Alex menggerakkan bibirnya, melumat kedua belah bibir merah itu dengan hati-hati. Rasa manis Vanila membuat laki-laki itu hanyut dalam rasa yang tak bisa ia jelaskan. Rasa yang membuatnya candu sejak pertama kali merasakannya.
Tak mendapat respon membuat Alex semakin menggoda bibir Adelia. Laki-laki itu menginginkan ciuman malam itu terulang lagi.
Karena tak kunjung mendapat balasan Alex mengurai lumatan bibirnya dengan tak rela. Ia mengecup sesaat sebelum mengusap sisa salivanya di bibir Adelia.
“Rasanya manis,” gumam Alex lirih.
Adelia yang masih membeku tidak bisa menggerakkan kedua bibirnya untuk berbicara. Gadis itu benar-benar terpaku layaknya patung yang tak bernyawa. Otak cerdiknya seakan tak mampu memikirkan apa pun.
Kesiap gadis itu membuat Alex betah memandang wajah ayu dalam polesan kosmetik malam ini.
“Kamu mau ikut aku pulang ke rumah? Atau...” Alex mendekatkan wajahnya di samping telinga Adelia. Membuat hembusan nafas Alex yang beraroma maskulin meremangkan Adelia. “Kamu ingin aku bermalam ... di apartemenmu?” Laki-laki itu dengan sengaja mengecup pelipis Adelia. Membuat gadis itu tersadar dari kebekuan dirinya.
“A-Aku turun!!” Adelia segera membuka pintu mobil Alex dan berjalan cepat menuju lobby apartemennya.
Dari dalam mobil, Alex hanya bisa tertawa geli melihat tingkah Adelia yang menggemaskan baginya.
“Aku akan mengurus semuanya dan aku pastikan kamu akan jadi milik Alexander Johnson seorang.” Monolog Alex.
Setelah berdiam lebih dari sepuluh menit, Alex mengemudikan Lamborghini Aventador miliknya membelah jalanan Kota New York yang tampak sepi.
*
Dengan langkah terburu-buru Adelia keluar dari lift menuju unit apartemennya. Ia menekan beberapa kode password untuk membuka pintu unitnya.
Pintu terbuka, ia pun segera masuk ke dalam. Setelah menutup pintu, Adelia menyandarkan tubuhnya di pintu dengan dada yang naik turun dan nafas yang tak beraturan.
Ceklek ...
Dalam sekejap lampu yang berada di apartemen itu menyala dengan terang. Di depan kamar Adelia berdiri seorang gadis bergaun merah yang tak lain adalah Jessy.
Gadis itu melihat kedua tangannya di depan dada dan menatap Adelia dengan tatapan menyelidik. Merasa mendapat tatapan aneh, gadis itu menjadi salah tingkah.
“L-Lo udah pulang?” tanya Adelia gugup. Sial!!! Gara-gara Alexander Johnson yang seenaknya mengumumkan pertunangan tak masuk akal membuat dirinya dalam masalah.
“Lo mau menghindar? Serius Del?!!” seru Jessy kecewa.
“I-ini bukan seperti yang L-Lo lihat. G-Gue ... Gue nggak ada hubungan apa pun sama Alexander Johnson,” ucap Adelia gugup.
Jessy mendengus. Ia bukannya tak percaya pada sahabatnya. Tapi situasi tadi benar-benar mengejutkan dirinya.
“Kurang jelas apalagi? Bahkan tadi Alexander Johnson mengumumkan pertunangannya dengan Lo ya?” ucap Jessy sanksi. “Jujur sama Gue! Kalau Lo masih anggep Gue sebagai sahabat sekaligus saudara.” Tambahnya.
Adelia menghela nafas pasrah. “Kejadian ini benar-benar di luar akal Gue. Gue sendiri bingung harus mulai dari mana. Semua terjadi begitu tiba-tiba dan sulit diterima. Sampai saat ini pun Gue masih berharap ini semua hanya mimpi.” Adelia berjalan gontai menuju sofa kecil yang berada di ruang menonton. Ia menyandarkan tubuhnya di sana.
Melihat keadaan sahabatnya yang tampak kacau, Jessy menghampiri Adelia. Tiba-tiba ia duduk dan memeluk Adelia dengan erat.
“Lo punya Gue Del! Lo bisa cerita apapun sama gue. Jangan Lo pendem sendiri! Ngerti!!” ucap Jessy galak.
Adelia menganggukkan kepalanya berkali-kali sambil terisak. “Makasih Jess, Lo selalu ada buat Gue.”
“Kita kan saudara. Jadi sudah sewajarnya itu Gue lakukan. Ingat!! Apa pun yang membebani diri Lo, kasih tahu ke Gue. OK!!”
“I-iya. Akan selalu Gue inget,” janji Adelia.
Setelah puas menangis, Adelia beranjak ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, membersihkan sisa-sisa make up dan mencuci wajah sembabnya.
Belum sampai menuju ke atas kasur, gadis itu mendapati beberapa notifikasi di akun media sosial miliknya. Tak hanya itu. Beberapa majalah elektronik juga mulai memberitakan pertunangan antara dirinya dan Alexander Johnson.
Bahkan banyak akun-akun baru memfollow akun Inst@gram-nya hanya untuk memberikan komentar buruk dan kalimat-kalimat hujatan.
“Baru rencana pertunangan saja sudah kayak gini. Apalagi kalau menikah?” monolog Adelia.
Bersambung ...
Update daily
PEMIMPIN BARU JOHNSONS CORPORATION MENGUMUMKAN PERTUNANGANNYA SIAPA GADIS PINTAR YANG MAMPU MENAKLUKKAN ALEXANDER FELIX JOHNSON? APAKAH GADIS ITU SENGAJA MERAYU ALEXANDER JOHNSON? GADIS BERNAMA CARMEN ADELIA GIOVANNI ADALAH SEKRETARIS BARU DI JOHNSON CORPORATION APAKAH GADIS INI BERASAL DARI MASA LALU ATAU HANYA MENCARI KEUNTUNGAN DARI ALEXANDER JOHNSON ? SORE NANTI WILLIAM JOHNSON AKAN MENKONFIRMASI KEBENARAN BERITA TERSEBUT Di kamar Adelia ...
Warning 18+ “Ahhh .....?!” Suara Adelia yang berteriak kencang menggema di dalam kamar satu-satunya, yang berada di unit apartemennya. Dan itu mampu membuat telinga Alexander Johnson berdengung sakit. Meski begitu, laki-laki berusia tiga puluh satu tahun itu tak melonggarkan pelukannya barang sedikit saja. Yang terjadi Alex segera menyambar bibir mungil Adelia, untuk meredam teriakan itu menggema di dalam mulutnya saja. Alex merasakan hawa panas di sekitarnya ketika dirinya semakin liar menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Adelia, yang kini meronta di dalam dekapannya. Huh ... Huh ... Huh ... Adelia segera menghirup nafas dalam-dalam ketika Alex mengurai serangannya. Gadis itu mendorong dada Alex yang masih terpaku dengan gerakan dadanya yang naik turun dengan sensual menurutnya. Karena tak siap dengan pergerakan Adelia, tubuh Alex terdorong kencang dan jatuh dari tempa
“Felix ...” seru wanita paruh baya yang tak lain adalah Mommynya, Maria Johnson. Alex dan Adelia menoleh ke arah Maria yang tampak cantik dengan dress merah senada dengan yang Adelia kenakan. Adelia seketika dilanda kegugupan melihat betapa miripnya wajah Boss arogannya dengan wanita paruh baya itu. Alex menyunggingkan senyum manisnya yang mampu membuat Adelia terkejut dan melongo. ‘Astaga!!! Itu beneran Boss Gue?’ Alex mencium kedua pipi Maria dan memeluknya. Ia menoleh ke belakang ketika menyadari Adelia masih terpaku di tempatnya. “Baby,” Dengan isyarat mata, Alex meminta Adelia mendekat. Yang langsung dipahami oleh gadis itu. Adelia melangkah dengan penuh irama keanggunan seorang gadis yang memesona. Membuat Maria Johnson tersenyum menyambutnya. Adelia benar-benar seperti dirinya di masa lalu. Cantik dan memikat. ‘Pantas saja Felix terpikat. Benar-benar gadis yang memesona. Gumam Maria da
“Arrgghhh .... kenapa Gue nggak berpikir lebih jauh tentang semua ini!” Adelia tampak mondar-mandir di dalam kamar yang berada di dalam kamar, di unit apartemen yang diberikan Alexander Johnson padanya. Fasilitas yang berada di sana tak membuat Adelia merasa nyaman dan tenang. Peraturan yang secara langsung mengikat dirinya dengan Alexander Johnson, membuatnya seperti burung peliharaan yang harus mengikuti pemiliknya. “Harusnya Gue nggak mengiyakan ajakan makan malam itu kalau hasilnya seperti ini!!!” Adelia mendengus kesal mengingat perlakuan Alex yang berlebihan. Dua orang pengawal perempuan di depan unit, sopir perempuan, dan seorang pekerja yang akan menyiapkan kebutuhan Adelia di unit itu membuatnya menjadi tak leluasa untuk melakukan rutinitasnya. Bukan hanya itu, pergerakannya pun menjadi terbatas “Belum apa-apa dia sudah seenaknya sama Gue, apalagi kalau sudah bertunangan?” Adelia menjatuhkan diri ke tempat tidur dengan mata yang terpe
Ajaib!!! Pernyataan bernada pertanyaan yang Adelia ucapkan mampu membuat Alexander Johnson terdiam. Lebih tepatnya membeku layaknya patung yang tak bernyawa. Adelia menggigit bibir bawahnya menyadari kebodohan fatal yang baru saja ia lakukan. ‘Bagaimana jika Alex mewujudkan ucapannya barusan? Apa yang akan terjadi di kehidupan Adelia setelah menikah?’ Pertanyaan di benak Adelia seakan mematikan seluruh peredaran darah di tubuhnya. Karena banyak kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Termasuk pernikahan yang akan langsung dikabulkan oleh Alexander Johnson. Mendapati Alex yang masih membeku, Adelia berniat untuk pergi dari ruangan itu. Namun sensor dari kedua mata biru Alex seakan lebih peka terhadap setiap gerakan yang Adelia lakukan. Sreet ... Alex menarik tangan Adelia dengan cepat ketika gadis itu ingin menghindar. Dan hasilnya gadis itu jatuh ke dalam rengkuhannya. “K-k
Adelia merasakan dadanya berdetak kencang mendengar ucapan Alex yang tegas dan penuh kesungguhan. Rasa itu menyeruak, memenuhi beberapa sudut hatinya. Di dalam dekapan hangat Alex, Adelia menyunggingkan senyum manis miliknya. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada siapa pun sejak kejadian itu. “Aku akan segera memberitahu Mommy dan Daddy agar semuanya cepat diselesaikan, Baby. Dan kamu tidak perlu melakukan apa-apa,” ucap Alex tegas. “K-kamu berlebihan Felix!” sungut Adelia mendengar ucapan Alex yang terkesan menggebu-gebu dan terburu-buru mengambil keputusan. “Berlebihan apa?” tanya Alex polos. Adelia mendengus dan mendongak ke arah Alex. “Kamu memerintah semua orang hanya untuk keinginanmu yang tak masuk akal itu.” “Tidak masuk akal bagaimana? Bukankah menikah itu wajar bagi laki-laki dan wanita?” “Masuk akal jika ada persiapan dan cinta di antara kedua calon pengantin. Kalau mendadak seperti ini orang akan
Adelia dengan wajah sembabnya berjalan gontai menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Gadis itu menumpahkan air mata karena berita yang belum pasti kebenarannya. Sebuah akun media gosip yang sedang hangat meliput skandal tentang orang-orang berpengaruh menuliskan berita yang cukup membuat Adelia meradang. Pasalnya orang yang diberitakan itu tidak ingin menyentuhnya sebelum pernikahan, ternyata memilih menyentuh wanita lain. Ketukan pintu atau lebih tepatnya gedoran pintu kamarnya sejak 2 jam yang lalu pun Adelia abaikan. Gadis itu ingin sendiri. Mencoba menenangkan gejolak amarahnya yang bisa meledak kapan saja. Adelia memilih mencuci mukanya setelah buang air kecil. Walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam, gadis itu tak bisa memejamkan mata. “Adelia!!! Buka pintunya, Baby!! Kamu harus mendengarkanku!!! Adelia!!!” Seruan atau teriakan Alexander Johnson di depan pintu kamar Adelia hampir tak ada jeda. Sebenarnya laki-laki itu bisa saja
Warning 21+ “Kenapa Lo bisa di sini, Jes?” tanya Adelia kepada sahabatnya yang beberapa saat lalu kembali ke California. Dan yang membuatnya terkejut, kini gadis itu berada di hadapannya. Turut hadir menyaksikan pertunangannya dengan Alexander Johnson. Jessy memutar bola mata malas, “Kayaknya yang di otak Lo cuma bos mesum itu aja deh,” sarkas Jessy. Adelia meringis dengan pipi merona. Ingatannya kembali pada saat Alex menciumnya setelah berdansa dengan ritme cepat dan tempo yang cukup lama, membuat para tamu bersorak. “Ahh ...” pekik Adelia kencang karena cubitan tangan Jessy di tangannya. Beberapa orang di sekitar menatap aneh kepadanya. “Lo sih!” Adelia melotot ke arah Jessy yang tampak cuek. “Bener kan?” tanya Jessy menaikkan satu alisnya. “Nggak gitu juga kok,” jawab Adelia lirih. “Lihat!” Jessy meminta Adelia memandang ke seberang di mana Alexander Johnson sedang berbincang-bincang dengan b
“Apa kau yakin ini semua akurat?” “Tentu, Sir,” jawab pria di seberang sana dengan yakin. Bahkan Alexander tidak perlu bertanya dua kali untuk hal seperti itu.“Dan apa kau tahu di mana tempat tinggal Gabriel sekarang?” tanya Alexander penasaran. Karena sampai saat ini ia tidak berhasil menemukan keberadaan putranya.Terdengar helaan napas singkat di seberang sana. “Maaf Sir, saya tidak bisa mencari tahu. Semua akses tentang Gabriel Johnson telah dikunci. Pun dengan keberadaan Rebecca Annastasia.”Tangan Alexander mengepal hingga urat-uratnya menonjol. Emosi seketika mendominasi otak pintarnya yang menjadi bodoh karena merasa dikelabuhi oleh anak-anak muda nakal.“Tapi, saya bisa mencari tahu lewat akses orang tua Rebecca Annastasia jika Anda mengijinkan.”Mengingat siapa orang tua Becca saja membuat Alexander terus murka. Apalagi jika diingatkan bagaimana Gerald membuat kekacauan hingga nyaris membuat keluarganya berantakan. Ingat! Gara-gara ulah Gerald bukan hanya Adelia, tapi Jenn
Suasana meja makan di Keluarga Johnson tampak hening setelah Maria dan William duduk di tempatnya. Alexander yang sedari tadi lebih banyak diam pun hanya membalas tatapan Maria sebentar sebelum kembali berpura-pura fokus dengan sarapan di piringnya.“Besok kita akan pergi berlibur,” ucap Maria yang kemudian menatap satu per satu anggota keluarga di sana. “Kalian bisa berkemas mulai hari ini.”Christian dan Christopher mengangkat wajahnya sejenak hanya untuk memperhatikan atmosfer dingin, lalu berpaling ke arah sang nenek. Mereka tersenyum sebelum kembali kompak menundukkan wajah. Tak terkecuali Clara yang diam-diam hanya mengintip tanpa berani menyela seperti kebiasaannya.Namun berbeda dengan Alexander yang memang tak bisa menerima begitu saja. Putra satu-satunya William dan Maria itu menegakkan punggung untuk menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat santai.“Kita tidak akan pergi tanpa Gabriel!” tolak Alexander tiba-tiba.Bukan Maria dan William saja yang terkejut, tapi
“Sungguh, aku sangat malu.” Kedua pipi Becca masih merona setelah William dan Maria meninggalkan ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Jelas, tuntutan yang terang-terangan ditujukan padanya menjadi tanggung jawab.Melihat tingkah sang istri Gabriel justru tersenyum geli. “Kemari.”Membawa langkahnya yang lesu, Becca segera mendekat. “Bagaimana nanti aku bertemu mereka lagi, Gabriel?”Dada Gabriel bergetar menahan tawa. Lalu, tangannya meraih pipi merona sang istri yang membuatnya sangat gemas. Ia tersenyum. “Kenapa mesti malu, hm? Mereka pernah muda, tentu saja hal seperti tadi sangat wajar.”“Tapi tetap saja aku malu,” kelit Becca masih tak mampu menjabarkan perasaannya sendiri. “Bagaimanapun juga kau masih sakit dan bisa-bisanya aku berbuat seperti tadi. Oh ….”Melihat kegusaran Becca, Gabriel mengabaikan tangannya yang cedera hanya untuk mencium bibir sang istri. Hal spontan itu tentu saja membuat Becca terkejut hingga kedua matanya membulat sempurna.“Daripada memikirkan hal
Jari-jari yang memiliki kuku panjang itu mengepal erat. Amarahnya sudah mendominasi hingga ia nyaris berbuat ceroboh.“Dasar jalang tak tahu malu!” desisnya tak suka. Masih memperhatikan aktivitas kedua orang di atas ranjang perawatan, pemilik nama Celine Addison mengambil kamera dan membidik beberapa foto.“Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Uncle Alexander mengetahui ini.”Seolah mendapat kemenangan, Celine menatap sinis wanita yang baru saja turun dari tubuh pria yang ia inginkan.“Tunggu pembalasanku!”**Bukan hanya Adelia yang pulang setelah memastikan Gabriel dan Becca baik-baik saja. Gerald yang melihat bagaimana pasangan muda dimabuk asmara itu bersama juga memutuskan untuk memberi mereka privasi.Pria yang saat ini telah tiba di halaman rumahnya langsung masuk dan mengabaikan sapaan para pelayan. Tentu saja mereka bingung, tapi tak berani bertanya.“Bagaimana keadaan menantu kita, Gerald?” tanya Lucia cemas karena sepulang dari rumah sakit Gerald belum mengatakan apa pun
“Belum puas memandangiku, hm?”Becca menggeleng. Bibirnya masih terasa kebas setelah Gabriel menciumnya dengan isapan dalam.“Sini.” Gabriel menepuk tempat di sampingnya yang masih muat untuk Becca berbaring, tapi hingga beberapa saat lamanya wanita yang telah ia nikahi itu masih tak bergeming. Hanya menatap tanpa berucap sepatah kata pun.Gabriel maklum. Pasti sang istri masih syok. Dan bukan Gabriel jika tak mampu membujuk.“Ayolah, Baby. Jika kau ingin aku sembuh, kau juga harus menemaniku tidur,” bujuk Gabriel yang sudah tak sabar untuk memeluk sang istri setelah beberapa hari ia harus tidur sendiri di apartemen mereka.“Kau membuatku takut,” ucap Becca lirih. Matanya kemudian terpejam demi menghalau butiran-butiran kristal yang telah menggenang.Gabriel tertegun.“Kau begini karena aku.” Lagi, Becca masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab Gabriel celaka. Jika saja ia tidak menolak untuk permintaan pria itu, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi.“Kalau kau menyesal, s
Entah apa kalimat yang cukup untuk menggambarkan perasaan Becca saat ini. Belum kering air mata mengalir di pipinya, ia kembali dikejutkan oleh kabar dari sang ibu mertua.Becca syok hingga ponsel yang masih tersambung dengan Adelia jatuh ke lantai. Tenggorokannya seketika kering dan kedua kakinya gemetar.“Mama!” teriak Becca begitu kesadaran menghampirinya.Lucia yang kebetulan akan keluar dari kamar pun segera mencari sumber suara. Matanya membulat saat putri semata wayangnya sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang tersendat.Buru-buru Lucia turun setelah memanggil Gerald yang tak lama kemudian menyusulnya keluar. Lucia segera mendekat dan memeluk Becca yang masih menangis.“Kenapa, Sayang?” tanya Lucia cemas. Namun sayangnya, Becca tak mampu menjawab. Wanita dengan wajah memerah dan basah karena air mata itu balas memeluk dan malah histeris.“Ada apa?” Gerald terkejut melihat keadaan putrinya, tapi ia mencoba tenang saat kedua wanita yang menempati posisi tertinggi di hatiny
Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara alat makan yang mengisi kesunyian di sana. Lucia dan Gerald yang tak ingin ikut campur pun segera beranjak begitu makanan di atas piring telah habis.“Jaga putri Daddy, Gabriel,” pesan Gerald sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu.Tak ada sahutan dari bibir Gabriel yang masih mengunyah dan tampaknya Gerald pun tidak sedang menuntut balasan.Lima menit telah berlalu. Waktu terasa lambat bagi Becca yang baru saja menghabiskan bubur di dalam mangkoknya. Tanpa menoleh ke arah Gabriel yang juga selesai sarapan, Becca meneguk air putih di gelas miliknya. Hal itu tak luput dari lirikan mata Gabriel yang mengintai.“Masih tak mau bicara,” gumam Gabriel seraya menunggu. Ia ingin melihat seberapa lama wanita yang telah menjadi istrinya itu bertahan. Namun, prediksi Gabriel lagi-lagi salah. Buktinya, setelah air dalam gelas itu tandas, Becca hendak bangkit tanpa menoleh ke arah Gabriel.Dengan gerakan lincah Gabriel menahan tangan Bec
“Bagaimana hasilnya, Derick?” tanya seorang pria dengan tatapan tajam yang kini duduk di kursi kebesarannya. Rahang yang dipenuhi bulu halus itu terlihat mengeras hingga urat-uratnya menonjol.“Maaf Tuan, saya tidak menemukan petunjuk apa pun.”Brak!Meja tak bersalah itu digebrak dengan kencang hingga pria bernama Derick itu terlonjak kaget.“Apa kau bilang?” desis pria itu dingin.Derick meneguk ludahnya kasar. Ia tak mampu menatap mata pria yang telah beberapa tahun menjadi bosnya.“Kau tahu ... aku paling tidak suka mendengar kegagalan.”“Maaf Tuan. Ini semua benar-benar di luar kendali saya. Tuan tentunya sudah tahu kinerja Baron selama ini,” jawab Derick mencoba menjelaskan. Berharap setelah ini sang tuan bisa menerima. Brak!Lagi, meja bersalah itu menjadi pelampiasan pemilik nama Albert Dominic dalam menuntaskan amarahnya. Ia seketika bangkit dan menghampiri sang asisten dan langsung menarik kemeja pria itu hingga terdongak.BUGH!Satu pukulan tangan Albert melayang ke pipi D
Sesuai kata dokter, keesokan harinya Lucia sudah diperbolehkan pulang. Betapa bahagia wanita yang sejak beberapa menit lalu tak meredupkan senyumannya.Ya. Tepatnya setelah dokter mengatakan dirinya bisa pulang. Dengan begitu, ia bisa membawa putri satu-satunya itu pulang bersamanya.“Becca.”Wanita dengan rambut ikal sebahu itu menoleh. Ia tersenyum setelah memasukkan pakaian sang ibu ke dalam tas.“Ada apa, Ma?”Lucia tersenyum. “Kemarilah.”Mau tak mau pemilik nama Rebecca Annastasia itu mendekat. Mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.“Duduklah,” perintah Lucia dengan lembut.Becca menurut. Sejurus kemudian ia menggenggam tangan Lucia erat.“Ada yang ingin Mama katakan?” tanya Becca tanpa mengurai genggaman tangannya. Napas Lucia berembus pelan. “Apakah hubunganmu dengan Gabriel baik-baik saja?” Deg!Mendapat pertanyaan yang tak pernah Becca duga mampu membuat debaran dadanya bertalu. Lebih kencang daripada saat ia mendengar tawa wanita yang sudah tidur dengan suaminya sen