“Arrgghhh .... kenapa Gue nggak berpikir lebih jauh tentang semua ini!”
Adelia tampak mondar-mandir di dalam kamar yang berada di dalam kamar, di unit apartemen yang diberikan Alexander Johnson padanya. Fasilitas yang berada di sana tak membuat Adelia merasa nyaman dan tenang. Peraturan yang secara langsung mengikat dirinya dengan Alexander Johnson, membuatnya seperti burung peliharaan yang harus mengikuti pemiliknya.
“Harusnya Gue nggak mengiyakan ajakan makan malam itu kalau hasilnya seperti ini!!!” Adelia mendengus kesal mengingat perlakuan Alex yang berlebihan.
Dua orang pengawal perempuan di depan unit, sopir perempuan, dan seorang pekerja yang akan menyiapkan kebutuhan Adelia di unit itu membuatnya menjadi tak leluasa untuk melakukan rutinitasnya. Bukan hanya itu, pergerakannya pun menjadi terbatas
“Belum apa-apa dia sudah seenaknya sama Gue, apalagi kalau sudah bertunangan?”
Adelia menjatuhkan diri ke tempat tidur dengan mata yang terpe
Update daily setiap jam 8 pagi
Ajaib!!! Pernyataan bernada pertanyaan yang Adelia ucapkan mampu membuat Alexander Johnson terdiam. Lebih tepatnya membeku layaknya patung yang tak bernyawa. Adelia menggigit bibir bawahnya menyadari kebodohan fatal yang baru saja ia lakukan. ‘Bagaimana jika Alex mewujudkan ucapannya barusan? Apa yang akan terjadi di kehidupan Adelia setelah menikah?’ Pertanyaan di benak Adelia seakan mematikan seluruh peredaran darah di tubuhnya. Karena banyak kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Termasuk pernikahan yang akan langsung dikabulkan oleh Alexander Johnson. Mendapati Alex yang masih membeku, Adelia berniat untuk pergi dari ruangan itu. Namun sensor dari kedua mata biru Alex seakan lebih peka terhadap setiap gerakan yang Adelia lakukan. Sreet ... Alex menarik tangan Adelia dengan cepat ketika gadis itu ingin menghindar. Dan hasilnya gadis itu jatuh ke dalam rengkuhannya. “K-k
Adelia merasakan dadanya berdetak kencang mendengar ucapan Alex yang tegas dan penuh kesungguhan. Rasa itu menyeruak, memenuhi beberapa sudut hatinya. Di dalam dekapan hangat Alex, Adelia menyunggingkan senyum manis miliknya. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada siapa pun sejak kejadian itu. “Aku akan segera memberitahu Mommy dan Daddy agar semuanya cepat diselesaikan, Baby. Dan kamu tidak perlu melakukan apa-apa,” ucap Alex tegas. “K-kamu berlebihan Felix!” sungut Adelia mendengar ucapan Alex yang terkesan menggebu-gebu dan terburu-buru mengambil keputusan. “Berlebihan apa?” tanya Alex polos. Adelia mendengus dan mendongak ke arah Alex. “Kamu memerintah semua orang hanya untuk keinginanmu yang tak masuk akal itu.” “Tidak masuk akal bagaimana? Bukankah menikah itu wajar bagi laki-laki dan wanita?” “Masuk akal jika ada persiapan dan cinta di antara kedua calon pengantin. Kalau mendadak seperti ini orang akan
Adelia dengan wajah sembabnya berjalan gontai menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Gadis itu menumpahkan air mata karena berita yang belum pasti kebenarannya. Sebuah akun media gosip yang sedang hangat meliput skandal tentang orang-orang berpengaruh menuliskan berita yang cukup membuat Adelia meradang. Pasalnya orang yang diberitakan itu tidak ingin menyentuhnya sebelum pernikahan, ternyata memilih menyentuh wanita lain. Ketukan pintu atau lebih tepatnya gedoran pintu kamarnya sejak 2 jam yang lalu pun Adelia abaikan. Gadis itu ingin sendiri. Mencoba menenangkan gejolak amarahnya yang bisa meledak kapan saja. Adelia memilih mencuci mukanya setelah buang air kecil. Walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam, gadis itu tak bisa memejamkan mata. “Adelia!!! Buka pintunya, Baby!! Kamu harus mendengarkanku!!! Adelia!!!” Seruan atau teriakan Alexander Johnson di depan pintu kamar Adelia hampir tak ada jeda. Sebenarnya laki-laki itu bisa saja
Warning 21+ “Kenapa Lo bisa di sini, Jes?” tanya Adelia kepada sahabatnya yang beberapa saat lalu kembali ke California. Dan yang membuatnya terkejut, kini gadis itu berada di hadapannya. Turut hadir menyaksikan pertunangannya dengan Alexander Johnson. Jessy memutar bola mata malas, “Kayaknya yang di otak Lo cuma bos mesum itu aja deh,” sarkas Jessy. Adelia meringis dengan pipi merona. Ingatannya kembali pada saat Alex menciumnya setelah berdansa dengan ritme cepat dan tempo yang cukup lama, membuat para tamu bersorak. “Ahh ...” pekik Adelia kencang karena cubitan tangan Jessy di tangannya. Beberapa orang di sekitar menatap aneh kepadanya. “Lo sih!” Adelia melotot ke arah Jessy yang tampak cuek. “Bener kan?” tanya Jessy menaikkan satu alisnya. “Nggak gitu juga kok,” jawab Adelia lirih. “Lihat!” Jessy meminta Adelia memandang ke seberang di mana Alexander Johnson sedang berbincang-bincang dengan b
Warning 21+ Alex terpaku untuk beberapa saat. Ucapan Adelia terasa ambigu di telinganya. Dalam sekejap beberapa fantasi liar terlintas dalam otak mesumnya, menerka-nerka apa yang akan gadis itu berikan. Alex memejamkan mata saat tangan halus Adelia meraih kancing-kancing kemejanya. Gerakan Adelia yang terkesan lambat membuat kepalanya pening dalam dorongan hasrat yang menggebu. Kepala Alex mendongak ke atas ketika jemari Adelia meraba dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Gerakan jemari Adelia seakan menyiksanya karena pergerakannya yang terkesan kaku dan malu-malu. Adelia memang bukan wanita berpengalaman dalam hal seperti ini. Dia hanya mengikuti instingnya saja untuk menciptakan lenguhan Alex mengalun semakin kencang seiring pergerakan jemarinya. Adelia menatap takjub wajah Alex dengan kedua mata terpejam. Desahan mengalun kencang saat jemari Adelia menyentuh puting mungil di dada Alex. Tubuh Alex b
Adelia berjalan berdampingan dengan Alex yang melingkarkan tangan di pinggangnya, sejak mereka turun dari mobil Alex. Laki-laki posesif bak bayi besar itu tak ingin berjauhan dengan Adelia barang sedikit pun. Padahal sejak semalam mereka sudah tidur bersama. Tidur dalam arti sama-sama beristirahat. Karena ternyata, Alex tidak melakukan hal lebih kepada Adelia. Laki-laki itu tetap mau menunggu hingga mereka mengikat janji suci pernikahan, untuk melakukannya. Perlakuan Alex itu mampu membuat hati Adelia menghangat, hingga mulai dari malam tadi, Alex akan tinggal bersamanya di unit. Permintaan awal yang cukup sulit diiyakan oleh Adelia. Apalagi mengingat Alex bisa saja melakukannya semalam atau hari-hari sebelumnya, jika benar-benar menginginkannya. Sampai pagi ini, Adelia harus menjaga raut mukanya tetap datar seperti biasanya, meskipun ada Alex yang merengkuh pinggangnya. Gadis itu mengabaikan bisikan-bisikan dari beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. L
Alex melirik Adelia yang tampak tak tertarik dengan buku menu di tangannya. Kemudian tatapannya beralih pada Jenny yang tampak merengut.“Bagaimana Baby? Mau makan apa?” tanya Alex.“Aku ... sama kan saja denganmu. Bagaimana?” jawab Adelia seraya menoleh ke arah Alex.“Boleh,” Alex meraih tangan Adelia dan mengecupnya.Tanpa sadar Jenny mendengus yang membuat Alex beralih menatapnya tanpa melepaskan tangan Adelia.“Bagaimana denganmu, Jenny?”“Tentu Kakak masih ingat kesukaan Jenny saat ke sini, bukan?” jawab Jenny dengan pertanyaan.“Tentu saja. Mengingat adalah keahlian Kakak. Kamu tak perlu meragukannya,” ucap Alex sombong.Adelia hanya tersenyum tipis melihat ulah Alex yang arogan.“Berikan 3 porsi pasta dan salad, 2 smoothie Strawberry dan 1 smoothie Anggur,” ucap Alex kepada pelayan yang sejak tadi berdiri tak jauh darinya.&
Adelia yang baru saja membersihkan make up di wajahnya dan sudah berganti dengan piama, perlahan naik ke atas tempat tidur di mana ada Alex yang belum berganti baju sedang bersandar.“Felix,” panggil Adelia sambil menyentuh pundak Alex.Alex menoleh dan memberikan senyuman kepada Adelia.“Kenapa, Baby?” Alex mendekatkan wajahnya. Memberikan satu kecupan di bibir Adelia.“Gosok gigi dan cuci muka dulu sana! Sekalian ganti bajunya,” titah Adelia.Alex mengangguk dan segera melaksanakan perintah Sang tunangan. Hal itu membuat Adelia heran, karena biasanya Alex akan meminta permintaan konyol sebelum melakukan apa yang ia katakan.‘Aneh! Sejak melihat Jenny di gandeng laki-laki tadi, Felix berubah drastis? Mungkin nanti dia akan bercerita kalau memang itu yang mengganggunya. Aku hanya tinggal menunggu waktu saja. Batin Adelia,’Adelia yang sedang bersandar di tempat tidur, m
“Apa kau yakin ini semua akurat?” “Tentu, Sir,” jawab pria di seberang sana dengan yakin. Bahkan Alexander tidak perlu bertanya dua kali untuk hal seperti itu.“Dan apa kau tahu di mana tempat tinggal Gabriel sekarang?” tanya Alexander penasaran. Karena sampai saat ini ia tidak berhasil menemukan keberadaan putranya.Terdengar helaan napas singkat di seberang sana. “Maaf Sir, saya tidak bisa mencari tahu. Semua akses tentang Gabriel Johnson telah dikunci. Pun dengan keberadaan Rebecca Annastasia.”Tangan Alexander mengepal hingga urat-uratnya menonjol. Emosi seketika mendominasi otak pintarnya yang menjadi bodoh karena merasa dikelabuhi oleh anak-anak muda nakal.“Tapi, saya bisa mencari tahu lewat akses orang tua Rebecca Annastasia jika Anda mengijinkan.”Mengingat siapa orang tua Becca saja membuat Alexander terus murka. Apalagi jika diingatkan bagaimana Gerald membuat kekacauan hingga nyaris membuat keluarganya berantakan. Ingat! Gara-gara ulah Gerald bukan hanya Adelia, tapi Jenn
Suasana meja makan di Keluarga Johnson tampak hening setelah Maria dan William duduk di tempatnya. Alexander yang sedari tadi lebih banyak diam pun hanya membalas tatapan Maria sebentar sebelum kembali berpura-pura fokus dengan sarapan di piringnya.“Besok kita akan pergi berlibur,” ucap Maria yang kemudian menatap satu per satu anggota keluarga di sana. “Kalian bisa berkemas mulai hari ini.”Christian dan Christopher mengangkat wajahnya sejenak hanya untuk memperhatikan atmosfer dingin, lalu berpaling ke arah sang nenek. Mereka tersenyum sebelum kembali kompak menundukkan wajah. Tak terkecuali Clara yang diam-diam hanya mengintip tanpa berani menyela seperti kebiasaannya.Namun berbeda dengan Alexander yang memang tak bisa menerima begitu saja. Putra satu-satunya William dan Maria itu menegakkan punggung untuk menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat santai.“Kita tidak akan pergi tanpa Gabriel!” tolak Alexander tiba-tiba.Bukan Maria dan William saja yang terkejut, tapi
“Sungguh, aku sangat malu.” Kedua pipi Becca masih merona setelah William dan Maria meninggalkan ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Jelas, tuntutan yang terang-terangan ditujukan padanya menjadi tanggung jawab.Melihat tingkah sang istri Gabriel justru tersenyum geli. “Kemari.”Membawa langkahnya yang lesu, Becca segera mendekat. “Bagaimana nanti aku bertemu mereka lagi, Gabriel?”Dada Gabriel bergetar menahan tawa. Lalu, tangannya meraih pipi merona sang istri yang membuatnya sangat gemas. Ia tersenyum. “Kenapa mesti malu, hm? Mereka pernah muda, tentu saja hal seperti tadi sangat wajar.”“Tapi tetap saja aku malu,” kelit Becca masih tak mampu menjabarkan perasaannya sendiri. “Bagaimanapun juga kau masih sakit dan bisa-bisanya aku berbuat seperti tadi. Oh ….”Melihat kegusaran Becca, Gabriel mengabaikan tangannya yang cedera hanya untuk mencium bibir sang istri. Hal spontan itu tentu saja membuat Becca terkejut hingga kedua matanya membulat sempurna.“Daripada memikirkan hal
Jari-jari yang memiliki kuku panjang itu mengepal erat. Amarahnya sudah mendominasi hingga ia nyaris berbuat ceroboh.“Dasar jalang tak tahu malu!” desisnya tak suka. Masih memperhatikan aktivitas kedua orang di atas ranjang perawatan, pemilik nama Celine Addison mengambil kamera dan membidik beberapa foto.“Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Uncle Alexander mengetahui ini.”Seolah mendapat kemenangan, Celine menatap sinis wanita yang baru saja turun dari tubuh pria yang ia inginkan.“Tunggu pembalasanku!”**Bukan hanya Adelia yang pulang setelah memastikan Gabriel dan Becca baik-baik saja. Gerald yang melihat bagaimana pasangan muda dimabuk asmara itu bersama juga memutuskan untuk memberi mereka privasi.Pria yang saat ini telah tiba di halaman rumahnya langsung masuk dan mengabaikan sapaan para pelayan. Tentu saja mereka bingung, tapi tak berani bertanya.“Bagaimana keadaan menantu kita, Gerald?” tanya Lucia cemas karena sepulang dari rumah sakit Gerald belum mengatakan apa pun
“Belum puas memandangiku, hm?”Becca menggeleng. Bibirnya masih terasa kebas setelah Gabriel menciumnya dengan isapan dalam.“Sini.” Gabriel menepuk tempat di sampingnya yang masih muat untuk Becca berbaring, tapi hingga beberapa saat lamanya wanita yang telah ia nikahi itu masih tak bergeming. Hanya menatap tanpa berucap sepatah kata pun.Gabriel maklum. Pasti sang istri masih syok. Dan bukan Gabriel jika tak mampu membujuk.“Ayolah, Baby. Jika kau ingin aku sembuh, kau juga harus menemaniku tidur,” bujuk Gabriel yang sudah tak sabar untuk memeluk sang istri setelah beberapa hari ia harus tidur sendiri di apartemen mereka.“Kau membuatku takut,” ucap Becca lirih. Matanya kemudian terpejam demi menghalau butiran-butiran kristal yang telah menggenang.Gabriel tertegun.“Kau begini karena aku.” Lagi, Becca masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab Gabriel celaka. Jika saja ia tidak menolak untuk permintaan pria itu, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi.“Kalau kau menyesal, s
Entah apa kalimat yang cukup untuk menggambarkan perasaan Becca saat ini. Belum kering air mata mengalir di pipinya, ia kembali dikejutkan oleh kabar dari sang ibu mertua.Becca syok hingga ponsel yang masih tersambung dengan Adelia jatuh ke lantai. Tenggorokannya seketika kering dan kedua kakinya gemetar.“Mama!” teriak Becca begitu kesadaran menghampirinya.Lucia yang kebetulan akan keluar dari kamar pun segera mencari sumber suara. Matanya membulat saat putri semata wayangnya sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang tersendat.Buru-buru Lucia turun setelah memanggil Gerald yang tak lama kemudian menyusulnya keluar. Lucia segera mendekat dan memeluk Becca yang masih menangis.“Kenapa, Sayang?” tanya Lucia cemas. Namun sayangnya, Becca tak mampu menjawab. Wanita dengan wajah memerah dan basah karena air mata itu balas memeluk dan malah histeris.“Ada apa?” Gerald terkejut melihat keadaan putrinya, tapi ia mencoba tenang saat kedua wanita yang menempati posisi tertinggi di hatiny
Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara alat makan yang mengisi kesunyian di sana. Lucia dan Gerald yang tak ingin ikut campur pun segera beranjak begitu makanan di atas piring telah habis.“Jaga putri Daddy, Gabriel,” pesan Gerald sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu.Tak ada sahutan dari bibir Gabriel yang masih mengunyah dan tampaknya Gerald pun tidak sedang menuntut balasan.Lima menit telah berlalu. Waktu terasa lambat bagi Becca yang baru saja menghabiskan bubur di dalam mangkoknya. Tanpa menoleh ke arah Gabriel yang juga selesai sarapan, Becca meneguk air putih di gelas miliknya. Hal itu tak luput dari lirikan mata Gabriel yang mengintai.“Masih tak mau bicara,” gumam Gabriel seraya menunggu. Ia ingin melihat seberapa lama wanita yang telah menjadi istrinya itu bertahan. Namun, prediksi Gabriel lagi-lagi salah. Buktinya, setelah air dalam gelas itu tandas, Becca hendak bangkit tanpa menoleh ke arah Gabriel.Dengan gerakan lincah Gabriel menahan tangan Bec
“Bagaimana hasilnya, Derick?” tanya seorang pria dengan tatapan tajam yang kini duduk di kursi kebesarannya. Rahang yang dipenuhi bulu halus itu terlihat mengeras hingga urat-uratnya menonjol.“Maaf Tuan, saya tidak menemukan petunjuk apa pun.”Brak!Meja tak bersalah itu digebrak dengan kencang hingga pria bernama Derick itu terlonjak kaget.“Apa kau bilang?” desis pria itu dingin.Derick meneguk ludahnya kasar. Ia tak mampu menatap mata pria yang telah beberapa tahun menjadi bosnya.“Kau tahu ... aku paling tidak suka mendengar kegagalan.”“Maaf Tuan. Ini semua benar-benar di luar kendali saya. Tuan tentunya sudah tahu kinerja Baron selama ini,” jawab Derick mencoba menjelaskan. Berharap setelah ini sang tuan bisa menerima. Brak!Lagi, meja bersalah itu menjadi pelampiasan pemilik nama Albert Dominic dalam menuntaskan amarahnya. Ia seketika bangkit dan menghampiri sang asisten dan langsung menarik kemeja pria itu hingga terdongak.BUGH!Satu pukulan tangan Albert melayang ke pipi D
Sesuai kata dokter, keesokan harinya Lucia sudah diperbolehkan pulang. Betapa bahagia wanita yang sejak beberapa menit lalu tak meredupkan senyumannya.Ya. Tepatnya setelah dokter mengatakan dirinya bisa pulang. Dengan begitu, ia bisa membawa putri satu-satunya itu pulang bersamanya.“Becca.”Wanita dengan rambut ikal sebahu itu menoleh. Ia tersenyum setelah memasukkan pakaian sang ibu ke dalam tas.“Ada apa, Ma?”Lucia tersenyum. “Kemarilah.”Mau tak mau pemilik nama Rebecca Annastasia itu mendekat. Mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.“Duduklah,” perintah Lucia dengan lembut.Becca menurut. Sejurus kemudian ia menggenggam tangan Lucia erat.“Ada yang ingin Mama katakan?” tanya Becca tanpa mengurai genggaman tangannya. Napas Lucia berembus pelan. “Apakah hubunganmu dengan Gabriel baik-baik saja?” Deg!Mendapat pertanyaan yang tak pernah Becca duga mampu membuat debaran dadanya bertalu. Lebih kencang daripada saat ia mendengar tawa wanita yang sudah tidur dengan suaminya sen