Seumur hidup Adelia tidak pernah bermimpi terlalu tinggi. Dulu, saat dia berusia sepuluh tahun Adelia kecil mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang Dokter. Namun ketika ia menginjak lima belas tahun cita-cita itu berubah. Adelia remaja ingin memiliki usaha sendiri. Dan bisa membuka lowongan pekerjaan bagi orang lain.
Sungguh! Itu adalah cita-cita yang begitu mulia. Keinginannya itu mendapat dukungan penuh dari Sang Ibu. Tapi, takdir seolah menguji Adelia saat itu.
Selang dua bulan, Sang Ibu meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Satu kenyataan yang sempat membuat Adelia sakit dan sulit untuk menerima.
Beruntung saat itu ia selalu di temani sahabat baiknya sejak kecil untuk melewati hari-hari sebagai anak yatim piatu. Mereka berdua tinggal bersama sampai satu bulan yang lalu. Sebelum Adelia memutuskan untuk menenangkan diri pindah ke New York karena patah hati.
Kini kehidupan Adelia berubah menjadi seratus delapan puluh derajat karena pengaruh ia bekerja di Johnson Corporation. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri perhiasan.
Adelia baru bekerja selama sepuluh hari di sana. Tapi itu mampu mengubah ritme kehidupannya seratus delapan puluh derajat.
Dan saat ini, kehadiran Alexander Felix Johnson di sampingnya membuat semua tamu undangan yang merupakan pimpinan dari relasi bisnis Johnson Corporation ikut serta menghormati dirinya.
Sungguh tak pernah Adelia bayangkan, ia akan berada pada situasi ini. Tangan kanannya yang melingkar erat di lengan Alexander Johnson cukup untuk dirinya berpegangan jika ia mendadak gugup atau lemas.
Semua orang membungkukkan badan dan memberikan sapaan hangat padanya dan Alex. Namun, saat Adelia ingin membalas salam itu dengan etika kesopanan yang ia lakukan selama ini, satu tangan mencegahnya secara tidak langsung.
Alexander Johnson mengedipkan sebelah mata saat Adelia menatapnya sesaat. Membuat gadis itu paham dengan maksud laki-laki di sampingnya ini.
“Mari silahkan duduk di sini Mr. Johnson.” Ucap salah satu wanita bergaun putih dengan belahan dada yang benar-benar rendah dan memulas satu senyum manisnya untuk Alexander Johnson. Dan saat memandang ke arah Adelia, wanita itu melayangkan tatapan tajam.
Adelia tidak pernah suka direndahkan orang lain. Apalagi hanya karena status sosial yang dijadikan tolak ukur. Maka dengan kesempatan baik malam ini, tiba-tiba ia bersikap sedikit manja pada Alexander Johnson.
Perlakuan Adelia yang seperti itu, tentu saja mendapat sambutan baik dari Alex. Laki-laki itu berpikir ini permulaan yang bagus untuk menjerat hati gadis itu.
“Apa ada yang membuatmu tak nyaman Sayang?” tanya Alex lembut.
Pertanyaan dengan nada lembut dari Alexander Johnson yang ditujukan kepada Adelia mengundang keterkejutan semua orang yang berada di sana. Termasuk wanita bergaun merah yang menatap lekat Adelia sejak masuk tadi.
Wanita yang tadinya menatap tajam Adelia pun meneguk ludah kasar. Ia merasa geram dengan kenyataan yang ada. Wanita itu sudah lama menyukai Putra William Johnson. Dan kali ini ia harus menyaksikan laki-laki pujaan hatinya memberi perhatian pada wanita lain.
Sial!!! Pikir wanita itu.
“Tidak apa-apa, bukan hal yang penting. S ... Aku baik-baik saja.” Jawab Adelia lembut dengan nada sedikit manja. Sesekali ia melirik pada wanita yang kini berada di seberang tempat duduknya.
“Katakan padaku bila ada yang membuatmu tak nyaman. Aku akan membereskannya.” Ucap Alex berbisik di telinga Adelia. Alex sengaja mengelus tangan Adelia yang masih memeluk erat lengannya.
Perlakuan Alex yang seperti itu, membuat para tamu terkesiap. Nyatanya perlakuan itu tak sesuai dengan kabar yang beredar di media cetak ataupun elektronik. Alexander Johnson yang ada saat ini begitu lembut dan perhatian pada wanita yang masih memeluk erat lengannya.
Bukan hanya tamu saja yang heran. Nyatanya Adelia lebih tidak menyangka bahwa Bos arrogan-nya akan bersikap seperti itu padanya. Saat Alex membisikkan sesuatu padanya, tiba-tiba saja membuat dirinya meremang. Hembusan nafas beraroma Mint itu begitu terasa menenangkan dan seperti tak asing baginya.
“Tentu Sayang.” Adelia meremas pelan lengan Alex.
Alexander Johnson menyunggingkan senyum di bibirnya dan itu sukses membuat para wanita yang berada satu meja dengannya menahan nafas. Pasalnya senyum itu adalah jenis senyum paling tampan dan memikat hati.
“Baiklah. Mari kita mulai makan malam ini sebelum membicarakan hal-hal yang membosankan.” Ucap Alex tegas.
Para pelayan mulai menghidangkan makanan pada masing-masing tamu dengan cekatan. Tak lupa untuk menunang anggur merah di masing-masing gelas berkaki tinggi.
Semua orang tampak menikmati sajian makan malam kali ini. Mereka begitu fokus dengan piring dan sesekali bercanda satu sama lain.
Tapi itu tidak berlaku di meja Alex dan Adelia. Suasana di meja itu terasa hening. Hanya dentingan dari pisau dan garpu sesekali terdengar.
“Kenapa kamu tidak makan Sayang? Apa kamu tidak suka makanannya?” Tanya Alex beruntun.
“Ah, tidak. Steak ini enak . Aku menyukainya.” Jawab Adelia.
Alex tidak bertanya lagi, melainkan mengambil alih piring Adelia dan memotong steak itu menjadi beberapa bagian kecil-kecil agar gadis itu mudah untuk memakannya.
Perlakuan Alex yang seperti itu membuat wanita bergaun putih yang bernama Stella Allison, geram.
“Ini,” Alex mengembalikan piring Adelia ke hadapannya dan laki-laki itu dengan sengaja menusuk satu potong daging dan menyuapkan ke mulut Adelia. “Enak bukan?” Ucap Alex dengan senyum manisnya.
Adelia menyunggingkan senyum setelah mengunyah dan menelan potongan daging yang ada di mulutnya. “Tentu saja. Apalagi ... kamu yang menyuapiku. Tentu rasanya menjadi lebih enak.” Ucap Adelia.
Adelia merasa aktingnya kali ini sangat bagus. Terbukti, Stella Allison semakin menatap tak suka padanya. Tapi yang tak Adelia tahu, ini menjadi awal bagus bagi Alexander Johnson untuk mendekatinya.
“Kalau kamu suka ... Aku bisa melakukannya setiap saat.” Bisik Alex lirih. Tanpa aba-aba Alex mengecup pelipis Adelia di hadapan para relasi bisnisnya.
Tubuh Adelia menegang. Bulu kuduknya tiba-tiba meremang setelah mendapat perlakuan Bos arrogan-nya yang tak tahu malu itu.
Sial!!!
Dia semakin seenaknya aja sama Gue!!!
“Tentu. Aku tidak akan segan untuk mengatakan kalau aku menginginkannya.” Ucap Adelia lugas.
Tidak cukup sampai di situ, Alex lagi-lagi melakukan hal-hal yang tak tahu malu. Laki-laki itu meraih tangan Adelia untuk melabuhkan kecupan bibir di sana.
Adelia tak ingin, tapi perlakuan yang didapatkan saat ini membuat sudut hatinya menghangat. Ada satu rasa yang tiba-tiba menyeruak. Alexander Johnson tahu bagaimana masuk melalui celah kecil di sana.
Selanjutnya keheningan kembali terjadi sampai mereka menyudahi acara makan malam itu.
Lalu mereka membicarakan tentang proyek baru yang akan melibatkan beberapa Perusahaan di New York . Para pimpinan beberapa Perusahaan yang hadir menyambut antusias dengan ide Brilliant yang disampaikan oleh Alex.
Mereka tentu tidak perlu meragukan keputusan dari Putra William Johnson tersebut. Nyatanya mereka sudah melihat beberapa berita yang memberitahukan bagaimana hebatnya laki-laki itu.
“Kamu mau ke mana?” tanya Alex saat melihat Adelia ingin beranjak.
Adelia memulas senyum di bibirnya. “Aku akan ke toilet.” Jawabnya lirih.
“Hati-hati.” Pesan Alex kemudian.
Entah mengapa pesan Alex yang sangat sepele barusan, membuat dadanya berdebar riuh. Getaran yang sama ia rasakan pada mantan kekasihnya dulu.
Sepuluh menit kemudian Adelia masuk ke ruangan itu dengan langkah tergesa-gesa. Ia kembali duduk di sebelah Alexander Johnson yang kini tampak berbincang dengan beberapa rekan bisnisnya.
Tangan kiri Alex tiba-tiba meraih tangan Adelia yang berada di bawah meja. Menggenggam lembut dan sesekali menggerakkan ibu jarinya untuk mengusap tangan Adelia. Dan laki-laki itu tetap santai berbicara dengan lawan bicaranya.
Suasana tiba-tiba menjadi sedikit riuh setelah Alex mengumumkan satu hal yang membuat mereka syok dan terkejut. Bukan hanya relasi bisnisnya yang terkejut, melainkan Adelia dan wanita bergaun merah yang tak lain adalah sahabat gadis itu. Jessy Allesya Swan.
“Saya akan segera bertunangan dengan wanita di samping saya ini.”
Cerita ini akan menjadi update daily setelah My Destiny tamat.
Suasana tiba-tiba menjadi sedikit riuh setelah Alexander Johnson mengumumkan satu hal yang membuat mereka syok dan terkejut. Bukan hanya para tamu yang terkejut, melainkan Adelia dan wanita bergaun merah yang tak lain adalah sahabat gadis itu. Jessy Allesya Swan. “Saya akan segera bertunangan dengan wanita di samping saya ini.” Setelah mengucapkan hal itu Alexander Johnson mengulurkan tangan ke arah Adelia yang membeku di tempat duduknya. Memanfaatkan kesempatan itu, Alex dengan sigap berlutut di lantai meraih kedua tangan Adelia yang saling bertaut. Tentu saja adegan itu membuat para relasi bisnis Alex melongo. Karena memang ini adalah peristiwa yang benar-benar langka. “Bagaimana menurutmu Sayang?” tanya Alex lembut. Sial!!! Ini benar-benar seperti masuk dalam jebakan Umpat Adelia dalam hati. “Hm, tentu saja itu bagus.” Adelia melirik ke a
PEMIMPIN BARU JOHNSONS CORPORATION MENGUMUMKAN PERTUNANGANNYA SIAPA GADIS PINTAR YANG MAMPU MENAKLUKKAN ALEXANDER FELIX JOHNSON? APAKAH GADIS ITU SENGAJA MERAYU ALEXANDER JOHNSON? GADIS BERNAMA CARMEN ADELIA GIOVANNI ADALAH SEKRETARIS BARU DI JOHNSON CORPORATION APAKAH GADIS INI BERASAL DARI MASA LALU ATAU HANYA MENCARI KEUNTUNGAN DARI ALEXANDER JOHNSON ? SORE NANTI WILLIAM JOHNSON AKAN MENKONFIRMASI KEBENARAN BERITA TERSEBUT Di kamar Adelia ...
Warning 18+ “Ahhh .....?!” Suara Adelia yang berteriak kencang menggema di dalam kamar satu-satunya, yang berada di unit apartemennya. Dan itu mampu membuat telinga Alexander Johnson berdengung sakit. Meski begitu, laki-laki berusia tiga puluh satu tahun itu tak melonggarkan pelukannya barang sedikit saja. Yang terjadi Alex segera menyambar bibir mungil Adelia, untuk meredam teriakan itu menggema di dalam mulutnya saja. Alex merasakan hawa panas di sekitarnya ketika dirinya semakin liar menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Adelia, yang kini meronta di dalam dekapannya. Huh ... Huh ... Huh ... Adelia segera menghirup nafas dalam-dalam ketika Alex mengurai serangannya. Gadis itu mendorong dada Alex yang masih terpaku dengan gerakan dadanya yang naik turun dengan sensual menurutnya. Karena tak siap dengan pergerakan Adelia, tubuh Alex terdorong kencang dan jatuh dari tempa
“Felix ...” seru wanita paruh baya yang tak lain adalah Mommynya, Maria Johnson. Alex dan Adelia menoleh ke arah Maria yang tampak cantik dengan dress merah senada dengan yang Adelia kenakan. Adelia seketika dilanda kegugupan melihat betapa miripnya wajah Boss arogannya dengan wanita paruh baya itu. Alex menyunggingkan senyum manisnya yang mampu membuat Adelia terkejut dan melongo. ‘Astaga!!! Itu beneran Boss Gue?’ Alex mencium kedua pipi Maria dan memeluknya. Ia menoleh ke belakang ketika menyadari Adelia masih terpaku di tempatnya. “Baby,” Dengan isyarat mata, Alex meminta Adelia mendekat. Yang langsung dipahami oleh gadis itu. Adelia melangkah dengan penuh irama keanggunan seorang gadis yang memesona. Membuat Maria Johnson tersenyum menyambutnya. Adelia benar-benar seperti dirinya di masa lalu. Cantik dan memikat. ‘Pantas saja Felix terpikat. Benar-benar gadis yang memesona. Gumam Maria da
“Arrgghhh .... kenapa Gue nggak berpikir lebih jauh tentang semua ini!” Adelia tampak mondar-mandir di dalam kamar yang berada di dalam kamar, di unit apartemen yang diberikan Alexander Johnson padanya. Fasilitas yang berada di sana tak membuat Adelia merasa nyaman dan tenang. Peraturan yang secara langsung mengikat dirinya dengan Alexander Johnson, membuatnya seperti burung peliharaan yang harus mengikuti pemiliknya. “Harusnya Gue nggak mengiyakan ajakan makan malam itu kalau hasilnya seperti ini!!!” Adelia mendengus kesal mengingat perlakuan Alex yang berlebihan. Dua orang pengawal perempuan di depan unit, sopir perempuan, dan seorang pekerja yang akan menyiapkan kebutuhan Adelia di unit itu membuatnya menjadi tak leluasa untuk melakukan rutinitasnya. Bukan hanya itu, pergerakannya pun menjadi terbatas “Belum apa-apa dia sudah seenaknya sama Gue, apalagi kalau sudah bertunangan?” Adelia menjatuhkan diri ke tempat tidur dengan mata yang terpe
Ajaib!!! Pernyataan bernada pertanyaan yang Adelia ucapkan mampu membuat Alexander Johnson terdiam. Lebih tepatnya membeku layaknya patung yang tak bernyawa. Adelia menggigit bibir bawahnya menyadari kebodohan fatal yang baru saja ia lakukan. ‘Bagaimana jika Alex mewujudkan ucapannya barusan? Apa yang akan terjadi di kehidupan Adelia setelah menikah?’ Pertanyaan di benak Adelia seakan mematikan seluruh peredaran darah di tubuhnya. Karena banyak kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Termasuk pernikahan yang akan langsung dikabulkan oleh Alexander Johnson. Mendapati Alex yang masih membeku, Adelia berniat untuk pergi dari ruangan itu. Namun sensor dari kedua mata biru Alex seakan lebih peka terhadap setiap gerakan yang Adelia lakukan. Sreet ... Alex menarik tangan Adelia dengan cepat ketika gadis itu ingin menghindar. Dan hasilnya gadis itu jatuh ke dalam rengkuhannya. “K-k
Adelia merasakan dadanya berdetak kencang mendengar ucapan Alex yang tegas dan penuh kesungguhan. Rasa itu menyeruak, memenuhi beberapa sudut hatinya. Di dalam dekapan hangat Alex, Adelia menyunggingkan senyum manis miliknya. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada siapa pun sejak kejadian itu. “Aku akan segera memberitahu Mommy dan Daddy agar semuanya cepat diselesaikan, Baby. Dan kamu tidak perlu melakukan apa-apa,” ucap Alex tegas. “K-kamu berlebihan Felix!” sungut Adelia mendengar ucapan Alex yang terkesan menggebu-gebu dan terburu-buru mengambil keputusan. “Berlebihan apa?” tanya Alex polos. Adelia mendengus dan mendongak ke arah Alex. “Kamu memerintah semua orang hanya untuk keinginanmu yang tak masuk akal itu.” “Tidak masuk akal bagaimana? Bukankah menikah itu wajar bagi laki-laki dan wanita?” “Masuk akal jika ada persiapan dan cinta di antara kedua calon pengantin. Kalau mendadak seperti ini orang akan
Adelia dengan wajah sembabnya berjalan gontai menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Gadis itu menumpahkan air mata karena berita yang belum pasti kebenarannya. Sebuah akun media gosip yang sedang hangat meliput skandal tentang orang-orang berpengaruh menuliskan berita yang cukup membuat Adelia meradang. Pasalnya orang yang diberitakan itu tidak ingin menyentuhnya sebelum pernikahan, ternyata memilih menyentuh wanita lain. Ketukan pintu atau lebih tepatnya gedoran pintu kamarnya sejak 2 jam yang lalu pun Adelia abaikan. Gadis itu ingin sendiri. Mencoba menenangkan gejolak amarahnya yang bisa meledak kapan saja. Adelia memilih mencuci mukanya setelah buang air kecil. Walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam, gadis itu tak bisa memejamkan mata. “Adelia!!! Buka pintunya, Baby!! Kamu harus mendengarkanku!!! Adelia!!!” Seruan atau teriakan Alexander Johnson di depan pintu kamar Adelia hampir tak ada jeda. Sebenarnya laki-laki itu bisa saja
“Apa kau yakin ini semua akurat?” “Tentu, Sir,” jawab pria di seberang sana dengan yakin. Bahkan Alexander tidak perlu bertanya dua kali untuk hal seperti itu.“Dan apa kau tahu di mana tempat tinggal Gabriel sekarang?” tanya Alexander penasaran. Karena sampai saat ini ia tidak berhasil menemukan keberadaan putranya.Terdengar helaan napas singkat di seberang sana. “Maaf Sir, saya tidak bisa mencari tahu. Semua akses tentang Gabriel Johnson telah dikunci. Pun dengan keberadaan Rebecca Annastasia.”Tangan Alexander mengepal hingga urat-uratnya menonjol. Emosi seketika mendominasi otak pintarnya yang menjadi bodoh karena merasa dikelabuhi oleh anak-anak muda nakal.“Tapi, saya bisa mencari tahu lewat akses orang tua Rebecca Annastasia jika Anda mengijinkan.”Mengingat siapa orang tua Becca saja membuat Alexander terus murka. Apalagi jika diingatkan bagaimana Gerald membuat kekacauan hingga nyaris membuat keluarganya berantakan. Ingat! Gara-gara ulah Gerald bukan hanya Adelia, tapi Jenn
Suasana meja makan di Keluarga Johnson tampak hening setelah Maria dan William duduk di tempatnya. Alexander yang sedari tadi lebih banyak diam pun hanya membalas tatapan Maria sebentar sebelum kembali berpura-pura fokus dengan sarapan di piringnya.“Besok kita akan pergi berlibur,” ucap Maria yang kemudian menatap satu per satu anggota keluarga di sana. “Kalian bisa berkemas mulai hari ini.”Christian dan Christopher mengangkat wajahnya sejenak hanya untuk memperhatikan atmosfer dingin, lalu berpaling ke arah sang nenek. Mereka tersenyum sebelum kembali kompak menundukkan wajah. Tak terkecuali Clara yang diam-diam hanya mengintip tanpa berani menyela seperti kebiasaannya.Namun berbeda dengan Alexander yang memang tak bisa menerima begitu saja. Putra satu-satunya William dan Maria itu menegakkan punggung untuk menatap kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat santai.“Kita tidak akan pergi tanpa Gabriel!” tolak Alexander tiba-tiba.Bukan Maria dan William saja yang terkejut, tapi
“Sungguh, aku sangat malu.” Kedua pipi Becca masih merona setelah William dan Maria meninggalkan ruang perawatan sejak satu jam yang lalu. Jelas, tuntutan yang terang-terangan ditujukan padanya menjadi tanggung jawab.Melihat tingkah sang istri Gabriel justru tersenyum geli. “Kemari.”Membawa langkahnya yang lesu, Becca segera mendekat. “Bagaimana nanti aku bertemu mereka lagi, Gabriel?”Dada Gabriel bergetar menahan tawa. Lalu, tangannya meraih pipi merona sang istri yang membuatnya sangat gemas. Ia tersenyum. “Kenapa mesti malu, hm? Mereka pernah muda, tentu saja hal seperti tadi sangat wajar.”“Tapi tetap saja aku malu,” kelit Becca masih tak mampu menjabarkan perasaannya sendiri. “Bagaimanapun juga kau masih sakit dan bisa-bisanya aku berbuat seperti tadi. Oh ….”Melihat kegusaran Becca, Gabriel mengabaikan tangannya yang cedera hanya untuk mencium bibir sang istri. Hal spontan itu tentu saja membuat Becca terkejut hingga kedua matanya membulat sempurna.“Daripada memikirkan hal
Jari-jari yang memiliki kuku panjang itu mengepal erat. Amarahnya sudah mendominasi hingga ia nyaris berbuat ceroboh.“Dasar jalang tak tahu malu!” desisnya tak suka. Masih memperhatikan aktivitas kedua orang di atas ranjang perawatan, pemilik nama Celine Addison mengambil kamera dan membidik beberapa foto.“Aku ingin tahu apa yang akan dilakukan Uncle Alexander mengetahui ini.”Seolah mendapat kemenangan, Celine menatap sinis wanita yang baru saja turun dari tubuh pria yang ia inginkan.“Tunggu pembalasanku!”**Bukan hanya Adelia yang pulang setelah memastikan Gabriel dan Becca baik-baik saja. Gerald yang melihat bagaimana pasangan muda dimabuk asmara itu bersama juga memutuskan untuk memberi mereka privasi.Pria yang saat ini telah tiba di halaman rumahnya langsung masuk dan mengabaikan sapaan para pelayan. Tentu saja mereka bingung, tapi tak berani bertanya.“Bagaimana keadaan menantu kita, Gerald?” tanya Lucia cemas karena sepulang dari rumah sakit Gerald belum mengatakan apa pun
“Belum puas memandangiku, hm?”Becca menggeleng. Bibirnya masih terasa kebas setelah Gabriel menciumnya dengan isapan dalam.“Sini.” Gabriel menepuk tempat di sampingnya yang masih muat untuk Becca berbaring, tapi hingga beberapa saat lamanya wanita yang telah ia nikahi itu masih tak bergeming. Hanya menatap tanpa berucap sepatah kata pun.Gabriel maklum. Pasti sang istri masih syok. Dan bukan Gabriel jika tak mampu membujuk.“Ayolah, Baby. Jika kau ingin aku sembuh, kau juga harus menemaniku tidur,” bujuk Gabriel yang sudah tak sabar untuk memeluk sang istri setelah beberapa hari ia harus tidur sendiri di apartemen mereka.“Kau membuatku takut,” ucap Becca lirih. Matanya kemudian terpejam demi menghalau butiran-butiran kristal yang telah menggenang.Gabriel tertegun.“Kau begini karena aku.” Lagi, Becca masih menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab Gabriel celaka. Jika saja ia tidak menolak untuk permintaan pria itu, maka kecelakaan ini tidak akan terjadi.“Kalau kau menyesal, s
Entah apa kalimat yang cukup untuk menggambarkan perasaan Becca saat ini. Belum kering air mata mengalir di pipinya, ia kembali dikejutkan oleh kabar dari sang ibu mertua.Becca syok hingga ponsel yang masih tersambung dengan Adelia jatuh ke lantai. Tenggorokannya seketika kering dan kedua kakinya gemetar.“Mama!” teriak Becca begitu kesadaran menghampirinya.Lucia yang kebetulan akan keluar dari kamar pun segera mencari sumber suara. Matanya membulat saat putri semata wayangnya sudah terduduk di lantai dengan tangisan yang tersendat.Buru-buru Lucia turun setelah memanggil Gerald yang tak lama kemudian menyusulnya keluar. Lucia segera mendekat dan memeluk Becca yang masih menangis.“Kenapa, Sayang?” tanya Lucia cemas. Namun sayangnya, Becca tak mampu menjawab. Wanita dengan wajah memerah dan basah karena air mata itu balas memeluk dan malah histeris.“Ada apa?” Gerald terkejut melihat keadaan putrinya, tapi ia mencoba tenang saat kedua wanita yang menempati posisi tertinggi di hatiny
Suasana di meja makan sangat hening. Hanya ada suara alat makan yang mengisi kesunyian di sana. Lucia dan Gerald yang tak ingin ikut campur pun segera beranjak begitu makanan di atas piring telah habis.“Jaga putri Daddy, Gabriel,” pesan Gerald sebelum ia benar-benar pergi dari ruangan itu.Tak ada sahutan dari bibir Gabriel yang masih mengunyah dan tampaknya Gerald pun tidak sedang menuntut balasan.Lima menit telah berlalu. Waktu terasa lambat bagi Becca yang baru saja menghabiskan bubur di dalam mangkoknya. Tanpa menoleh ke arah Gabriel yang juga selesai sarapan, Becca meneguk air putih di gelas miliknya. Hal itu tak luput dari lirikan mata Gabriel yang mengintai.“Masih tak mau bicara,” gumam Gabriel seraya menunggu. Ia ingin melihat seberapa lama wanita yang telah menjadi istrinya itu bertahan. Namun, prediksi Gabriel lagi-lagi salah. Buktinya, setelah air dalam gelas itu tandas, Becca hendak bangkit tanpa menoleh ke arah Gabriel.Dengan gerakan lincah Gabriel menahan tangan Bec
“Bagaimana hasilnya, Derick?” tanya seorang pria dengan tatapan tajam yang kini duduk di kursi kebesarannya. Rahang yang dipenuhi bulu halus itu terlihat mengeras hingga urat-uratnya menonjol.“Maaf Tuan, saya tidak menemukan petunjuk apa pun.”Brak!Meja tak bersalah itu digebrak dengan kencang hingga pria bernama Derick itu terlonjak kaget.“Apa kau bilang?” desis pria itu dingin.Derick meneguk ludahnya kasar. Ia tak mampu menatap mata pria yang telah beberapa tahun menjadi bosnya.“Kau tahu ... aku paling tidak suka mendengar kegagalan.”“Maaf Tuan. Ini semua benar-benar di luar kendali saya. Tuan tentunya sudah tahu kinerja Baron selama ini,” jawab Derick mencoba menjelaskan. Berharap setelah ini sang tuan bisa menerima. Brak!Lagi, meja bersalah itu menjadi pelampiasan pemilik nama Albert Dominic dalam menuntaskan amarahnya. Ia seketika bangkit dan menghampiri sang asisten dan langsung menarik kemeja pria itu hingga terdongak.BUGH!Satu pukulan tangan Albert melayang ke pipi D
Sesuai kata dokter, keesokan harinya Lucia sudah diperbolehkan pulang. Betapa bahagia wanita yang sejak beberapa menit lalu tak meredupkan senyumannya.Ya. Tepatnya setelah dokter mengatakan dirinya bisa pulang. Dengan begitu, ia bisa membawa putri satu-satunya itu pulang bersamanya.“Becca.”Wanita dengan rambut ikal sebahu itu menoleh. Ia tersenyum setelah memasukkan pakaian sang ibu ke dalam tas.“Ada apa, Ma?”Lucia tersenyum. “Kemarilah.”Mau tak mau pemilik nama Rebecca Annastasia itu mendekat. Mencoba mempertahankan senyuman di wajahnya.“Duduklah,” perintah Lucia dengan lembut.Becca menurut. Sejurus kemudian ia menggenggam tangan Lucia erat.“Ada yang ingin Mama katakan?” tanya Becca tanpa mengurai genggaman tangannya. Napas Lucia berembus pelan. “Apakah hubunganmu dengan Gabriel baik-baik saja?” Deg!Mendapat pertanyaan yang tak pernah Becca duga mampu membuat debaran dadanya bertalu. Lebih kencang daripada saat ia mendengar tawa wanita yang sudah tidur dengan suaminya sen