Share

Laras Mabuk

Author: Aililea (din din)
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bintang duduk di depan meja rias, memegang handuk kecil sambil mengusapnya lembut. Ditatapnya bayangan yang terpantul dari cermin, wajahnya semakin pucat karena akhir-akhir ini sering kambuh.

Hingga ingatan akan kejadian siang tadi melintas di kepala, yang membuat Bintang penasaran adalah tato yang dimiliki Langit.

“Kenapa dia menggambar tato berbentuk bintang di bahunya, sejak kapan?”

Bintang masih saja memikirkan hal itu, entah kenapa melihat tato itu pertama kali, membuatnya besar kepala dan menganggap Langit membuat itu untuk mengingat dirinya.

“Sadar, Bin! Kamu itu musuh untuknya sekarang! Kamu sudah melukai hatinya, bagaimana bisa dia melakukan itu untuk mengingatmu, yang ada dia ingin melupakanmu. Sadar! Jangan besar kepala!”

Bintang mencoba menepis pikiran anehnya. Dia tidak berharap banyak tentang pertemuannya dengan Langit. Bisa mendapatkan maaf dari pria itu saja sudah cukup, tidak ada yang Bintang inginkan lagi setelahnya.

**

Langit sudah berada di apartemennya, baru saja
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
semoga nanti langit nanya sama anta penyakit bintang itu apa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Apa Yang Terjadi

    Anta membaringkan Laras di kamarnya, memastikan gadis itu tertidur dengan nyaman, sebelum kemudian turun ke bawah di mana Langit menunggu di sana.“Kopi?” Anta menawari temannya itu.“Boleh, aku ingin tahu seenak apa rasa kopi yang disajikan di sini,” ujar Langit dengan senyum manisnya.Anta pun pergi ke belakang meja bartender, lantas menyalakan mesin pembuat kopi dan menunggu sebelum menyeduh kopi terenak yang ada di kafenya.Langit duduk sambil mengamati sekitar, kafe itu terlihat modern tapi ornamen dan desain kafe itu berbau klasik. Aroma kopi tercium di indra penciuman Langit, dia menoleh dan melihat Anta membawa dua cangkir kopi.“Bagaimana kabarmu?” tanya Anta sambil meletakkan dua cangkir kopi yang dibawanya di meja.“Hm … baik, seperti yang kamu lihat,” jawab Langit.Anta duduk berseberangan dengan Langit, menatap sahabatnya yang tiba-tiba menghilang delapan tahun lalu itu.“Kamu sudah kembali, kenapa tidak mencariku?” tanya Anta berbasa-basi.“Aku pikir nomermu ganti, juga

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Apa Kamu Masih Mencintaiku?

    Laras melongo mendengar pertanyaan Anta, apa yang tidak diingatnya. Dia benar-benar lupa, terakhir ingat dia pergi ke klub setelah Langit menolak cintanya, dia juga frustasi karena baru tahu kalau Anta pun menyukai dirinya, meski tidak tahu apakah sekarang masih sama karena keduanya terlibat perang dingin.Kini Laras benar-benar kebingungan, bagaimana caranya menghadapi Anta, padahal pria itu tidak melakukan apa-apa.“Apa yang terjadi? Kenapa aku di sini?” tanya Laras sambil mencengkram selimut erat.“Memangnya apa lagi? Kamu semalam mabuk di klub, aku membawamu pergi dari sana, karena tidak tahu tempat tinggalmu, ya aku bawa ke sini. Memangnya mau aku biarkan tidur di pinggir jalan.” Anta bicara begitu cepat agar Laras tidak menyela, lagi pula dia juga masih malas bicara dengan Laras. Jika bukan karena Langit pun, Anta tidak akan mau menampung Laras.“Lalu? Apa yang terjadi selanjutnya? Kenapa aku memakai kemeja kebesaran ini?” tanya Laras menyelidik karena benar-benar tidak tahu apa

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Hanya Angan

    Terkadang apa yang dibayangkan, tidak sesuai ekspektasi. Sebuah bayangan itu nyatanya hanya semu, menggoda jiwa-jiwa rapuh yang tanpa sadar mendamba tunas cintanya kembali di tumbuh dan bunganya mekar semerebak indah menghias hati. Semua impian itu terasa digempur hingga runtuh, saat sebuah suara memanggil dan membangunkannya dari mimpi.“El.” Bintang memanggil sambil menatap Langit yang berjongkok tapi diam dan memandangnya.Bintang sedikit kikuk karena pria itu tidak henti menatap, sedangkan Bintang tidak melakukan apa pun dan hanya berdiri di bawah payung karena terik matahari yang terasa menyengat kulit.Langit tersadar dari lamunan, tidak ada Bintang yang berjongkok di depannya dan mengusap keringatnya penuh perhatian. Tidak ada pertanyaan cinta yang tadi terlontar, kenyataannya Langit masih takut mengetahui jika Bintang tidak benar-benar mencintainya.“Apa susah?” tanya Bintang saat melihat Langit yang baru sadar dari lamunan.Langit menatap tangan yang memegang kunci untuk memb

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bukan Benci

    “Kenapa melamun?”Suara juga tepukan di pundak itu membuat Langit terkejut. Dia sedang duduk di taman samping rumah, lantas menoleh dan melihat kakak angkatnya tersenyum lebar, sebelum kemudian ikut duduk di sana.“Ga ada yang melamun, hanya sedang berpikir,” kata Langit sambil memasukkan saputangan milik Bintang yang sejak tadi dipandangnya.“Berpikir, sampai ada orang yang datang dan berdiri lama di belakangmu saja kamu tidak sadar,” sindir Cheryl.Cheryl berdiri lama di belakang Langit sangat lama, memperhatikan gerak-gerik adiknya itu yang diam sambil menatap saputangan, tapi pria itu tampaknya begitu larut dalam lamunan, sampai tidak menyadari keberadaannya.Langit sendiri sedang memikirkan Bintang, sejak banyak memiliki petunjuk tentang gadis itu, membuat Langit tidak bisa berhenti memikirkannya.Benci, memang dia benci di saat Bintang mengakhiri hubungan mereka. Namun, bukan benci kepada gadis itu, dia benci kepada keputusan yang membuat Bintang jauh darinya.“Lagi mikirin apa?

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Memancing

    Bintang mengerutkan alis mendengar ucapan resepsionis, hingga meletakkan gagang telepon kemudian memilih keluar dari ruangannya. Begitu sampai di lobi, Bintang langsung pergi ke meja resepsionis. “Kenapa kamu memintaku langsung turun? Bukankah aku sudah bilang tidak akan menerima buket bunga lagi jika tidak ada kartu nama pengirimnya,” ucap Bintang begitu berada di depan meja resepsionis. “Bukan gitu, Bu. Tapi itu.” Resepsionis menunjuk ke arah ruang tunggu di lobi. Bintang menoleh dan melihat seseorang menunggu di sana, tapi dia tidak melihat jelas siapa pria itu karena terhalang pot tanaman. “Apa dia yang biasa mengirim bunga?” tanya Bintang ke resepsionis. “Bukan,” jawab resepsionis, “tapi dia datang membawa bunga dan berkata ingin bertemu dengan Anda.” Bintang mengangguk-angguk pelan tanda paham lantas berterima kasih dan berjalan menuju ke ruang tunggu lobi. Dia terus memperhatikan siapa pria yang kini sedang duduk sambil menyilangkan kaki. Hingga langkah terhenti saat meli

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Kecemburuan

    “Hai, Honey. Kamu tidak merindukanku? Kenapa lama tidak menghubungiku?” Suara Stevani terdengar dari seberang menggunakan bahasa Inggris.Bintang mendengar suara Stevani, membuatnya memilih memalingkan wajah dan menatap keluar jendela, seolah tidak ingin mendengar yang dibicarakan Langit dan wanita di seberang panggilan.“Sorry, aku sedang di Indonesia. Jika pulang ke sana, aku pasti akan menemuimu,” ucap Langit."Pulang, apa dia menganggap sedang bermain di sini, lalu akan negara lain sebagai tempatnya pulang," batin Bintang ketika mendengar ucapan Langit.“Aku sangat, sangat, sangat merindukanmu. Terlebih kegiatan panas kita, jadi aku tunggu kepulanganmu,” ucap Stevani lagi dari seberang panggilan.Bintang bisa mendengar suara Stevani. Dia langsung tersedak mendengar Stevani mengatakan kata ‘kegiatan panas’, tampaknya Bintang paham arti kata itu.Langit langsung menoleh mendengar suara Bintang terbatuk, hingga kembali fokus di jalan.“Siapa itu, El? Aku mendengar suara wanita. Apa k

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Masih Memikirkan

    Setelah pertemuannya dengan Cheryl, Bintang tidak bisa berhenti memikirkan tentang Langit. Rasa bersalah itu semakin menggung. Langit yang dikenalnya sangat baik, sopan, dan selalu menghargai siapapun, kini berubah karena dirinya.Bintang menatap nomor Langit. Pria itu siang tadi sempat melakukan panggilan tak terjawab agar Bintang bisa menyimpan nomornya. Jelas mereka tidak banyak bicara, meski mereka sendiri masih memiliki ketertarikan satu sama lain.“El. Apa ini semua salahku?” Bintang masih memandang ponsel sambil memeluk guling. Dia benar-benar tidak bisa membiarkan saja apa yang didengar.Bintang pun menghela napas kasar, kemudian meletakkan ponsel di samping bantal. Dia membaringkan tubuh dan memandang langit-langit kamar.“Andai aku bisa memutar waktu, serta lebih jujur kepadamu. Mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi, dan kamu masih menjadi Langit yang aku kenal.”Hari berikutnya. Bintang bekerja seperti biasa, meskipun seharian tidak terlalu fokus karena pikiran-pikira

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Luka Dijadikan Alasan

    Gerakan Langit lebih cepat meski tindakan itu dilakukan secara impulsif. Langit menangkap ujung pisau menggunakan telapak tangan, membuat pisau itu menggores telapak tangannya.Tetes darah mulai jatuh hingga memberi warna di aspal hitam. Bintang menutup bibir dengan kedua telapak tangan saat melihat tangan Langit terluka.Seketika Langit pun memukul pria yang hampir menusuknya, membuat pria itu mundur, hingga akhirnya mereka kabur karena kalah.Pisau masih ada di genggaman Langit, pria itu pun kemudian membuang ke aspal, melihat luka yang tergores di telapak tangan dan darah yang mengalir dari sana, meski tidak begitu banyak.Bintang kebingungan, mengambil saputangan yang ada di tas dan langsung meraih tangan Langit. Dia buru-buru membungkus luka di tangan Langit dengan saputangan, agar darah tidak semakin mengalir keluar.Langit terkejut melihat Bintang yang tiba-tiba meraih tangannya, hingga menatap gadis yang masih dicintainya itu terlihat begitu cemas.“Bagaimana ini? Kamu terluka

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 5~Akhir

    Langit dan yang lain hari itu menunggu cemas di depan ruang operasi. Hari ini Bintang menjalani operasi cesar sesuai dengan yang dijadwalkan dokter, setelah melakukan beberapa tes dan memastikan kondisi Bintang siap untuk melahirkan. “Duduklah, El. Operasinya pasti berjalan lancar,” kata Joya yang pusing melihat putranya mondar-mandir tidak jelas sejak tadi. Annetha, Arlan, Kenzo, juga Sashi juga menatap Langit yang tidak bisa tenang. “Mana bisa tenang, Mi.” Langit sangat mengkhawatirkan kondisi Bintang. Meski Bintang dalam kondisi sehat, tapi tetap saja Langit cemas. Joya membuang napas kasar, berdiri lantas menarik tangan Langit dan mengajaknya duduk bersaam. “Yang perlu kita lakukan sekarang itu doa, El. Bukan mondar-mandir yang bikin pusing!” sembur Joya sambil menahan Langit agar tidak mondar-mandir lagi. Langit menatap Joya sendu, kecemasan terlihat jelas dari tatapan mata pria itu. “Kita banyak doa saja, El. Semoga semuanya lancar. Kamu dengar sendiri kata dokter, selama

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 4

    “Benarkah? Ya Tuhan, mami benar-benar bersyukur dan bahagia.”Annetha langsung memeluk Bintang mengetahui jika putrinya hamil. Dulu memang takut, tapi Annetha pun memilih pasrah seperti putrinya, agar mendapatkan jalan yang terbaik.Bintang dan Langit pergi ke rumah Annetha setelah dokter mengizinkan Bintang pulang, setelah memastikan kondisi Bintang membaik. Keduanya sengaja datang ke sana karena ingin menyampaikan kabar kehamilan Bintang, meski Bintang sendiri tidak yakin jika sang papi akan menerimanya. Namun, yang jelas Bintang tidak ingin kejadian dulu terulang.“Mami tidak marah?” tanya Bintang dengan ekspresi takut di wajah pucatnya.Annetha melepas pelukan, lantas menatap Bintang sambil menangkup kedua pipi putrinya itu.“Tentu saja tidak, kenapa mami harus marah? Mami malah sangat bahagia akhirnya keinginanmu terkabul,” ucap Annetha penuh rasa syukur.Sashi berada di pangkuan Langit, mendengarkan percakapan antara orang tua, apalagi Bintang menangis dalam pelukan Annetha.“Mo

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 3

    Sashi duduk di bangku depan gedung sekolah, menunggu Bintang yang tidak kunjung datang. “Apa Mommy lupa?” Sashi menghela napas kasar sampai kedua pundak naik-turun. Guru Sashi sudah menghubungi Bintang, tapi tidak ada jawaban karena tas Bintang tertinggal di klinik beserta ponselnya, membuat Sashi akhirnya menunggu karena yakin jika Bintang akan menjemputnya. Sashi masih setia di sana. Duduk sambil mengayunkan kedua kaki maju mundur. Hingga seorang anak laki-laki menghampirinya. “Kamu belum dijemput?” Sashi mendongak, menatap anak laki-laki kakak kelasnya yang duduk di kelas enam. “Iya, Mommy belum jemput,” jawab Sashi masih memandang anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu mengedarkan pandangan, kemudian ikut duduk di samping Sashi. “Mamaku juga belum jemput, sepertinya jemput kedua adikku yang les lebih dulu,” ucap anak laki-laki itu sambil mengedarkan pandangannya. Sashi mengangguk-angguk mendengar ucapan anak laki-laki itu, tidak buruk duduk bersama menunggu jemputan masing

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 2

    Langit berlarian menuju ke klinik untuk melihat kondisi Bintang, sesampainya di klinik melihat Bintang yang terbaring dengan wajah pucat dan lemas meski sudah sadar.“Bin.” Langit mendekat dan langsung membelai wajah istrinya itu.“Bagaimana kondisinya?” tanya Langit ke dokter jaga di klinik karena Bintang terlihat masih meringis menahan sakit.“Tekanan darahnya sangat rendah, kemungkinan kelelahan. Tapi untuk mengetahui kondisi pasti penyebabnya, mungkin bisa dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lepngkap, Pak.” Dokter klinik hanya mengecek kondisi Bintang berdasarkan keluhan saja.Langit tidak banyak bicara. Dia pun meraup tubuh Bintang ke gendongan dan membawa keluar dari klinik. Kondisi Bintang yang tidak biasa, tentu saja membuat Langit cemas. Dia harus membawa Bintang ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh.“El, ada apa?” Joya dan Kenzo yang kebetulan baru saja keluar lift di lobi, terkejut melihat Langit menggendong Bintang.“Kondisi Bintang buruk, Mi. Aku mau

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 1

    Dua tahun kemudian. “Mommy! Daddy! Sashi telat sekolah!” Suara melengking dari luar kamar terdengar sampai dalam. Bintang dan Langit yang masih tidur pulas pun terkejut karena suara Sashi juga ketukan pintu beberapa kali. Bintang terduduk dengan mata masih tertutup. Dia pun mengucek mata, mencoba membuka kelopak mata lebar agar bisa melihat jarum jam di dinding. “Ya Tuhan!” Bintang sangat terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. “El, bangun! Kita kesiangan!” Bintang memukul lengan suaminya, meminta agar Langit segera bangun. Biasanya jam segini Bintang sudah bangun memasak dan menyiapkan perlengkapan sekolah Sashi, tapi pagi ini dia malah kesiangan bangun. Ini semua gara-gara suaminya yang mengajak begadang semalaman. Meminta jatah tidak ada habisnya, membuat Bintang kelelahan luar biasa, lantas terbangun kesiangan. “Bentar, Bin. Lima menit lagi.” Langit malah menarik selimut masih sambil memejamkan mata. Enggan bangun karena masih sangat mengantuk. “El, Sashi

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   S2 : Happy Ending

    Bintang melipat kedua tangan di depan dada, menatap suaminya yang baru saja selesai menjalani operasi kecil dan menatap dengan ekspresi wajah kesal. Langit melirik Aldo, dalam tatapan matanya seolah ingin melempar kalimat ‘Aku akan memotong gajimu, lihat saja dasar pengkhianat!’, sungguh Langit tidak menyangka saat keluar dari ruang operasi langsung melihat Bintang. “Tidak usah melirik Aldo, urusanmu denganku, El!” Bintang tahu ke mana arah pandangan suaminya, hingga langsung menegur pria itu. Langit menatap Bintang, terlihat bersalah dan takut melihat tatapan istrinya itu. “Keluarlah, Al. Tenang saja, aku yang akan menjamin karirmu,” ucap Bintang memberikan jaminan ke sekretaris suaminya, sebab dia memaksa Aldo untuk bicara jujur. “Baik, Bu.” Aldo pun secepat kilat kabur dari ruangan itu, tidak ingin terlibat masalah antar suami-istri yang sudah menciptakan ketegangan sejak beberapa menit lalu. Langit benar-benar tak berkutik, diam karena merasa salah. Dia melihat Bintang menar

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   S2 : Ketahuan

    “Saya masih tidak habis pikir dengan Anda, Pak.”Aldo menatap Langit dengan rasa heran. Otak cerdasnya mendadak tidak bisa menangkap maksud dari apa yang sedang dilakukan bosnya.“Kamu tidak perlu berpikir apa pun,” balas Langit santai.Aldo ingin membalas ucapan Langit, tapi atasannya kembali bicara.“Pokoknya kalau istriku menghubungi, jangan dijawab!” titah Langit yang memang baru saja berganti pakaian.Tepat saat mengatakan itu, ponsel Langit yang dibawa Aldo bergetar karena memang dibuat mode silent, hanya bergetar saat ada panggilan atau pesan.Aldo melirik dan melihat nama Bintang terpampang di layar. Langit tidak menyadari kalau ponselnya berdering. Dia sedang mengikat tali baju khusus yang diberikan perawat, sebelum perawat memasang infus.“Bagaimana kalau terus menghubungi?” tanya Aldo sambil menggeser tombol hijau di ponsel Langit. Dia memegang ponsel Langit di samping tubuh, posisi layar menghadap ke belakang, sehingga Langit tidak menyadari jika ada panggilan masuk.“Ya,

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   S2 : Hadiah Untuk Sashi

    Sudah dua minggu semenjak Bintang berbaikan dengan Arlan. Bahkan Bintang sekarang sering mengajak Sashi ke rumah orang tuanya atas permintaan Annetha.Seperti hari itu. Bintang pergi ke rumah Arlan sebab sang papi bilang sedang ambil cuti karena kondisinya yang kurang sehat, sehingga Bintang tanpa pikir panjang memilih langsung datang untuk melihat kondisi Arlan.“Sudah diperiksa dan minum obat?” tanya Bintang begitu bertemu dengan Arlan yang sedang duduk di ruang keluarga bersama Annetha.Annetha dan Arlan pun terkejut karena Bintang tampak begitu panik.“Papi tidak kenapa-napa, hanya kecapean hingga membuat kondisi tubuh papi sedikit drop,” jawab Arlan sambil mengulas senyum.Tatapan pria itu tertuju ke Sashi yang berdiri di samping Bintang, lantas mengulurkan tangan sebagai isyarat agar gadis kecil itu mendekat.“Opa punya hadiah untukmu,” kata Arlan yang kemudian berdiri.Sashi mendongak menoleh Bintang, sedangkan Bintang langsung mengangguk melihat Sashi yang seolah meminta perse

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   S2 : Ultimatum

    Langit menarik napas dalam-dalam, lantas mengembuskan perlahan tanpa suara. Dia duduk sambil meremas kedua lutut, sedikit menunduk menurunkan pandangan agar tidak dikira sedang menantang.Arlan sendiri menatap Langit, mengajak pria itu bicara di ruang kerja tapi sudah duduk selama hampir lima belas menit belum berkata sepatah kata pun. Tatapan matanya pun membuat lawan bicaranya hanya diam menunduk.Arlan menghela napas kasar, hingga kemudian akhirnya bicara.“Aku memang memberi restu lagi, tapi bukan berarti akan menerima atau melupakan kejadian sebelumnya dengan mudah. Apa yang aku lakukan semata-mata hanya untuk Bintang. Bagiku dia yang akan jadi prioritas utamaku, memang aku ingin memisahkan kalian, tapi karena itu akan menyakiti hati putriku, membuatku memilih mengalah dengan keputusannya.”Arlan bicara dengan suara yang tidak terlalu lantang, tapi terkesan begitu menekan.Langit sendiri tidak membalas ucapan Arlan, hanya mengangkat wajah dan menatap pria itu yang sedang bicara a

DMCA.com Protection Status