"Ale apa yang terjadi?" Alicia segera mendekatinya, membantunya membersihkan serpihan kaca yang mengenai tangannya."Pergilah!" sentaknya menolak bantuan dari sang kekasih."Mom, biarkan aku sendiri. Tolong sekali ini saja," pintanya setengah memohon pada wanita yang telah melahirkannya itu."Baiklah! Alicia ayo kita keluar!" Senora Paquita meraih tangan Alicia dan mendorongnya keluar dari ruang kerja putranya."Bibi tidak bisa seperti ini! Ale membutuhkan diriku!" Alicia setengah berteriak memprotes tindakan ibu dari kekasihnya itu."Ale tidak membutuhkanmu! Tidak membutuhkan wanita manapun! Dia bisa berdiri sendiri dan mengatasi masalahnya sendiri! Kau dan juga kekasih-kekasihnya lain tidak penting apakah ada atau tidak ada baginya! Kau mengerti!" Senora Paquita menatap tajam wanita cantik yang telah dikencani putranya hampir selama enam tahun ini.Tanpa menunggu reaksi Alicia, Senora Paquita meninggalkannya. Alicia hanya bisa menahan amarah dan emosinya. Selama hampir enam tahun hid
"Bagaimana Ale?" Lorenzo Ortis menatap Ale sembari mengguncang gelas berkaki di tangannya dengan santai."Tawaran anda cukup menarik Senor," sahut Ale, tersenyum tipis.Dahulu dia selalu merasa gugup setiap bertemu dengan pemilik klub di mana dia bermain semenjak beberapa tahun lalu itu. Namun sekarang dia merasa biasa saja meski tak mengurangi rasa segan dan hormatnya pada pria tua itu."Aku tahu, Andrea pun menawari hal yang sama. Aku rasa kau menyadari nilai dirimu sendiri saat ini Ale." Lorenzo menatapnya lekat-lekat."Anda berlebihan Senor. Saya tetaplah saya yang dahulu, tidak banyak yang berubah selain bertambah tua." Ale tersenyum tipis.Dia tidak sedang merendahkan diri atau berbasa-basi. Kenyataannya dia sekarang sudah mendekati usia di mana bintang-bintang lapangan hijau yang lain satu persatu memilih untuk pensiun."Namun kau masih memiliki daya saing yang tinggi sekalipun dengan talenta-talenta muda yang bermunculan. Justru pengalaman dan kematanganmu sangat dibutuhkan set
"Kemana dia?" Ale bergumam sembari menatap ke sekeliling rest room."Apa masih di dalam?" bisiknya pelan seraya melayangkan tatapannya pada pintu yang tertutup rapat.Tiba-tiba saja pintu terbuka dan seorang wanita keluar dari ruangan yang memang dikhususkan untuk para wanita."Ale, kenapa kau ada di sini?" Alena menatapnya bingung."Aku...." Ale menjawab terbata-bata dan menggaruk kepalanya."Ah, sudahlah ayo kembali ke mejamu. Jangan membuat Senorita Daniela tidak nyaman dengan sikapmu." Alena menggandeng dan menyeretnya meninggalkan lorong rest room."Eh setan kecil!" Ale memprotes tindakan sahabat sekaligus asisten pribadinya itu.Alena tidak mempedulikan protesnya dan terus membawanya kembali ke restauran. Ale dengan enggan mengikutinya, sekilas dilihatnya Sasmaya keluar dari ruangan yang sama di mana Alena tadi berada.Wanita itu berjalan di belakang mereka. Ale tidak bisa berbuat apapun, apalagi setelah ada seorang wanita yang menyala dan mengajak Sasmaya mengobrol sebentar.Ale
"Apa maksudmu Ale? Aku tidak mengerti." Alena menjawab dengan tenang."Aku tidak terlibat langsung dalam proses pencarian donor. Semua diproses oleh pihak rumah sakit dan bank, aku hanya memastikan semuanya sesuai dengan keinginanmu. Hanya itu!" lanjutnya dengan tegas."Kau yakin?" Ale kembali bertanya dan menatapnya tajam.Alena mengangguk mantap. Ale memicingkan matanya, menatapnya cukup lama."Baiklah! Atur saja seperti yang aku ucapkan tadi. Kau tidak perlu berhubungan dengan Sasmaya, hanya pastikan saja Alicia tidak mengetahuinya." Ale melepaskan kemejanya dan berjalan menuju tempat tidur."Baiklah! Aku rasa kau harus beristirahat. Selamat malam Ale!" Alena menatapnya sekilas dan meninggalkan kamarnya.Ale mendesah pelan dan mengambil smartphone-nya dari saku celananya. Menyentuh fitur penghantar pesan. Tidak ada pesan yang masuk sekalipun itu dari Alicia."Sudah lama sebenarnya dia tidak peduli padaku ataupun anak-anak. Mungkin karena dia sudah tidak lagi membutuhkanku," gumamnya
"Buenos días Senor!" Daniela menyambutnya dengan ramah saat Ale dan Alena tiba di kantornya.Gadis itu mengajak mereka ke ruang pribadinya. Di sana sudah menunggu beberapa petinggi klub lainnya."Ale, ini sungguh berat harus melepaskanmu!" Enrique Morales, direktur sport klub merangkulnya begitu dia memasuki ruangan."Hei, setiap bintang memiliki masanya, dan masaku sudah habis. Pasti akan muncul lagi bintang-bintang baru di klub ini." Ale tertawa dan menepuk bahu pria itu dengan akrab."Alejandro Castillo? Saya rasa akan ada saatnya dia menjadi bintang lapangan hijau. Bakatnya sungguh luar biasa, sejujurnya saya tertarik dengan semua bakat yang dimilikinya tetapi kita lihat saja nanti bagaimana tanggapan Andrea." Ale sekali lagi teringat ucapan Sasmaya saat awak media bertanya padanya mengenai dirinya."Setiap bintang memiliki masanya, tidak perlu khawatir akan meredup karena hadirnya bintang dan bakat baru. Semua akan berjalan sesuai role-nya, patah tumbuh hilang berganti." Kembali t
"Kenapa kau mengiraku seperti itu? Apa karena Andrea? Lagipula kau ini aneh, aku mengidolakan pemain sepakbola karena bakat dan skillnya bukan karena kehidupannya," ucap Sasmaya cukup panjang."Mungkin sebagian karena Andrea dan lingkungan pergaulan sosialmu, jadi aku pun menganggap kau tidak jauh berbeda dengan mereka." Ale mengangkat satu kakinya dan duduk dengan santai merangkul bahu wanita itu.Perbincangan mereka terjeda karena beberapa pelayan datang dengan membawakan minuman dan makanan untuk mereka. Ale dan Sasmaya terdiam hingga para pelayan selesai menyajikan hidangan di atas meja di hadapan mereka."Aku bukan seorang artis atau selebriti, aku hanya orang biasa. Rasanya aku tidak cocok hidup seperti itu Ale." Sasmaya meraih gelas berisi Horchata dan menyesapnya pelan."Ehm, horchata! Sudah lama aku tidak menikmati ini hingga hampir lupa rasanya." Sasmaya menatap gelas di tangannya."Kau menyukainya?" Ale tersenyum dan juga mengambil gelas horchata-nya."Iya, rasanya unik dan
@Alicia[Alena][Di mana Ale?][Pesanku tidak dibaca apalagi dibalasnya][Panggilan telepon pun tidak aktif]Pesan dari Alicia membuat sakit kepala wanita berkacamata itu. Sedari pagi Alicia menerornya dengan pesan-pesan yang menanyakan keberadaan Ale.@Alena[Senora][Senor sedang mengadakan pertemuan dengan Fernando Ortis dan Enrique Morales]Balasnya dengan cekatan. Dia tidak ingin membuat wanita itu makin meradang.@Alicia[Kau tidak sedang menutupi sesuatu bukan?]@Alena[Tentu saja tidak, Senora][Anda tidak perlu khawatir]@Alicia[Bagaimana dengan fotonya bersama Daniela Ortis?]@Alena[Itu hanya kebetulan][Mereka tengah membicarakan kelanjutan karir Ale di klub]@Alicia[Baiklah!][Untuk saat ini aku mempercayaimu][Bagaimana dengan acara lusa?][Aku baru bisa kembali ke Madrid besok sore]@Alena[Tidak masalah Senora]@Alicia[Oke][Alena!][Ingat baik-baik jika aku menemukan Ale bersama wanita lain][Kau pun tidak akan lolos dariku]@Alena[Terserah anda saja Senora]Alena
"Takut?" Ale menatap Sasmaya yang terlihat ragu saat balon udara mulai bergerak perlahan."Tidak hanya sedikit gugup. Ini pertama kalinya aku naik balon udara,"sahut Sasmaya sembari merapatkan tubuhnya pada Ale."Jangan khawatir. Ini salah satu Opera balon udara terbaik di Spanyol. Leandro dan Alena sudah memastikannya dan kami sering menggunakan jasa mereka saat berkunjung ke Toledo." Ale merengkuh bahunya dan menenangkannya."Senor, sepertinya ada perubahan arah angin." Pilot balon udara melaporkan pada Ale."Tidak mempengaruhi kondisi balon udara bukan?" Ale bertanya dan menatap sekeliling."Tidak Senor, hanya perubahan rute saja," sahut sang pilot hati-hati."Biasanya tur dimulai dari arah sungai Tagus kemudian berkeliling Toledo." Ale menjelaskan pada Sasmaya."Sekarang kita memulai dari isatana Alcazar Senora," sambung sang pilot sembari menunjuk bangunan yang berdiri di bukit tertinggi Toledo dan terletak di pinggiran kota."Alcazar," gumam Sasmaya sembari matanya mengikuti arah