Attar sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Pria itu merapikan barang-barang miliknya ke dalam tas. Attar memandang ponselnya yang berdering di atas meja kerjanya.
"Bang Andi," ucap Attar yang membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Attar menggeser icon berwarna hijau ke atas dan menempelkan benda pipih itu di daun telinganya.
“Halo dek, Ferdi kamu belikan mobil ya," ucap Andi yang berbicara dengan nada suara yang begitu amat keras.
Attar yang tadi meletakkan ponsel di daun telinganya, dengan cepat menjauhkan ponsel itu.
“Hallo dek,” ucap Andi kembali memanggil adiknya karena tidak ada jawaban.
“Iya Bang, tolong ngomongnya jangan terlalu keras. Sakit telinga aku bang,” ucap Attar.
“Kamu belikan Ferdi mobil,” tanya Andi yang sudah mengecilkan volume suaranya.
“Iya, baguskan mobil yang aku belika
“Selamat sore pak Attar, selamat sore ibu Alisa,” ucap dokter Diana yang tersenyum ketika melihat Attar dan juga istrinya yang sudah masuk ke dalam ruang prakteknya.“Sore dok,” ucap Alisa yang menyalami tangan dokter Diana.“Bagaimana kabarnya calon mama, apa ada yang ingin ditanyakan dengan kehamilannya?" ucap dokter Diana tersenyum ramah.“Yang ingin saya tanyakan sama seperti yang kemarin dok, pinggang Isa sakit di bagian tulang belakang, terus juga ini sudah masuk empat bulan, tapi nggak ada gerak,” ucap Alisa yang menceritakan keadaan kehamilannya.Dokter Diana tersenyum ketika mendengar apa yang dijelaskan oleh Alisa. “Bila pinggang sakit itu wajar, namanya juga dalam sedang hamil seperti ini, dan nanti bila sudah ada anaknya, sakit pinggang itu akan hilang dengan sendirinya. Untuk mengetahui bagaimana kondisi anak, sebaiknya
“Jalannya nggak usah terburu-buru sayang," ucap Attar. Pria itu memegang tangan istrinya ketika memasuki bandara.“Isa sudah nggak sabar by," ucap Alisa yang tersenyum.“Tiba giliran jalan-jalan nggak sabaran kayak gini ya,” ucap Attar yang begitu sangat mengenali kebiasaan istrinya yang selalu ingin cepat bila mereka akan melakukan perjalanan seperti ini.Alisa tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. “Isa nggak pernah ke Pekanbaru by, Isa juga sangat jarang jalan-jalan. bisa dibilang Isa nggak pernah jalan-jalan terkecuali kemarin yang ke Bali,” ucapnya.“Besok kalau anak kita sudah bisa dibawa jalan-jalan, hubby akan bawa ke luar negeri,” ucapnya memberi janji. Atar tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya.“Hubby janji ya," ucap Alisa yang tersenyum dengan sangat manisnya dan men
“Apa di sini rumah makannya,” tanya Alisa ketika mobil mereka berhenti di parkiran rumah makan yang memiliki konsep alam.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Alisa memperhatikan rumah makan itu dari dalam mobil, selama ini suaminya belum pernah membawanya ke rumah makan seperti ini, rumah makan yang memiliki dinding kayu, dan juga atap dari daun. Rumah makan itu begitu sangat ramai. Di jam makan siang seperti ini, parkiran mobil terlihat penuh dengan mobil yang tersusun di parkiran rumah makan tersebut. Rumah makan yang memiliki nuansa alam dengan banyaknya pepohonan, membuat rumah makan itu terasa sejuk dan nyaman.“Ayo turun,” ucap Attar.Alisa menganggukkan kepalanya dan membuka pintu mobil yang ada di sampingnya.Attar keluar dari dalam mobil dan tersenyum memandang dua orang wanita yang memakai baju dinas Pemda
Alisa memandang menu yang saat ini ada di atas meja.“Ini namanya asam pedas ikan baung,” ucap Attar yang memandang istrinya dan menunjukkan piring berwarna putih, yang yang berisi ikan baung yang berukuran besar.Alisa tersenyum ketika mendengar ucapan suaminya, “Isa pengen coba,” ucapnya.“Harus dicoba, kalau nggak dicoba nggak terasa di Pekanbaru,” ucap Andi.Alisa tersenyum ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Abang iparnya.Attar memasukkan ikan ke dalam piring istrinya. “Mau yang mana lagi sayang,” ucapnya.“Udang by,” ucap Alisa yang memandang udang goreng yang ada di dalam piring dengan ukuran yang cukup besar.Attar memasukkan udang ke dalam piring istrinya.“Kalau ayam goreng? Rasa daging ayamnya gurih dan juga enak dan tidak
“Kita langsung pulang ya,” ucap Attar ketika mereka selesai makan bersama.“Iya, Abang pengen istirahat dulu,” ucap Andi.“Aku juga mau ke sekolah lagi Bang,” ucap Yanti.“Aku juga mau ke kantor,” ucap Fitri yang menjadi pegawai di kantor gubernur.“Abang mau mau tinggal di mana,” tanya Fitri memandang Andi.“Abang mau tinggal di rumah ayah. Hanya saja nanti sore baru ke rumah Ayah untuk bersih-bersih. Kita nanti berkumpul di sana ya Dek,” ucap Andi yang memandang wajah adik-adiknya. Walaupun Andi Abang angkat bagi Yanti, Fitri, dan Attar, namun sikapnya begitu sangat menyayangi adik- adiknya. Setelah ayah dan ibu mereka tiada, Andi yang memiliki tanggung jawab terhadap ketiga adiknya. Andi sangat mengingat bagaimana kedua orang tua mereka membesarkannya dan menyayanginya
Alisa sampai di perumahan mewah milik suaminya. Perumahan yang berada di kota Pekanbaru.“Ini rumah hubby,” tanya Alisa memandang rumah suaminya.Attar tersenyum ketika mendengar pertanyaan istrinya. “Rumah hubby sekarang sudah jadi rumahnya si Isa,” ucapnya.Alisa tersenyum mendengar ucapan suaminya.“Ayo turun, katanya ngantuk," ucap Attar yang tersenyum memandang istrinya.“Iya,” ucap Alisa yang tersenyum dan membuka pintu mobil di bagian sampingnya.Alisa turun bersama dengan suaminya dan berjalan dengan bergandengan tangan, menuju rumah yang memiliki model minimalis.“Selamat datang pak Attar, ibu," ucap pekerja yang mengurus rumah tersebut.“Terima kasih mbak Eli,” ucap Attar yang tersenyum memandang wanita yang menyapanya.“P
“Ini sayang rumah ayah dan ibunya hubby,” ucap Attar ketika ia dan istrinya sampai di rumah orang tua Attar.Alisa memandang rumah yang memiliki halaman pekarangan yang luas. Halaman yang hijau ditanami rumput Jepang, bunga-bunga dengan berbagai macam jenis. Beberapa pohon mangga dan rambutan, mampu memanjakan penglihatan mata dan memberikan rasa nyaman dan terasa sangat menyejukkan walaupun suhu udara panas di Pekanbaru.“Rumah ini kelihatan model rumah lama ya by,” ucap Alisa yang mandang gaya bangunan rumah tersebut, yang mana bangunannya besar namun rendah tidak seperti rumah pada zaman sekarang, yang pada umumnya bangunannya tinggi. Model atap berbentuk limas. Dindingnya berwarna kuning kunyit.“Iya, ini rumah belum pernah di renovasi setelah ayah ibu tiada. Rumah ini dibangun oleh kakek hubby, hanya saja dengan ayah dan ibu rumah ini sudah banyak direnov
Ferdi diam berdiri di depan pintu. Ferdi melihat bagaimana mesranya Pamannya bersama dengan istrinya. “Aku mengatakan Aku ikhlas, namun mengapa melihatnya begitu sangat menyakitkan.” Ferdi berucap di dalam hati sembari menahan perih di hatinya. Rasa sakit ini terasa begitu sangat nyata hingga ke jantungnya. “Rasa ini pasti akan segera berlalu secepatnya,” ucapnya yang memberikan semangat untuk dirinya sendiri. Walaupun Ferdi tahu, rasa itu mungkin tidak akan pernah bisa dilupakannya. Alisa adalah cinta pertamanya sejak dia masuk SMP, hingga saat ini rasa itu tetap ada. Semakin ia mencoba melupakan rasa cintanya, semakin ia merasa begitu sangat sakit. Ferdi hanya berharap bisa melupakan Alisa dan menganggapnya tante seutuhnya.“Assalamu’alaikum,” ucap Ferdi yang berdiri di depan pintu. Ferdi berencana untuk masuk ke dalam rumah setelah berhasil meredakan rasa perih di hatinya. Bagaimanapun dia ti