Ferdi masuk ke dalam kamarnya. Ferdi merasakan sakit didadanya ketika mengingat Alisa yang duduk di depan. Sejak tadi Ferdi berusaha menahan rasa sakit yang ada di hatinya, ketika harus melihat bagaimana sikap pria yang sudah menjadi suami dari wanita yang sangat dicintainya. Ferdi hanya berusaha untuk bersikap setenang mungkin, dia tidak ingin Alisa mengetahui seperti apa perasaannya. Baginya lebih baik seperti ini. Ferdi lebih memilih Alisa tidak pernah tahu seperti apa perasaan yang selama ini dimilikinya untuk Alisa. Dengan seperti itu Alisa tidak akan pernah merasa bersalah padanya. “Aku kembali ke sini, aku ingin memberitahu kamu bahwa Aku begitu sangat mencintai kamu Sa, namun ternyata kebahagiaan tidak berpihak pada Ku. Aku begitu sangat senang ketika melihat siapa yang menjadi suami Mu. Om aku, orang yang sangat baik, aku yakin dia begitu sempurna untuk mendampingi Mu, Dia bisa memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk Mu,&rdqu
“Mama begitu sangat berterima kasih dengan Ferdi, Ferdi sangat menyayangi mama." Ferdi kembali melanjutkan membaca surat tersebut setelah berhenti beberapa saat.“Alisa menjual laptop dan juga uang yang Ferdi tinggalkan semuanya habis untuk biaya operasi jantung mama, dan itu juga biayanya masih belum tercukupi. Alisa juga menjual handphone nya. Selama Mama di rumah sakit Alisa sudah tidak lagi bekerja, karena dia hanya fokus menjaga mama. Pada saat itu Mama sudah tidak bisa membayangkan bagaimana Alisa menjalani semuanya sendiri. Mama merasa benar-benar sangat membebani anak mama, yang sesungguhnya tidak sanggup untuk menanggung beban seberat ini. Mama selalu berdo’a agar Mama dipanggil secepatnya, agar Alisa tidak lagi terbebani oleh Mama. Setelah melewati operasi kondisi Mama juga masih tidak membaik. Mama masih harus menjalani perawatan lanjutan. Pada saat itu kondisi Mama semakin memburuk. Mama sudah tidak tahu ap
Alisa menangis dan memeluk Suaminya. “Tapi bagaimana caranya untuk memberi tahu Bang Andi dan kak Indah,” ucap Alisa.“Nggak usah dikasih tau, biar saja itu nanti jadi rahasia kita,” ucap Attar yang sedikit tersenyum dan mencium bibir istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya.Attar diam dan memeluk istrinya. Attar sudah tidak berkata apa-apa lagi. Pria itu mulai sibuk dengan pikirannya. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah keponakannya. Attar bisa merasakan bagaimana perasaan keponakannya saat ini. Walaupun keponakannya menunjukkan bahwa dirinya sangat tegar dan baik-baik saja.Alisa memandang suaminya yang hanya diam memeluknya. Alisa merasa sangat bersalah saat ini. “By," ucap Alisa yang mengangkat kepalanya dan memandang wajah suami.“Apa,” jawab Attar.“Hubby benar-benar tidak marah
Attar dan Ferdi duduk di samping makam papa dan adik Alisa.“Assalamual’aikum Papa, Raihan,” ucap Ferdi ketika duduk di makam milik Papanya Alisa. Sebelum berangkat pendidikan Ferdi setiap harinya Jum’at, selesai sholat Jum’at akan datang ke makam tersebut untuk membersihkannya. Ferdi tahu bahwa Alisa begitu sangat tidak sempat untuk berkunjung ke sini. “Papa, Raihan sekarang kalian sudah berkumpul dengan mama. Aku juga nanti akan jarang bisa datang ke sini, karena aku akan dinas di luar kota. Aku akan selalu mendo’akan agar papa, mama dan Raihan bisa berkumpul bersama,” ucap Ferdi yang memandang makam tersebut. Ferdi kemudian menaburkan bunga dan juga menyiramkan air di makam tersebut. Terakhir kali datang ke makam milik Papa Alisa dan juga adiknya, makam itu belum memiliki diberi batu, masih tumpukan tanah. Ferdi ada rencana untuk membuatkan batu yang bagus di makam tersebut, namun F
“Apa sudah siap uncle,” tanya Ferdi ketika melihat Attar datang dan duduk di kursi sebelahnya.Attar menganggukkan kepalanya, “ini surat-suratnya,” ucap Attar.“Iya uncle.” Ferdi masih sangat fokus dengan kemudi yang ada di depannya. Ferdi memegang kemudi itu seakan ia sedang mengemudikan mobil.“BPKB keluar dua minggu lagi,” ucap Attar yang memberikan semua perlengkapan surat-menyurat mobil yang sudah dibelinya.“Iya uncle,” ucap Ferdi yang masih belum mengerti apa yang dimaksud oleh om nya.“Jangan kamu jual lagi,” ucap Attar.“Apa uncle.” Ferdi memutar kepalanya dan memandang Attar yang duduk disebelahnya.“Ini mobil jangan kamu jual lagi,” ucap Attar.Ferdi masih belum mengerti. Dia memandang wajah Attar. Ferdi belum
Attar sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Pria itu merapikan barang-barang miliknya ke dalam tas. Attar memandang ponselnya yang berdering di atas meja kerjanya. "Bang Andi," ucap Attar yang membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Attar menggeser icon berwarna hijau ke atas dan menempelkan benda pipih itu di daun telinganya. “Halo dek, Ferdi kamu belikan mobil ya," ucap Andi yang berbicara dengan nada suara yang begitu amat keras. Attar yang tadi meletakkan ponsel di daun telinganya, dengan cepat menjauhkan ponsel itu. “Hallo dek,” ucap Andi kembali memanggil adiknya karena tidak ada jawaban. “Iya Bang, tolong ngomongnya jangan terlalu keras. Sakit telinga aku bang,” ucap Attar. “Kamu belikan Ferdi mobil,” tanya Andi yang sudah mengecilkan volume suaranya. “Iya, baguskan mobil yang aku belika
“Selamat sore pak Attar, selamat sore ibu Alisa,” ucap dokter Diana yang tersenyum ketika melihat Attar dan juga istrinya yang sudah masuk ke dalam ruang prakteknya.“Sore dok,” ucap Alisa yang menyalami tangan dokter Diana.“Bagaimana kabarnya calon mama, apa ada yang ingin ditanyakan dengan kehamilannya?" ucap dokter Diana tersenyum ramah.“Yang ingin saya tanyakan sama seperti yang kemarin dok, pinggang Isa sakit di bagian tulang belakang, terus juga ini sudah masuk empat bulan, tapi nggak ada gerak,” ucap Alisa yang menceritakan keadaan kehamilannya.Dokter Diana tersenyum ketika mendengar apa yang dijelaskan oleh Alisa. “Bila pinggang sakit itu wajar, namanya juga dalam sedang hamil seperti ini, dan nanti bila sudah ada anaknya, sakit pinggang itu akan hilang dengan sendirinya. Untuk mengetahui bagaimana kondisi anak, sebaiknya
“Jalannya nggak usah terburu-buru sayang," ucap Attar. Pria itu memegang tangan istrinya ketika memasuki bandara.“Isa sudah nggak sabar by," ucap Alisa yang tersenyum.“Tiba giliran jalan-jalan nggak sabaran kayak gini ya,” ucap Attar yang begitu sangat mengenali kebiasaan istrinya yang selalu ingin cepat bila mereka akan melakukan perjalanan seperti ini.Alisa tersenyum saat mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. “Isa nggak pernah ke Pekanbaru by, Isa juga sangat jarang jalan-jalan. bisa dibilang Isa nggak pernah jalan-jalan terkecuali kemarin yang ke Bali,” ucapnya.“Besok kalau anak kita sudah bisa dibawa jalan-jalan, hubby akan bawa ke luar negeri,” ucapnya memberi janji. Atar tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya.“Hubby janji ya," ucap Alisa yang tersenyum dengan sangat manisnya dan men
“Apa di sini rumah makannya,” tanya Alisa ketika mobil mereka berhenti di parkiran rumah makan yang memiliki konsep alam.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Alisa memperhatikan rumah makan itu dari dalam mobil, selama ini suaminya belum pernah membawanya ke rumah makan seperti ini, rumah makan yang memiliki dinding kayu, dan juga atap dari daun. Rumah makan itu begitu sangat ramai. Di jam makan siang seperti ini, parkiran mobil terlihat penuh dengan mobil yang tersusun di parkiran rumah makan tersebut. Rumah makan yang memiliki nuansa alam dengan banyaknya pepohonan, membuat rumah makan itu terasa sejuk dan nyaman.“Ayo turun,” ucap Attar.Alisa menganggukkan kepalanya dan membuka pintu mobil yang ada di sampingnya.Attar keluar dari dalam mobil dan tersenyum memandang dua orang wanita yang memakai baju dinas Pemda