Attar memandang 3 biji durian yang ada di dalam piring. Pria itu hanya diam dan memperhatikan istrinya sejak tadi memakan durian. Satu biji durian yang ada di tangan istrinya sudah sejak tadi dimakannya, namun belum habis-habis juga. Istrinya hanya menggigit daging durian itu sedikit demi sedikit.
Alisa tersenyum ketika memandang suaminya. “Kenapa hubby nggak suka makan durian by,” ucapnya yang menggigit kecil daging durian yang ada di tangannya.
“Hubby nggak suka,” ucap Attar yang tidak menyukai buah durian yang memiliki tekstur daging buah yang lembut dan rasa yang sangat manis dengan aroma wangi yang cukup menyengat. "Hubby nggak suka durian," ucapnya saat istrinya memandangnya.
“Padahal rasanya enak kali by, Isa aja rasanya nggak puas makannya,” ucap Aisah yang tersenyum dan menikmati rasa manis buah tersebut.
“Iya sampai-sampai yang 1 b
Alisa terbangun saat subuh. Dengan mata yang masih terpejam Alisa menggerak-gerakkan tangannya di samping tempat tidurnya, Alisa tidak menemukan keberadaan suaminya. Alisa menggerakkan tangannya ke sebelah kiri dan juga kanannya, bahkan ia juga menggerak-gerakkan kakinya untuk mencari keberadaan suaminya. "Apa hubby bangun enggak bangunkan Isa,” ucapnya yang merasa tempat tidur itu sudah tidak ada keberadaan suaminya.Alisa membuka matanya dan memandang jam yang ada di dinding kamarnya. “Udah subuh sudah adzan juga,” ucapnya yang biasanya selalu terbangun sebelum adzan subuh karena suaminya selalu membangunkannya.Alisa duduk ingin melihat ke kamar mandi. Alisa ingin memeriksa apakah suaminya sedang berada di dalam kamar mandi saat ini. Namun saat Alisa memandang ke sofa Alisa melihat suaminya yang tertidur di atas sofa.Alisa beranjak dari tempat tidur dan berjalan mendekati sofa ya
“Assalamu’alaikum,” ucap Alisa yang membuka pintu diruangan suaminya. Sekretaris suaminya tidak akan pernah melarangnya untuk langsung masuk ke dalam ruangan suaminya tersebut.“Wa’alaikum salam,” jawab Attar.Alisa memandang seseorang yang ikut berdiri bersama dengan suaminya. Mata Alisa terbuka lebar ketika melihat sosok yang begitu sangat dikenalnya, air matanya menetes begitu saja.Ferdi seakan tidak percaya saat melihat gadis yang begitu sangat dirindukannya. “Alisa,” ucap Ferdi menyebut nama gadis tersebut.Alisa menangis dan tanpa sadar berlari mendekati pria tersebut, ketika pria itu juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.“Ferdi,” ucap Alisa yang memeluk sahabatnya. Alisa sudah tidak mampu menahan tangisnya saat melihat sosok yang begitu sangat dirindukannya. Begitu banyak cerita yang ingin
Attar memandang istrinya, pandangan matanya terlihat sedang menunggu jawaban dari istrinya.Alisa menundukkan kepalanya. Alisa begitu sangat menyesal dengan sikapnya. Alisa lupa saat tadi dia melihat Ferdi, rasa rindunya kepada sahabatnya itu membuatnya melupakan keberadaan suaminya. Tidak seharusnya dia memeluk sahabatnya saat tadi melihatnya.“Hubby enggak tahu hubungan Isa sama Ferdi seperti apa,” ucapnya.“Ferdi teman Isa sewaktu sekolah by, kami itu sudah berteman sejak lama,” ucap Alisa. Ia mulai takut ketika melihat pandangan mata suaminya. Alisa mengusap air matanya. Alisa tidak pernah melihat suaminya menatapnya dengan pandangan yang seperti ini.Attar menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan istrinya. Pria itu duduk dan mendekati istrinya. Attar melingkarkan tangannya dipinggang istrinya. Attar begitu sangat marah, namun dia juga tidak ingin
Alisa hanya diam sambil memajukan bibirnya ketika suaminya tidak memenuhi keinginannya.Alisa begitu sangat kesal, ini untuk pertama kalinya suami melarangnya, makan apa yang diinginkannya. Biasanya suaminya selalu menuruti keinginannya. Alisa mulai bergerak-gerak di atas pangkuan suaminya, dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai, layaknya anak kecil yang sedang merajuk.Attar tahu bahwa saat ini istrinya sedang kesal dengannya. Namun pria itu tidak berbicara apa-apa. Dia hanya diam sambil menatap wajah istrinya yang begitu sangat menggemaskan, ketika istrinya sedang merajuk seperti ini.“Jangan gerak sayang," ucap Attar saat istrinya tidak bisa diam.Alisa membuka matanya dengan sangat lebar dan menelan air ludahnya. Alisa mengerti apa yang dimaksud suaminya, sehingga Alisa diam tanpa bergerak lagi sama sekali.Attar memegang kepala istrinya dan menyandark
“Permisi, ibu makan malamnya sudah selesai,” ucap pelayan memberitahu Indah.Indah menghentikan obrolannya dan sedikit tersenyum memandang pelayan yang bekerja di rumahnya. “Terima kasih bik, kami akan langsung ke ruangan makan,” jawabnya.“Baik Nyonya saya permisi,” ucap pelayan tersebut yang kemudian pergi meninggalkan ruang tamu.“Makan malamnya sudah siap, kita ke ruang makan dulu ya,” ucap Indah yang sudah tidak lagi melanjutkan obrolan mengenai putranya.“Ya Mbak, ini kasihan nggak bisa menahan lapar,” ucap Attar yang memandang istrinya. Pria itu tersenyum dan memegang tangan istrinya.Alisa mengangkat kepalanya dan memandang suaminya. “Tadi Isa sudah makan waktu mau ke sini, jadi sekarang belum lapar," ucap Alisa yang malu ketika mendengar apa yang dikatakan
Ferdi masuk ke dalam kamarnya. Ferdi merasakan sakit didadanya ketika mengingat Alisa yang duduk di depan. Sejak tadi Ferdi berusaha menahan rasa sakit yang ada di hatinya, ketika harus melihat bagaimana sikap pria yang sudah menjadi suami dari wanita yang sangat dicintainya. Ferdi hanya berusaha untuk bersikap setenang mungkin, dia tidak ingin Alisa mengetahui seperti apa perasaannya. Baginya lebih baik seperti ini. Ferdi lebih memilih Alisa tidak pernah tahu seperti apa perasaan yang selama ini dimilikinya untuk Alisa. Dengan seperti itu Alisa tidak akan pernah merasa bersalah padanya. “Aku kembali ke sini, aku ingin memberitahu kamu bahwa Aku begitu sangat mencintai kamu Sa, namun ternyata kebahagiaan tidak berpihak pada Ku. Aku begitu sangat senang ketika melihat siapa yang menjadi suami Mu. Om aku, orang yang sangat baik, aku yakin dia begitu sempurna untuk mendampingi Mu, Dia bisa memberikan kebahagiaan yang sempurna untuk Mu,&rdqu
“Mama begitu sangat berterima kasih dengan Ferdi, Ferdi sangat menyayangi mama." Ferdi kembali melanjutkan membaca surat tersebut setelah berhenti beberapa saat.“Alisa menjual laptop dan juga uang yang Ferdi tinggalkan semuanya habis untuk biaya operasi jantung mama, dan itu juga biayanya masih belum tercukupi. Alisa juga menjual handphone nya. Selama Mama di rumah sakit Alisa sudah tidak lagi bekerja, karena dia hanya fokus menjaga mama. Pada saat itu Mama sudah tidak bisa membayangkan bagaimana Alisa menjalani semuanya sendiri. Mama merasa benar-benar sangat membebani anak mama, yang sesungguhnya tidak sanggup untuk menanggung beban seberat ini. Mama selalu berdo’a agar Mama dipanggil secepatnya, agar Alisa tidak lagi terbebani oleh Mama. Setelah melewati operasi kondisi Mama juga masih tidak membaik. Mama masih harus menjalani perawatan lanjutan. Pada saat itu kondisi Mama semakin memburuk. Mama sudah tidak tahu ap
Alisa menangis dan memeluk Suaminya. “Tapi bagaimana caranya untuk memberi tahu Bang Andi dan kak Indah,” ucap Alisa.“Nggak usah dikasih tau, biar saja itu nanti jadi rahasia kita,” ucap Attar yang sedikit tersenyum dan mencium bibir istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya.Attar diam dan memeluk istrinya. Attar sudah tidak berkata apa-apa lagi. Pria itu mulai sibuk dengan pikirannya. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah keponakannya. Attar bisa merasakan bagaimana perasaan keponakannya saat ini. Walaupun keponakannya menunjukkan bahwa dirinya sangat tegar dan baik-baik saja.Alisa memandang suaminya yang hanya diam memeluknya. Alisa merasa sangat bersalah saat ini. “By," ucap Alisa yang mengangkat kepalanya dan memandang wajah suami.“Apa,” jawab Attar.“Hubby benar-benar tidak marah
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh
“Apa mau jalan pagi,” tanya Attar ketika ia selesai sholat subuh bersama dengan istrinya.Alisa menganggukkan kepalanya. “Sebenarnya Isa malas by jalan pagi,” ucap Alisa.“Kenapa,” tanya Attar.“Isa lebih suka tidur baring-baring,” ucap Alisa.“Mau melahirkan normal apa nggak,” tanya Attar yang mengusap perut besar milik istrinya.“Kata orang sebaiknya normal by. Kemarin Ibu Aminah juga bilang, kalau Isa melahirkan lebih bagus normal, terkecuali mamang saran dokter. Kak Indah, Kak Yanti, Kak Fitri, juga bilang gitu,” ucap Alisa yang memilih proses persalinan secara normal.“Kata Dokter kemarin apa?" tanya Attar.“Isa disuruh jalan pagi.”“Jadi sekarang mau jalan pagi atau enggak?" Attar bertanya dengan menarik hidung istrin
Attar merasakan tubuhnya yang digoyang goyang oleh istrinya. "Ada apa sayang?" pria itu bertanya dengan membuka matanya.“By, Isa nggak bisa tidur sejak tadi,” ucap Alisa kepada suaminya.Attar merubah posisi tidurnya dan memandang wajah istrinya. “Matanya di pejamkan sayang," Attar memeluk tubuh istrinya dan kembali memejamkan matanya.“By bangun, jangan tidur, temani Isa," pinta Alisa yang kembali menggoyang-goyang tubuh suaminya, Alisa narik-narik jenggot tipis di dagu suaminya.“Hubby ngantuk sayang,” ucap pria itu ketika istrinya membuka kelopak matanya dengan jarinya.“Hubby jangan tidur, Isa nggak bisa tidur,” Alisa tersenyum manja melihatkan deretan gigi putihnya."Kenapa nggak tidur?" tanya Attar.“Sejak tadi anak gerak terus, perut Isa sampai sakit,"
“Nanti pulang dari kantor kita ke coffee shop Lyra ya by," pinta Alisa yang duduk di atas pangkuan suaminya. Perutnya yang sudah besar membuat posisi duduknya menyamping, dan melingkarkan tangannya di leher suaminya.“Ngapain,” tanya Attar yang tersenyum memandang sikap istrinya yang begitu sangat manja. Istrinya melingkarkan tangan di lehernya dan menenggelamkan hidungnya ke lehernya.“Isa pengen duduk nyantai di coffee shop Lira," Alisa berucap dengan mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya.“Rayu dulu Sayang," Attar berbisik di telinga istrinya.Alisa tersenyum dan mencium bibir suaminya dengan sangat lembut, namun balasan yang diberikan oleh suaminya membuat ciuman itu semakin memanas.Mereka seakan sama-sama ingin melepaskan hasratnya masing-masing.“Sayang, hubby ada rapat jam 3, dan sekarang e